Anda di halaman 1dari 4

TUGAS SEJARAH

MENGANALISIS PERANG BERSENJATA DI MAKASSAR

KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA :
1. AULIA FARADILA PUTRI (07)
2. NABILA AULIA (23)
3. PUTRI RAMADANI (27)
4. ROSSALIA (32)
5. YASMINE SHINTYA SARI (36)

SMA NEGERI 1 PATIANROWO


TAHUN AJARAN 2023/2024
A. Latar Belakang
Perang Makassar diakibatkan oleh perebutan kekuasaan di kawasan perairan
Timur Nusantara yang menjadi pusat pelayaran perdagangan dan dianggap sangat
strategis. VOC ingin mengambil alih kekuasaan dari Kerajaan Makassar yang selama
ini telah memegang kendali dan mendapat keuntungan besar dari aktivitas di jalur
perdagangan di Makassar.
Pada tahun 1653 Sultan Hasanuddin naik tahta dan menjadi raja di Kerajaan
Makassar. Ia berkonsultasi dengan pakar perang dari Portugis dan Inggris untuk
menuntaskan konflik antara kerajaan dan VOC yang sudah menahun. Ia juga
memperkuat Istana Somba Opu dengan membangun benteng dan siap mengangkat
senjata untuk perang.
Pada tahun 1666 Laksamana Cornelis Speelman dirancang untuk melakukan
ekspedisi militer di kawasan Sulawesi Selatan. Namun, tugas itu tidaklah mudah
karena tempat ini berada di bawah naungan Kesultanan Makassar yang dipimpin oleh
Sultan Hasanuddin.
Ekspedisi VOC tetap berlanjut dengan membawa kapal perang berisikan 1.860
orang dari tentara Belanda dan masyarakat pribumi. Sultan Hasanuddin sempat
mengajak pihak VOC untuk berunding, namun hasilnya buntu dan bendera Perang
Makassar siap dikibarkan. Ternyata VOC tidak hanya sendiri, ia mendapat dukungan
dan berkoalisi dengan Kerajaan Ternate, tidore, dan Buton untuk melawan Kerajaan
Gowa Tallo. Karena kekuatan dari musuh yang sangat besar, satu-persatu benteng dari
Kerajaan Gowa Tallo pun jatuh. Gowa pun pada akhirnya juga jatuh.
Meskipun demikian Sultan hasanudin tetap menolak untuk menyerah. Ia tetap
gigih untuk melawan musuh, oleh karena itu dia dijuluki Sang Ayam Jantan dari
Timur. Pasukan dari Sultan Hasanuddin terus menyerang hingga kewalahan VOC.
Mereka pun akhirnya meminta bantuan pasukan dari Batavia. Meskipun sudan
berperang dengan penggantian tenaga, Benteng Somba Opu akhirnya jatuh pada 22
Juni 1669 dan ini menandai akhir Perang Makassar. Sultan Hasanuddin pun turun dari
tahtanya dan kemudian meninggal pada tahun 1670. Meskipun berakhir dengan tragis,
namun sifat kepahlawanan Sultan Hasanuddin tetap dikenang hingga sekarang.

B. Peristiwa Perang Bersenjata Di Makassar


Makassar merupakan pusat perdagangan dan pelabuhan strategis di wilayah
Sulawesi. Hal itu membuat kongsi dagang VOC milik Belanda, ingin menguasai
wilayah Sulawesi Selatan, terutama yang dikuasai Kerajaan Gowa-Tallo. Beberapa
kali VOC datang ke Kerajaan Gowa-Tallo untuk berunding dan meminta diberikan
hak monopoli. Namun, sejak era Sultan Malikussaid (1639-1653) hingga Sultan
Hasanuddin (1653-1669), VOC tidak pernah diizinkan melakukan aktivitas dagang di
wilayah Makassar. VOC kemudian melakukan rapat di Batavia pada 5 Oktober 1666
untuk membahas permasalahan tersebut. Rapat tersebut menghasilkan keputusan
untuk segera mungkin menaklukkan Kerajaan Gowa-Tallo dan merebut Makassar. Hal
inilah yang menjadi penyebab Perang Makassar yang berlangsung selama tiga tahun,
yakni antara 1666-1669.
Pada 24 Oktober 1666, angkatan laut VOC berangkat ke Makassar di bawah
pimpinan Laksamana Cornelis Spelman. VOC tiba di depan Benteng Somba Opu
pada 15 Desember 1666, dengan kekuatan 21 kapal perang serta 600 pasukan.
Begitu sampai, Spelman mengutus orangnya menemui Sultan Hasanuddin
untuk menyerah dan membayar ganti rugi kepada VOC. Akan tetapi, tuntutan tersebut
ditolak keras oleh Sultan Hasanuddin, karena VOC tidak memperlihatkan niat
baiknya. Menanggapi penolakan dari Sultan Hasanuddin, Laksamana Spelman
menyerang Makassar pada 21 Desember 1666.
Serangan VOC tersebut segera dibalas oleh pejuang Gowa dengan gagah
berani. Setelah satu hari satu malam, pasukan VOC mundur dan mencari aliansi
kepada Raja Buton, Ternate, dan Bone. Begitu berhasil membentuk aliansi, pasukan
VOC bersama Arung Palakka dari Bugis kemudian menyerang Makassar lagi pada 9
Juli 1667. Namun, serangan tersebut berhasil dipatahkan oleh pasukan dari Kerajaan
Gowa-Tallo hingga memaksa VOC dan aliansinya mundur.
Pada 22 Oktober 1667, VOC dan aliansinya menyerang lagi setelah mendapat
bantuan pasukan dari Batavia. Peperangan antara Kesultanan Makassar yang dipimpin
oleh Sultan Hasanuddin melawan Belanda, berakhir pada 18 November 1667 melalui
Perjanjian Bongaya.
Berikut adalah isi Perjanjian Bongay:
1. VOC diperbolehkan memonopoli perdagangan di kawasan Indonesia Timur,
2. Semua orang asing diusir dari Gowa-Tallo, kecuali VOC,
3. Gowa-Tallo mengganti kerugian perang
4. Beberapa wilayah kekuasaan Gowa-Tallo diserahkan kepada VOC
Perjanjian Bongaya dimaksudkan untuk mengakhiri Perang Makassar yang
telah memakan banyak korban jiwa dan materi. Namun, setelah penandatanganan
Perjanjian Bongaya, Perang Makassar tidak benar-benar berakhir. Kelompok yang
tidak mengakui Perjanjian Bongaya bertekad untuk terus melawan VOC Belanda.
Perang antara VOC dengan Kerajaan Gowa pun kembali berlanjut, perlawanan
itu dipelopori oleh Karaeng Karunrung yang sejak awal membenci VOC. Dia terus
menerus mendesak Sultan Hasanudin untuk melanjutkan perlawanan terhadap
Belanda. Pada tanggal 12 April 1668 perang antara VOC pimpinan Speelman dan
Gowa yang dipimpin Sultan Hasanudin untuk kesekian kalinya kembali pecah.
Bahkan perang yang terjadi setelah perjanjian Bongaya itu lebih besar dari
sebelumnya.

