“SULTAN HASANUDDIN”
Kelas : V
SDN Keranjingan 01
a. Biografi
Nusantara kita terdiri dari ribuan pulau dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah.
Diantara pulau-pulau itu, ada sebuah pulau yang bentuknya menyerupai huruf K. Pulau itu
tidak lain adalah Pulau Sulawesi. Dahulu, pada abad ke-15 sampai abad ke-17, di bagian
pulau sulawesi terletak sebuah kerajaan yang besar dan disegani bernama kerajaan gowa.
Menurut catatan para ahli, kerajaan gowa ini didirikan pada sekitar tahun 1300 Masehi dan
dikenal serta disegani oleh bangsa Eropa kerena kebesaran dan kekuatan armada perangnnya.
Salah satu raja yang memerintah kerajaan gowa itu adalah I Mallombasi Daeng Mattawang,
Karaeng Bonto Mangape, Sultan Hasanuddin, Tumenanga ri Ballapangkana (yang meninggal
di istananya yang indah). Beliau dikenal sebagai Sultan Hasanuddin, yang dijuluki "Ayam
Jantan Dari Timur". Raja Gowa ke-16 yang memerintah kerajaan gowa tahun 1653-1669
menggantikan ayahnya Sultan Malikussaid yang memerintah pada tahun 1639-1653.
I Mallombasi, nama kecil dari Sultan Hasanuddin yang dilahirkan pada tanggal 12
Januari 1631. Ayahnya bernama I Manuntungi Daeng Mattola, Karaeng Lakiung yang
bergelar Sultan Malikussaid dan ibunya bernama I Sabbe To'mo Lakuntu, Putri bangsawan
Laikang adalah salah seorang istri Sultan Malikussaid. Sultan Hasanuddin atau I Mallombasi
mempunyai seorang saudara perempuan yang bernama I Sani atau I Patimang Daeng
Nisaking Karaeng Bonto Je'ne yang kemudian menjadi permaisuri Sultan Bima, Ambela
Abul Chair Sirajuddin.
Pada saat kelahiran dan masa kecil I Mallombasi Sultan Hasanuddin Ayahnya belum
menjadi raja Gowa. Sejak kecil Sultan Hasanuddin telah menunjukan kelebihannya dari
saudara-saudaranya yang lain. Kecerdasan dan kerajinannya dalam belajar sangat menonjol.
Walaupun Hasanuddin adalah putra bangsawan, pada masa kecilnya sangat rendah hati dan
perbuatannya selalu jujur. Dia sangat disayangi karena sifatnya itu. Pendidikannya di Pusat
Pendidikan dan Pengajaran Islam di Mesjid Bontoala membentuk Hasanuddin menjadi
pemuda yang beragama dan memiliki semangat perjuangan.
Pada umur 8 tahun, Sultan Alauddin Mangkat setelah memerintah selama 46 tahun.
Hasanuddin merasa sangat sedih sekali. Kemudian ayahnya yang mengantikan kakek Beliau
menjadi raja Gowa ke-15. Beliau dilantik pada tanggal 15 Juni 1639. Mas remaja Hasanuddin
diisi dengan kesibukan belajar dan bergaul dengan kawan-kawannya dan juga dengan putra-
putra raja Bone yang waktu itu menjadi tawanan kerajaan Gowa.
Pada usia 16 tahun Hasanuddin kerap kali hadir menyertai ayahnya dalam
perundingan-perundingan penting. Dalam kesempatan itulah I Mallombasi Sultan
Hasanuddin mulai belajar ilmu pemerintahan, diplomasi dan ilmu perang. Kecakapan dalam
bidang ini sudah menonjol, Hasanuddin juga banyak mendapat bimbingan dari ayahnya serta
mangkubumi kerajaan Gowa Karaeng Pattingaloang tokoh yang paling berpengaruh dan
cerdas. Pergaulan Hasanuddin tidak hanya dalam lingkungan bangsawan istana dan
rakyatnya, tetapi meluas kepada orang asing, melayu, b\portugis dan inggris yang pada saat
itu banyak berkunjung ke Makassar untuk berdagang.
Pada usia 20 tahun, Sultan Hasanuddin beberapa kali menjadi utusan mewakili
ayahnya mengunjungi kerajaan nusantara yang bersahabat, membawa titah persatuan
nusantara. Juga terutama pada daerah-daerah dalam gabungan pengawalan kerajaan Gowa,
Hasanuddin selalu mendapat tugas membawa amanat Raja Gowa yang tak lain adalah
ayahnya sendri. Menjelang umurnya 21 tahun, Sultan Hasanuddin dipercaya untuk menjabat
urusan Pertahanan Kerajaan Gowa dan banyak membantu ayahnya mengatur pertahanan
guna menangkis serangan Belanda yang saat itu mulai dilancarkan.
