Anda di halaman 1dari 7

SULTAN

HASANUDDIN
KELOMPOK 3 :
- BRYAN A. FRANS
- LITCIA SERAFINA
- YOSHEVANIA J. TANDIARI
BIOGRAFI SINGKAT
Sultan Hasanuddin (Dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh
Belanda) (12 Januari 1631 – 12 Juni 1670) adalah Sultan Gowa ke-16
dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama
Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangape. Setelah menaiki takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah
meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena
keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het Osten oleh Belanda
yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan di Katangka,
Kabupaten Gowa.
Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15,
I Manuntungi Muhammad Said Daeng Mattola, Karaeng Lakiung Sultan
Malakussaid Tumenanga ri Papang Batunna dan ibunya bernama I
Sabbe Lokmo Daeng Takontu. Sultan Hasanuddin memerintah
Kesultanan Gowa mulai tahun 1653 sampai 1669. Kesultanan Gowa
adalah merupakan kesultanan besar di Wilayah Timur Indonesia yang
menguasai jalur perdagangan.
SEJARAH
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631. Dia lahir dari pasangan Sultan Malikussaid,
Sultan Gowa ke-XV, dengan I Sabbe Lokmo Daeng Takuntu. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol sejak kecil.
Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, dia juga pandai berdagang. Karena itulah dia memiliki jaringan dagang yang
bagus hingga Makassar, bahkan dengan orang asing.
Hasanuddin kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak kecil ia sering diajak ayahnya
untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa
kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerjaan.
Saat memasuki usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Ada dua versi
sejarah yang menjelaskan kapan dia diangkat menjadi raja, yaitu saat berusia 24 tahun atau pada 1655 atau saat dia
berusia 22 tahun atau pada 1653. Terlepas dari perbedaan tahun, Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya
kerajaannya diteruskan oleh Hasanuddin.
Selain dari ayahnya, dia memperoleh bimbingan mengenai pemerintahan melalui Mangkubumi Kesultanan
Gowa, Karaeng Pattingaloang. Sultan Hasanuddin merupakan guru dari Arung Palakka, salah satu Sultan Bone yang
kelak akan berkongsi dengan Belanda untuk menjatuhkan Kesultanan Gowa.
Setelah naik tahta menggantikan ayahnya, ia diberi gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana.
Setelah tutup usia, gelarnya menjadi Tumenanga Ri Balla Pangkana.
Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli perdagangan rempah-
rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan perhitungan dengan orang-orang Spanyol dan Portugis.
Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan harga yang ditetapkan oleh mereka, selain
itu Kompeni menyuruh tebang pohon pala dan cengkih di beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan
terlalu banyak. Maka Sultan Hasanuddin menolak keras kehendak itu, sebab yang demikian adalah
bertentangan dengan kehendak Allah katanya. Untuk itu Sultan Hasanuddin pernah mengucapkan kepada
Kompeni "marilah berniaga bersama-sama, mengadu untuk dengan serba kegiatan". Tetapi Kompeni tidak
mau, sebab dia telah melihat besarnya keuntungan di negeri ini, sedang Sultan Hasanuddin memandang
bahwa cara yang demikian itu adalah kezaliman.

Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan
Kesultanan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta sekutunya
kembali menyerang Makassar. Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kesultanan
Gowa terdesak dan semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani
Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan, mengadakan
perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun 1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat
Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni
1670 karena penyakit ari-ari.
HAL-HAL YANG DAPAT DICONTOH
PANTANG MENYERAH RELIGIUS

Sultan Hasanuddin pantang menyerah Dalam kalimat “Maka Sultan Hasanuddin


mempertahankan bangsanya meskipun menolak keras kehendak itu, sebab yang
berkali-kali diserang oleh VOC demikian adalah bertentangan dengan
kehendak Allah katanya” , kita dapat
mengetahui bahwa Sultan Hasanuddin
adalah pria yang sangat takut akan Tuhan.
HAL-HAL YANG DAPAT DICONTOH
GIGIH

Sultan Hasanuddin sangat gigih dalam


mempertahankan negaranya sehingga dia
mendapatkan julukan ayam Jantan dari
timur atas kegigihannya

Anda mungkin juga menyukai