C. Tokoh-Tokoh Yang Terlibat Dalam Perang


1. Sultan Hasanudin
Sultan Hasanuddin (Dijuluki Ayam Jantan dari Timur oleh Belanda). Beliau
lahir pada 12 Januari 1631 dan wafat pada 12 Juni 1670. Beliau adalah Sultan
Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama
Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape.
Setelah menaiki takhta, ia digelar Sultan Hasanuddin, setelah meninggal ia digelar
Tumenanga Ri Balla Pangkana. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes
van Het Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan
di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional dengan
Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 6 November 1973.
Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi
Muhammad Said Daeng Mattola, Karaeng Lakiung Sultan Malikussaid
Tumenanga ri Papang Batunna dan ibunya bernama I Sabbe Lokmo Daeng
Takontu. Sultan Hasanuddin memerintah Kesultanan Gowa mulai tahun 1653
sampai 1669. Kesultanan Gowa adalah merupakan kesultanan besar di Wilayah
Timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

2. Arung Palaka
Arung Palakka adalah Sultan Bone yang menjabat pada 1672 hingga 1696.
Dia lahir pada 15 September 1634. Ia adalah putra Raja Bone ke-XIII La
Maddaremmeng Matinro’e Ri Bukaka. Saat masih berkedudukan sebagai
pangeran, Arung Palakka (juga disebut Aru Palakka) memimpin kerajaannya dari
hasil perjanjian Bungaya antara VOC dan Kesultanan Gowa pada tahun 1666. Ia
bekerja sama dengan Belanda saat merebut Makassar. Palakka pula yang
menjadikan suku Bugis sebagai kekuatan maritim besar yang bekerja sama
dengan Belanda dan mendominasi kawasan tersebut selama hampir seabad
lamanya.
Sosoknya kerap dianggap sebagai pemberontak dan pengkhianat karena
Arung Palakka bekerja sama dengan VOC. Pada masa pemerintahan ayahnya,
Kerajaan Bone ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa dan statusnya tidak lagi menjadi
kerajaan yang merdeka.

D. Akhir Perang
Pada awal 1668, Sultan Hassanudin membatalkan Perjanjian Bongaya yang
sangat merugikan pihaknya. Hal itu kembali menyebabkan pecah perang antara
pasukan Sultan Hassanudin melawan aliansi VOC pimpinan Arung Palakka. Arung
Palakka menyerang Benteng Somba Opu pada 1669 dan berhasil merebutnya dari
pasukan Sultan Hassanudin. Akibatnya, Sultan Hassanudin bersama pasukannya
terpaksa melarikan diri hingga meninggal pada 1670.
Sultan Hasanudin menunjukkan semangat yang begitu gigih, dengan gagah
berani membela negaranya dari serangan Belanda sampai titik terakhir. Sultan
Hasanuddin semasa hidupnya telah memimpin kerajaan Gowa selama 16 tahun, dari
tahun 1653 hingga 1669.
Sosok Sultan Hasanuddin sebagai raja yang berani menghadapi kekejaman
Belanda membuatnya dikenal sebagai pahlawan nasional yang hebat dalam
pandangan masyarakat Indonesia. Begitu juga dalam pandangan orang Eropa,
terutama Belanda, dia bahkan dijuluki Ayam Jago dari Timur atas kegigihan
perjuangannya.

Anda mungkin juga menyukai