Lama sebelum Sultan Hasanuddin dilahirkan, Kerajaan Gowa adalah kerajaan yang
besar. Pelabuhan Makassar ramai dikunjungi oleh para pedagang dari Portugis, Ingris dan
Belanda. Pada masa Sultan Alauddin memerintah, Kerajaan Gowa telah tumbuh semangat
persatuan nusantara dari kerajaan-kerajaan besar. Persahabatan akrab antara Raja Mataram di
Pulau Jawa, Sultan Aceh di Sumatra, Sultan Ternate di Maluku, Sultan Banten di Jawa Barat
dan lainnya.
Sultan Muhammad Said ayah dari Sultan Hasanuddin terkenal sebagai seorang raja
yang berani, bijaksana, hormat kepada orang tua, tahu membalas budi serta tidak mebeda-
bedakan antara bangsawan dan orang kebanyakan. Pandai bergaul dengan sesamanya raja
dan dipuji sebagai orang yang meperlakukan rakyatnya sebagai manusia. Dia bersahabat
dengan Gubernur Spanyol di Manila, Raja Muda Portugis di Goa India, Presiden di Keling
(Koromandel India), Saudagar di Masulipatan (India). Bersahabat dengan Raja Ingris, Raja
Portugal, Raja Kastilia (Spanyol) dan dengan Mufti di Mekah. Mufti inilah yang mula-mula
meberi gelar "Sultan Muhammad Said" Karena memang nama Arabnya adalah Malikussaid.
e. Turun Tahta Dan Wafat
Setelah kekalahan yang diderita Kerajaan Gowa dan mundurnya Sultan Hasanuddin
dari benteng Somba Opu ke benteng Kale Gowa, maka usaha Speelman memecah belah
persatuan kerajaan Gowa terus dilancarkan. Usaha ini berhasil, setelah diadakan
"pengampunan umum". Siapa yang mau menyerah diampuni Belanda. Beberapa pembesar
kerajaan menyatakan menyerah. Karaeng Tallo dan Karaeng Lengkese menyatakan tunduk
pada Perjanjian Bungaya.
Sultan Hasanuddin sudah bersumpah tidak akan sudi bekerja sama dengan penjajah
Belanda. Pada tanggal 29 Juni 1669 Sultan Hasanuddin meletakkan jabatan sebagai Raja
Gowa ke-16 setelah selama 16 tahun berperang melawan penjajah dan berusaha
mempersatukan kerajaan Nusantara. Sebagai penggantinya ditunjuk putranya I Mappasomba
Daeng Nguraga Bergelar Sultan Amir Hamzah. Sesudah turun tahta, Sultan Hasanuddin
banyak mencurahkan waktunya sebagai pengajar Agama Islam dan berusaha menanamkan
rasa kebangsaan dan persatuan.
Pada hari Kamis tanggal 12 Juni 1670 bertepatan dengan tanggal 23 Muharram 1081
Hijriah. Sultan Hasanuddin wafat dalam usia 39 tahun. Beliau dimakamkan disuatu bukit di
pemakaman Raja-raja Gowa di dalam benteng Kale Gowa di Kampung Tamalate.
f. Kesimpulan
Sultan hasanuddin adalah salah satu tokoh pejuang yang patut dihargai jasa-jasanya. Dengan
gigihnya, beliau membela dan rela berkorban demi mempertahankan kedaulatan tanah air
dari sang kolonial. Sejak kecil beliau telah dibekali dengan ilmu pemerintahan, diplomasi,
dan ilmu peperangan. Beliau juga telah debekali dengan ilmu agama dan semangat
perjuangan yang tinggi, sehigga dapat mengantarkannya menjadi raja gowa ke-16. Dengan
semangat perjuangan yang tinggi, Beliau dengan mudahnya dapat menyingkirkan penjajah
dari bumi nusantara. Karena hal itulah sehingga beliau mendapat julukan sebagai “ayam
jantan dari timur” karena kegigihannya dalam memukul mundur penjajah dari tanah air.
Beliau dapat dijadikan pedoman bagi para generasi muda untuk selalu menjaga kedaulatan
tanah air dan meningkatkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap tanah air. Karena masa
depan bangsa ini berada di tangan generasi mudanya.