Anda di halaman 1dari 2

02.

22 15:12
Sultan Hasanuddin

~indikator=
a. Sejarah hidup tokoh
b. Peran tokoh selama hidup
c. Cerita perjuangan tokoh

SULTAN HASANUDDIN
(indo)
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631. Dia lahir dari
pasangan Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15, dengan I Sabbe To’mo Lakuntu. Jiwa
kepemimpinannya sudah menonjol sejak kecil. Selain dikenal sebagai sosok yang
cerdas, dia juga pandai berdagang. Karena itulah dia memiliki jaringan dagang yang
bagus hingga Makssar, bahkan dengan orang asing. Beliau meninggal di Gowa, Sulawesi
Selatan, pada tanggal 12 Juni 1670 yakni pada umur ke 39 tahun. Sultan Hasanuddin
adalah Raja Gowa ke-16. Ia memimpin perjuangan melawan kolonial Belanda yang
berusaha menguasai perdagangan di Sulawesi Selatan.

Hasanuddin kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak


kecil ia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan
dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali dia dipercaya
menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerjaan

Semasa Sultan Hasanuddin menjabat, dia harus berhadapan dengan Belanda yang ingin
memonopoli rempah-rempah dan hasil perdagangan wilayah Timur Indonesia. Belanda
melarang seluruh kerajaan di Makassar untuk berdagang dengan musuh Belanda.

Sultan Hasanuddin meneruskan prinsip ayah dan kakeknya, bahwa hasil bumi dan lautan
harus digunakan bersama-sama.

Meski sebagian kerajaan hancur, Belanda gagal menguasai Kerajaan Gowa karena armada
lautnya yang memumpuni. Di samping itu, Sultan Hasanuddin tidak berperang sendiri,
dia berhasil menggabungkan kekuatan dengan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.

Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan perhitungan dengan orang-orang
Spanyol dan Portugis. Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan
harga yang ditetapkan oleh mereka, selain itu Kompeni menyuruh tebang pohon pala
dan cengkih di beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan terlalu banyak. Maka
Sultan Hasanuddin menolak keras kehendak itu, sebab yang demikian adalah
bertentangan dengan kehendak Allah katanya.

Pada pertengahan abad ke 17 tersebut,VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum


berhasil menundukkan Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan
Cornelis Speelman beserta sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran
berlangsung di mana-mana, hingga pada akhirnya Kerajaan Gowa terdesak dan semakin
lemah, sehingga dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian
Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan,
mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali pecah pada Tahun 1669. Kompeni
berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 24 Juni
1669. Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

(Inggris)
SULTAN HASANUDDIN

Sultan Hasanuddin was born in Makassar on 12 January 1631. He was born to the
couple Sultan Malikussaid, the 15th King of Gowa, with I Sabbe To'mo Lakuntu. His
leadership spirit has been prominent since childhood. besides being known as a
smart figure, he is also good at trading. That's why he has a good trade network up
to the Maxsar, even with foreigners. he died in Gowa, South Sulawesi, on 12 June
1670, namely at the age of 39 years. Sultan Hasanuddin is the 16th King of Gowa. He
led the struggle against the Dutch colonialist who tried to control trade in South
Sulawesi.

Little Hasanuddin received religious education at the Bontoala Mosque. Since


childhood he was often invited by his father to attend important meetings, with the
hope that he could absorb diplomacy and war strategy. several times he was trusted
to be a delegate to send messages to various jobs

During Sultan Hasanuddin in office, he had to deal with the Dutch who wanted to
monopolize the spices and trade products in Eastern Indonesia. The Dutch prohibited
all kingdoms in Makassar from trading with Dutch enemies.

Sultan Hasanuddin continued the principle of his father and grandfather, that the
produce of the land and the sea must be used together.

although part of the kingdom was destroyed, the Dutch failed to control the Kingdom
of Gowa because of its capable naval fleet. In addition, Sultan Hasanuddin did not
fight alone, he succeeded in joining forces with other small kingdoms.

in the mid-17th century, the Dutch Company (VOC) tried to monopolize the spice
trade in Maluku after successfully making calculations with the Spanish and
Portuguese. The Dutch Company forced the people of the country to sell at a price
set by them, besides that the Company ordered the cutting of nutmeg and cloves in
several places, so that spices were not too abundant. so Sultan Hasanuddin strongly
rejected the will, because it was against the will of Allah, he said.

In the middle of the 17th century, the Dutch VOC attacked Makassar, but had not
succeeded in conquering the Gowa Kingdom. in 1667, the Dutch VOC under the
leadership of Cornelis Speelman and his allies again attacked Makassar. battles
took place everywhere, until in the end the Gowa Kingdom was pressed and weakened,
so that Sultan Hasanuddin was forced to sign the Bungaya Agreement on 18 November
1667 in Bungaya. Gowa who felt aggrieved, put up another fight. Fighting broke out
again in 1669. The Company managed to control the strongest fortress of Gowa,
namely Sombaopu Fortress on June 24, 1669. Sultan Hasanuddin died on June 12,
1670 .

Thomas A.(RUBAH)

Anda mungkin juga menyukai