Anda di halaman 1dari 4

PERJUANGAN SULTAN HASANUDDIN

Sultan Hasanuddin menjadi salah satu pahlawan nasional dari wilayah Timur Nusantara.
Karena itulah Sultan Hasanuddin dijuluki sebagai Si Ayam Jantan dari Timur karena
keberaniannya melawan penjajah.
Sultan Hasanuddin dikenal sebagai pahlawan nasional sekaligus Sultan Kerajaan Islam
Gowa Tallo ke-16. Sultan Hasanuddin menjadi memimpin kerajaan Gowa Tallo dari tahun
1653 hingga 1669.
Karena itulah sampai saat ini penting mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang
Sultan Hasanuddin dan perjuangannya dalam melawan penjajah. Sebagai gambaran singkat,
Sultan Hasanuddin adalah sosok pahlawan nasional dan Sultan yang dikenal sangat
pemberani, gigih, berwibawa serta bijaksana. Apalagi perjuangannya dalam melawan VOC
yang ingin merebut rempah-rempah di wilayah Timur Nusantara penting kalian ketahui.
Berikut ini ulasan tentang Sultan Hasanuddin dan perjuangan melawan penjajah.

1. Biografi Sultan Hasanuddin


Sultan Hasanuddin adalah salah satu pahlawan nasional sekaligus raja ke-16 dari
Kerajaan Islam Gowa Tallo, Sulawesi. Perjalanan hidup Sultan Hasanuddin sebagai
seorang pahlawan nasional dan raja memang memiliki sejarah cukup panjang. Dalam
dunia sejarah Indonesia, perjuangan Sultan Hasanuddin sangatlah berjasa bagi NKRI.
Mengenai biografi Sultan Hasanuddin, pahlawan nasional dari Sulawesi ini lahir
pada 12 Januari 1631 di Makassar dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangape.
Selain dikenal sebagai seorang pahlawan nasional Sultan Hasanuddin juga telah
dinobatkan sebagai seorang Raja ke-16 Kerajaan Islam Gowa Tallo ketika usianya
masih sangat muda. Pasalnya Sultan Hasanuddin merupakan keturunan dari Sultan
Malikussaid, yakni Sultan Kerajaan Gowa Tallo ke-15. Sedangkan ibunya bernama I
Sabbe To'mo Lakuntu.
Kecerdasan Sultan Hasanuddin memang tidak diragukan lagi terutama dalam
berdagang. Bahkan, beliau dikenal sebagai seorang yang pintar serta mewarisi jiwa
kepemimpinan sang ayah sejak usianya masih kecil. Sejak usianya masih kecil Sang
Ayah sepertinya sudah mempersiapkan Sultan Hasanuddin sebagai penerusnya.
Pasalnya ayah Sultan Hasanuddin diketahui seringkali melibatkan Sultan Hasanuddin di
sejumlah pertemuan penting. Hal ini dilakukan agar Sultan Hasanuddin dapat menimba
ilmu tentang strategi perang sekaligus diplomasi.
Sedangkan berdasarkan sejarah Sultan Hasanuddin terkait biografinya, beliau telah
memilIki jabatan penting di kerajaan ketika berusia 21 tahun. Ketika itu jabatan yang
diterimanya yakni memiliki jabatan penting dalam urusan pertahanan Gowa Tallo.
Sedangkan dirinya dinobatkan sebagai seorang raja pada usia antara 22 tahun (1653) serta
ada juga yang menyebut berusia 24 tahun (1655).
Setelah menjabat sebagai Raja ke-16 Gowa Tallo, Sultan Hasanuddin memiliki andil
besar dalam mempertahankan wilayah kerajaan serta perjuangannya dalam melawan
penjajah. Sultan Hasanuddin menjadi Sultan Gowa Tallo ke-16 dari tahun 1653 hingga
1669. Beliau wafat pada 12 Juni 1670 ketika usianya masih 39 tahun. Beliau dimakamkan
di Komplek Pemakaman Raja-Raja Gowa.

2. Perjuangan Sultan Hasanuddin Melawan Penjajah


Perjuangan Sultan Hasanuddin dimulai setelah beliau telah dinobatkan sebagai
seorang Raja. Sultan Hasanuddin berjuang melawan penjajah yang datang ke wilayah
Gowa. Ketika itu penjajah dari Belanda berusaha mengambil kekayaan rempah-rempah
dan menguasai perdagangan di wilayah Indonesia salah satunya Gowa.
Pasalnya wilayah Gowa diketahui adalah daerah cukup strategis di wilayah Timur
Nusantara dalam dunia perdagangan karena menjadi gerbang yang menghubungkan
berbagai pulau di Nusantara seperti Pulau Jawa, Kalimantan serta Maluku. Begitu juga
dengan kekayaan rempah yang luar biasa di wilayah tersebut membuat Belanda datang
ingin melakukan monopoli perdagangan. VOC mulai melancarkan aksi kecurangannya
untuk menguasai perdagangan di wilayah tersebut. Pada tahun 1660 terjadilah pertempuran
antara Belanda dan Kerajaan Gowa Tallo yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.
Namun pertempuran tersebut berhasil sedikit diredakan melalui kesepakatan antara
kedua belah pihak. Belanda kemudian menemukan strategi untuk merobohkan pertahanan
kerajaan Gowa. Belanda berusaha menghasut sejumlah wilayah kerajaan yang berada di
bawah kerajaan Gowa. Akhirnya di tahun 1662 terjadi perang antar saudara yakni Kerajaan
Bone yang dipimpin Arung Palakka.
Sepanjang tahun tersebut hingga 1669 terjadi peperangan sengit antara Sultan
Hasanuddin dalam melawan penjajah bahkan melawan kerajaan yang telah bersekutu
dengan Belanda. Tahun 1667 yakni 18 November, Sultan Hasanuddin menandatangani
perjanjian Bongaya yang membuat Gowa semakin melemah. Namun Sultan Hasanuddin
berusaha mempertahankan wilayah dan rakyatnya meskipun Belanda sudah memiliki
kekuatan penuh.
Sampai pada tahun 1669 tepatnya 12 Juni, Sultan Hasanuddin dan Belanda kembali
bertempur. Sayangnya pada pertempuran tersebut Belanda berhasil menguasai Benteng
Sombaopu. Meski begitu Sultan Hasanuddin tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak
menyerah pada Belanda.

