Anda di halaman 1dari 21

PENYERANGAN

GOWA
ANGGOTA KELOMPOK

• Achmad Ridlo Saputro


• Diky Renaldi
• Fredi Dwi Praditya
• Sindu Berlian K.

Next
Penyebab
Proses terjadinya
terjadinya
perang
peperangan
Dampak dari
perang

Tokoh-tokoh Perjanjian
penting Bongaya

Exit
Latar Belakang Perlawanan Makassar Terhadap
Belanda
Pada masa Hasanuddin terjadi peristiwa yang sangat penting. Persaingan antara
Goa-Tallo (Makassar) dengan Bone yang berlangsung cukup lama diakhiri dengan
keterlibatan Belanda dalam Perang Makassar (1660-1669). Perang ini juga disulut
oleh perilaku orang-orang Belanda yang menghalang-halangi pelaut Makassar
membeli rempah-rempah dari Maluku dan mencoba ingin memonopoli
perdagangan. Sebagai salah satu kota dan Bandar niaga di Asia Tenggara, Somba
Opu memiliki setidak-tidaknya lima konsul dagang Eropa sebagai tempat
perwakilan dagang Negara-Negara Eropa di kerajaan itu.

Back
Dampak Perlawanan Makassar Terhadap Belanda
Peperangan demi peperangan melawan Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang dialami
Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap
perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng
Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya
akhirnya mengalami kemunduran.
Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu,
nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya
harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi
Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak
itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia.
Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi
penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin lama
makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Arung Palakka dan
Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi kosong dan sepi.
Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari Makassar ( Yang berada dalam
masa peralihan) ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak dapat dalam waktu yang cepat
memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri. Namun demikian Sultan Hasanuddin
telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih untuk membela tanah air dari cengkraman
penjajah.
Back
Jalannya Perlawanan Makassar Terhadap
Belanda
Pertempuran pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha
menghalang-halangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami kegagalan.
Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja Bone (Aru Palaka) dan
pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh Spleeman. Pasukan Arung Palakka
mendarat din Bonthain dan berhasil mendorog suku Bugis agar melakukan pemberontakan terhadap Sultan
Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan
dipaksa untuk menandatangani perjanjian perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667.
Faktor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Arung Palakka. Membantu Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan
terhadap VOC. Dengan disahkannya perjanjian Bongaya, maka Rakyat Gowa merasa sangat dirugikan oleh karena
itu perangpun kembali berkecamuk. Pertempuran hebat itu membuat Belanda cemas, sehingga menambah bala
bantuan dari batavia. Dalam pertempuran dahsyat pada bulan Juni 1669 yang cukup banyak menelan korban di
kedua belah pihak, akhirnya Belanda berhasil merebut benteng pertahanan yang paling kuat di Somba Opu.

Next
Benteng Somba Opu diduduki Belanda sejak 12 Juni 1669 dan kemudian dihancurkan, setelah
pasukan Gowa mempertahankannya dengan gagah berani. Peperangan demi peperangan melawan
Belanda dan bangsanya sendiri (Bone) yang dialami Gowa, membuat banyak kerugian. Kerugian itu
sedikit banyaknya membawa pengaruh terhadap perekonomian Gowa. Sejak kekalahan Gowa
dengan Belanda terutama setelah hancurnya benteng Somba Opu, maka sejak itu pula keagungan
Gowa yang sudah berlangsung berabad-abad lamanya akhirnya mengalami kemunduran.
Akibat perjanjian Bongaya, pada tahun 1667 sultan Hasanuddin Tunduk. Dalam perjanjian itu,
nyatalah kekalahan Makassar. Pardagangannya telah habis dan negeri-negeri yang ditaklukkannya
harus dilepaskan. Apalagi sejak Arung Palakka menaklukkan hampir seluruh daratan Sulawesi
Selatan dan berkedudukan di Makassar, maka banyak orang Bugis yang pindah di Makassar. Sejak
itu pula penjajahan Belanda mulai tertanam secara penuh di Indonesia.

Next
Makassar, sebagai ibukota kerajaan Gowa mengalami pengalihan-pengalihan baik dari segi
penguasaan maupun perkembangan-perkembangannya. Pengaruh kekuasaan gowa makin
lama makin tidak terasa di kalangan penduduk Makassar yang kebanyakan pengikut Aru
Palaka dan Belanda . benteng Somba Opu yang selama ini menjadi pusat politik menjadi
kosong dan sepi. Pemerintahan kerajaan Gowa yang telah mengundurkan diri dari
Makassar ( Yang berada dalam masa peralihan) ke Kalegowa dan Maccini Sombala tidak
dapat dalam waktu yang cepat memulihkan diri untuk menciptakan stabilitas dalam negeri.
Namun demikian Sultan Hasanuddin telah menunjukkan perjuangannya yang begitu gigih
untuk membela tanah air dari cengkraman penjajah.

