Anda di halaman 1dari 8

NAMA KELOMPOK

-NI KETUT DIAN RARI


-I GEDE BAYU AMBARA DANA
- I KADEN LANANG SHADAKA
LATAR BELAKANG
Kejayaan Gowa-Tallo ketika berada dibawah
pemerintahan Sultan Hasanuddin (1653-1669
M) membuat posisi VOC di kawasan Indonesia
Timur menjadi terancam.

Rivalitas antara Gowa-Tallo dan VOC semakin meruncing dan


perang tak lagi bisa terelakkan. Dalam buku Islamisasi dan
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia (2012)
karya Daliman, latar belakang perlawanan Gowa-Tallo
terhadap VOC, yaitu:
VOC menginginkan Hak Monopoli
perdagangan di kawasan Indonesia Timur.
VOC melakukan blokade terhadap kapal-kapal
yang akan berlabuh di Somba Opu.
Untuk menghadapi tindakan VOC yang
semena-mena, Sultan Hasanudin
memperkuat pasukan dengan
memerintahkan kerajaan bawahan di
Nusa Tenggara untuk mengirimkan
prajuritnya.
Sedangkan di lain sisi, VOC
menggunakan politik Devide et Impera
dengan meminta bantuan Arung Palaka
dari Kesultanan Bone
Arung Palaka menerima permintaan dari
VOC dengan alasan ingin membalas
kekalahannya atas Gowa-Tallo dan
merebut kembali kemerdekaan Bone.
AYAM JANTAN DARI TIMUR,SANG
PEMBERANI PENANTANG VOC
Hasrat VOC untuk menguasai perdagangan rempah di Nusantara selalu memicu
konflik terhadap masyarakat di daerah yang dikunjunginya. Salah satu daerah yang
kontra dengan kehadiran VOC adalah Gowa di Sulawesi Selatan yang diduduki oleh
Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa terletak di tengah-tengah lalu-lintas pelayaran dan perdagangan yang
ramai antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur. Kerajaan ini menjadi
pusat perhubungan antara Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dengan Kepulauan Maluku
yang menjadi surganya rempah-rempah. Faktor inilah yang membuat kongsi dagang
Hindia-Belanda ini ingin menguasai dan memonopoli perdagangan di wilayah ini.

Namun untuk memonopoli perdagangan di Gowa pada abad 17, kongsi dagang
yang memiliki nama lengkap Vereenigde Oostindische Compagnie ini sedikit
tertatih-tatih. Kesulitan tersebut terjadi karena Kerajaan Gowa sedang dipimpin
oleh seorang raja yang sangat menentang keras praktik monopoli perdagangan
VOC.
Raja tersebut adalah Sultan Hasanuddin, raja ke-16
Kerajaan Gowa yang lahir pada 12 Januari 1631. Sebelum
menjadi raja, nama asli beliau ialah I Mallombasi
Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto
Mangepe. Setelah ia naik tahta, barulah ia bergelar Sultan
Hasanuddin.
Sebelum Sultan Hasanuddin menduduki singgasana
kerajaan, orang-orang Gowa sudah tidak suka dengan
kehadiran bangsa Barat yang ingin menguasai rempah-
rempah di perairan Sulawesi dan Maluku. Saat tampuk
kerajaan dipegang olehnya, barulah perlawanan mulai
terjadi.
Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada tahun
1660. Di bawah komando Sultan Hasanuddin, pasukan Kerajaan Gowa
yang terkenal dengan ketangguhan armada lautnya mulai
mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk
menentang dan melawan VOC.
VOC yang melihat Kerajaan Gowa memperkuat pasukan tidak
tinggal diam. VOC juga menjalin kerja sama dengan Kerajaan
Bone yang sebelumnya memiliki hubungan kurang baik
dengan Kerajaan Gowa. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh
VOC untuk menghimpun kekuatan untuk menghancurkan
Kerajaan Gowa. Namun, armada militer Kerajaan Gowa
masih terlalu tangguh untuk dihancurkan VOC dan para
sekutunya.

Pada 1663, pemimpin Kerajaan Bone yang bernama Arung


Palakka melarikan diri ke Batavia untuk menghindari kejaran
tentara Kerajaan Gowa. Di pusat pemerintahan Hindia-
Belanda itu ia berlindung sekaligus meminta bantuan yang
jauh lebih besar dari VOC untuk menghancurkan Kerajaan
Gowa.
Setelah 3 tahun, pada 24 November tahun 1966 pun terjadi
pergerakan besar-besaran yang dilakukan pasukan VOC di
bawah pimpinan Laksamana Cornelis Janszoon Speelman.
Armada laut VOC meninggalkan pelabuhan Batavia menuju
ke Sombaopu (ibukota Gowa).

Selama perlawanannya, Sultan Hasanuddin diberi julukan


De Haantjes van Het Oosten yang berarti Ayam Jantan dari
Timur karena semangat dan keberaniannya dalam
menentang monopoli yang dilakukan VOC.

Pemerintah juga telah menetapkan Sultan Hasanuddin menjadi


pahlawan nasional lewat Surat Keputusan Presiden RI No. 087/TK/1973
sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan-perjuangan beliau dalam
mempertahankan harga diri bangsa. Nama Sultan Hasanuddin pun
digunakan menjadi nama universitas negeri (Universitas Hasanuddin)
dan juga nama bandar udara di Makassar, Bandara Sultan Hasanuddin.
Akhir perlawanan
Sultan Hasanudin pada awal 1668
membatalkan perjanjian Bongaya yang
sangat merugikan Gowa-Tallo. Pada 1669,
Arung Palaka menyerang benteng Somba
Opu dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000
pasukan.
Arung Palaka dapat menaklukan benteng
Somba Opu dan Sultan Hasanudin beserta
pasukannya melarikan diri hingga
meninggal pada tahun 1670.

Anda mungkin juga menyukai