3. Sikap Kepahlawanan Sultan Hasanuddin


Perjuangan Sultan Hasanuddin dalam melawan penjajah memang begitu luar biasa.
Tidak heran jika ada beberapa sikap kepahlawanan Sultan Hasanuddin yang bisa kita
teladani. Sultan Hasanuddin dikenal dengan keberaniannya yang luar biasa dalam melawan
penjajah. Selain memiliki keberanian dalam melawan penjajah, Sultan Hasanuddin juga
dikenal sebagai sosok yang bijaksana dan berwibawa.
Kegigihannya dalam melawan penjajah dan mempertahankan wilayah kekuasaan
serta kepentingan rakyat bisa jadi salah satu sikap kepahlawanan Sultan Hasanuddin yang
bisa kita pelajari. Terlebih berdasarkan sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin di atas,
Sultan Hasanuddin melakukan berbagai bentuk dan strategi perlawanan dalam mengusir
penjajah VOC. Di antaranya yakni menyatukan wilayah di Timur Nusantara serta membuat
kekuatan militer untuk melawan Belanda. Karena inilah beliau dikenal sebagai pahlawan
yang gigih dalam melawan penjajah.
Sultan Hasanuddin melanjutkan perjuangan ayahandanya melawan VOC yang
menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia bagian timur. VOC menganggap
orang-orang Makasar dan Kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan berat. Bahkan
VOC menganggap sebagai musuh yang sangat berbahaya.
Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa ketika Belanda sedang berusaha
menguasai hasil rempah-rempah dan memonopoli hasil perdagangan wilayah timur
Indonesia. Salah satu caranya adalah melarang orang Makasar berdagang dengan musuh-
musuh Belanda seperti Portugis.
Tentu saja keinginan Belanda ditolak mentah-mentah Raja Gowa. Kerajaan Gowa
menentang dengan keras hak monopoli yang hendak dijalankan VOC. Sultan Alaudin,
Sultan Muhammad Said, dan Sultan Hasanuddin berpendirian sama. Bahwa Tuhan
menciptakan bumi dan lautan untuk dimiliki dan dipakai bersama.
Itu sebabnya Kerajaan Gowa menentang usaha monopoli VOC dan ini yang
membuat VOC berusaha untu menghancurkan dan menyingkirkan Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa pada saat itu merupakan kerajaan terbesar yang menguasai jalur
perdagangan.

4. Wafatnya Sultan Hasanuddin

Pada hari Kamis tanggal 12 Juni 1670 bertepatan dengan tanggal 23 Muharram 1081
Hijriah. Sultan Hasanuddin wafat dalam usia 39 tahun. Beliau dimakamkan disuatu bukit
di pemakaman Raja-raja Gowa di dalam benteng Kale Gowa di Kampung Tamalate.
I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla'Pangkana telah tiada. Tetapi semangatnya tetap berkobar di dada
setiap insan bangsa yang mendambakan perdamaian dan kebebasan di Bumi Pancasila ini.
Nama Sultan Hasanuddin abadi dalam dada. Menghormati jasanya dengan
mengabadikan namanya menjadi nama jalan pada hampir disetiap Kota di Nusantara.
Universitas Hasanuddin sebagai salah satu universitas terkemuka di Indonesia bagian
Timur, mempergunakan namanya dan memakai lambangnya "Ayam Jantan Dari Timur".
Komando Daerah Militer (KODAM) XIV Hasanuddin mengabadikan namanya dan
menjadikan semboyannya "Abbatireng Ri Pollipukku" (setia pada Negeriku). Dan dengan
keputusan Presiden RI No. 087/TK?tahun 1973 Tanggal 6 November 1973, Sultan
Hasanuddin dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, untuk menghargai jasa-jasa
kepahlawanannya.

5. Julukan dan Gelar Sultan Hasanuddin


Ada beberapa julukan dan gelar yang diberikan untuk Sultan Hasanuddin. Namun
seperti diketahui nama Sultan Hasanuddin, baru beliau dapatkan ketika dinobatkan sebagai
raja ke-16 menggantikan raja ke-15 yang merupakan ayahnya. Ketika naik takhta, beliau
mendapatkan gelar Sultan Hasanuddin.
Namun setelah beliau wafat, mendapatkan gelar sebagai Sultan Hasanuddin
Tumenanga Ri Balla Pangkana. Sedangkan karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin juga
memiliki julukan sebagai De Haantjes van Het Osten atau Ayam Jantan dari Timur.
Julukan tersebut diberikan oleh Belanda karena keberanian dan kegigihan Sultan
Hasanuddin melawan penjajah.

Anda mungkin juga menyukai