Next
Akibat lain dari perjanjian ini adalah semua hubungan dengan orang-orang Makassar di daerah
ini harus diputuskan. Bagi VOC, orang-orang Makassar merupakan para pengacau dan penyulut
kekacauan karena hubungan Sumbawa dan Makassar yang telah berjalan lama. Pada 1695,
orang-orang Makassar melakukan pelarian dalam jumlah besar ke daerah Manggarai. Bahkan,
perpindahan orang-orang Makassar itu telah berlangsung sejak 1669, setelah Kerajaan Gowa
ditaklukkan VOC dan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya pada 1667.

Akhir Perlawanan Makassar Terhadap Belanda


Di akhir cerita, Sultan Hasanuddin tidak berhasil mematahkan ambisi Belanda untuk menguasai
Makassar. Sultan Hasanuddin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian Bongaya
pada tahun 1667.

Back
Isi Perjanjian Bongaya
Berikut ini terdapat beberapa isi perjanjian bongaya, antara lain sebagai berikut:
1.Menghargai dua perjanjian sebelumnya (1660) yang dibuat Jacob Cau di Makassar dan Karaeng
Popo di Batavia.
2.Segera mengembalikan seluruh orang Belanda yang sejak dulu hingga kini melarikan diri ke
Makassar.
3.Mengembalikan seluruh meriam, peralatan, dan lain-lainnya yang tersisa dari
kapal Leuwin dan Walvisch yang kini masih ada di Makassar.
4.Mengadili semua yang bertanggung jawab terhadap pembunuhan yang terjadi.
5.Mengamankan seluruh utang yang masih harus dibayar pada VOC
6.Bebaskan dan hilangkan seluruh kekuasaan Gowa atas tanah Bugis, sekutu VOC.
7.Serahkan kepada VOC dan sekutunya seluruh daerah yang direbut selama perang ini.
8.Bebaskan Turatea dari kekuasaan Kerajaan Gowa.
9.Bayar ganti rugi akibat kerusakan terhadap rakyat dan harta Sultan Ternate di Sula, bebaskan
seluruh wilayah yang selama ini dikuasai Yang Mulia sejak lama, dan bayar kompensasi untuk lima
belas meriam dan senjata-senjata yang lebih kecil yang diambil dari Sula.
10.Bayar kompensasi atas penjarahan yang dilakukan pada ekspedisi terakhir di Buton.
11.Lepaskan kekuasaan atas Bima dan serahkan kepada VOC.
Next
12.Batasi pelayaran orang Makassar dan permintaan mereka untuk izin lewat.
13.Batalkan hak berdagang orang Makassar ke seluruh orang berkebangsaan Eropa untuk selama-lamanya.
14.Serahkan hanya kepada VOC perdagangan pakaian dan barang-barang Cina.
15.Hancurkan seluruh benteng Makassar kecuali Somba Opu.
16.Serahkan hak atas benteng utara, Ujung Pandang, kepada VOC dan tidak lagi mencampuri urusan orang-orang yang
akan tinggal di sana.
17.Perdagangan bebas bea bagi VOC.
18.Tidak membangun lagi benteng baru tanpa persetujuan VOC.
19.Bayar kompensasi pada VOC terhadap kerusakan barang-barang akibat perang.
20.Serahkan Sultan Bima dan “kaki tangan”nya.
21.Serahkan Karaeng Bontomarannu.
22.Mensyahkan koin Belanda, besar dan kecil, di Makassar.
23.Tidak memberi bantuan langsung ataupun tidak langsung kepada Wajo, Bulo-Bulo dan Mandar, karena negeri-
negeri ini telah melakukan kesalahan terhadap VOC.
24.Membayar denda kepada VOC 1.500 budak atau yang senilai dengan itu.
25. VOC akan memberi bantuan dan persahabatan kepada orang Makassar dan sekutunya.
26.Kerajaan Gowa harus mengirim orang-orang terkemuka dari pemerintahannya untuk berangkat ke Batavia dengan
Speelman untuk meminta konfirmasi atas perjanjian ini dari Gubernur Jenderal dan, jika dia menginginkan, orang-
orang ini akan tinggal di Batavia sebagai sandera.

Back
» Tokoh Belanda » Tokoh Indonesia

•Speelman •Sultan Alauddin

•Gubernur Jenderal
Matsuyker VS •Sultan Hasanuddin

•Pengeran Mautis
dan John vanSlide •Muhamad Sa’id
13 Olden

Home
Speelman adalah putra dari seorang pedagang dari Rotterdam.
Pada saat usianya menginjak 16 tahun, ia pergi ke timur (Hindia
Belanda) menaiki kapal Hillegersberg menjadi Assistent (pegawai) Cornelis Janzoon Speelman
di Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pada tahun 1645 ia
tiba di Batavia dan memangku jabatan boekhouder (semacam
kepala tata administrasi) dan pada tahun 1648 menjadi
Underbuyer atau onderkoopman. Pada tahun 1649 ia menjadi
sekretaris Dewan Hindia Belanda (Raad van Indië). Dalam rangka
jabatannya yang baru ini ia diperintahkan untuk melakukan
pelayaranke Persia bersama duta besar Joan Cunaeus. Mereka
diterima dengan baik oleh syah Persia saat itu, Shah Abbas II
 dengan penyambutan yang sangat meriah. Sekembalinya dari
Persia, Speelman memangku jabatan
seperti Buyer atau koopman dan berhenti pada tahun 1657.
Sementara itu ia menikahi seorang gadis bernama 
Petronella Maria Wonderaer yang saat itu berumur 15 tahun.
Istrinya ini adalah putri dari Ontvanger-Generaal (Jenderal-
Penerima) di Hindia Belanda. Pada tahun 1659 ia ditempatkan di
kantor juru tulis perusahaan dan kantor tata administrasi (kapitein
over de compagnie pennisten) di Batavia. Dan pada tahun 1661, Ia Next
menjadi schepen van Batavia, (sejenis senator lokal).
Back Pada 12 Juni 1663, Cornelis Speelman ditunjuk sebagai
Gubernur di Coromandel, namun penunjukan ini
ditangguhkan oleh penguasa Belanda (Heren XVII), karena ia
dituding telah melakukan perdagangan ilegal dengan
membeli berlian untuk istrinya yang kemudian dijualnya lagi
karena istrinya tidak menyukai berlian tersebut. Meskipun ia
melakukan protes terhadap hal ini, Pengadilan Batavia
memvonisnya dengan 15 bulan skors dan denda sebesar
3.000 gulden. Pada tahun 1666, ia dikirim ke Makassar
 sebagai laksamana pemimpin armada perang untuk
menumpas pemberontakan di Makassar. Pada 18 November 
1667, ia menandatangani Perjanjian Bongaya. Pada tahun
yang sama, ia juga dijadikan sebagai Komisioner
(commissaris) di Amboina, Banda and Ternate. Karena
jabatannya itu, Speelman secara otomatis menjadi Konsul
luar biasa (raad extra-ordinaris) Dewan Hindia Belanda. Pada
tahun 1669, ia pergi lagi ke Makassar untuk mematahkan
secara total sisa pemberontakan. Karena hal tersebut, ia
memperoleh penghargaan pada tahun yang sama.
Pada masa kepemimpinannya, Maetsuyker memiliki ambisi
untuk memperluas wilayah VOC di Indonesia, apalagi dia
mempunyai dua orang bawahan yang sangat setia, bisa Joan Maetsuyker
dipercaya dan juga tangguh yaitu Rijkloff van Goens dan 
Cornelis Speelman.
Langkah pertama yang diambil oleh Maetsuyker adalah
mengincar Kerajaan Goa di Sulawesi yang selama ini selalu
menolak kerjasama dagang dengan VOC tetapi berhubungan
dengan Portugis, yang notabene juga merupakan pesaing berat
VOC di Indonesia. Untuk memantapkan langkah tersebut, mula-
mula adalah mengkondisikan kepulauan Maluku betul-betul
100% dikuasai oleh VOC. Karena itu VOC melakukan
pengusiran kepada penduduk di Ambon dan juga pemusnahan
tanaman cengkih di Hoamoal, peristiwa ini dilakukan pada
tahun 1656. Setahun kemudian VOC melakukan hal yang sama
di Pulau Buru, penduduk di pulau itu diusir.
Setelah posisi VOC di kepulauan Maluku dapat diperkuat, maka
VOC memasang pos di Manado untuk mengawasi lalulintas
dagang antara Spanyol di kepulauan Filipina dengan Tidore.
Sementara itu pada tahun yang sama VOC membuat perjanjian
damai dengan Kerajaan Banten
Back
John van Olden
Pengeran Mautis
Barnevelet

Pengeran Mautis dan John van Olden


Barnevelet merupakan dua tokoh
terkemuda dari Belanda yang
memprakarsai VOC. Kedua tokoh tersebut
yaitu Mautis dan Bernevelet, memberikan
idenya untuk mempersatukan kongsi –
kongsi dagang Belanda. Penggagas
berdirinya kongsi dagang para pedagang
Belanda adalah Anggota Parlemen
bernama Johan Van Oldebanevelt.
Van Oldebadenevel mengajukan usulan agar para pedagang Belanda bersatu untuk
membentuk sebuah sarikat dagang. Maka pada tanggal 20 Maret 1602, atas prakarsa
Pangeran Maurits dan Oldebanevelt didirikanlah kongsi dagang pertama di Belanda yang
disebut Verenigde Oost-Indische Compagnie disingkat VOC atau Perkumpulan Dagang India
Timur. Pengurus untuk di pusatnya terdiri dari 17 anggota. Knantor pertamanya terletak di
Banten  dan pimpinannya adalah Francois Wittert. Back
Back
Sultan Ala'uddin merupakan raja keempat belas Gowa
 dan raja pertama yang masuk Islam ketika memerintah.
Ia merupakan anak dari raja kedua belas Tunijalloq.
Ala'uddin dilahirkan dengan nama I Manngarangi, gelar
bangsawannya I Daeng Manraqbia. Setelah kekuasaan
saudaranya Tunipasuluq ditumbangkan, I Manngarangi
yang saat itu masih berusia tujuh tahun diangkat menjadi
Karaeng Gowa oleh tumabicara butta Makassar Karaeng
Matoaya.
Datuk ri Bandang, seorang pendakwah Minangkabau
 yang berasal dari Koto Tangah, mengislamkan I
Manngarangi pada tanggal 22 September 1605. Semenjak
itu, I Manngarangi memimpin dengan gelar Sultan
Ala'uddin. Pada masa pemerintahannya dan Karaeng
Matoaya, Kesultanan Makassar melakukan ekspansi
besar-besaran. Pada tanggal 10 Juni 1639, Ala'uddin jatuh
sakit ketika berada di Cikkoang; lima hari kemudian ia
meninggal di Somba Opu
Raja Gowa Tallo yang memiliki gelar I Mannuntungi Daeng Mattola Karaeng
Lakiyung Sultan Malikussaid Tuminanga ri Papang Batuna yang mulai
menunjukkan tanda-tanda masa kejayaan Kerajaan Gowa Tallo. Sultan
Muhammad Said ini lahir pada 11 Desember 1605 dan wafat pada 6
November 1653. Semangat juang rakyat Gowa Tallo untuk memajukan
kehidupan dan mendukung perkembangan kerajaan pun semakin dipacu. Dia
juga merupakan ayah dari Sultan Hasanuddin.
Back
Sultan Hasanuddin (lahir di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Januari 1631
 – meninggal di Gowa, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39
tahun) adalah Raja Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang
terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng
Mattawang Karaeng Bonto Mangape sebagai nama pemberian dari
Qadi Islam Kesultanan Gowa yakni Syeikh Sayyid Jalaludin bin Ahmad
Bafaqih Al-Aidid, seorang mursyid tarekat Baharunnur Baalwy Sulawesi
Selatan yang juga adalah gurunya, termasuk guru tarekat dari Syeikh
Yusuf Al-Makassari. Setelah menaiki Takhta, ia digelar Sultan
Hasanuddin, setelah meninggal ia digelar Tumenanga Ri Balla
Pangkana. Karena keberaniannya, ia dijuluki De Haantjes van Het
Osten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Ia dimakamkan
di Katangka, Kabupaten Gowa. Ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional
 dengan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973, tanggal 
6 November 1973.[1]
Sultan Hasanuddin, merupakan putera dari Raja Gowa ke-15, I
Manuntungi Daeng Mattola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad Said.
Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa mulai tahun 1653
 sampai 1669. Kerajaan Gowa adalah merupakan kerajaan besar di
Wilayah Timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Next
Back
Pada pertengahan abad ke-17, Kompeni Belanda (VOC) berusaha memonopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku setelah berhasil mengadakan perhitungan dengan orang-orang
Spanyol dan Portugis. Kompeni Belanda memaksa orang-orang negeri menjual dengan harga
yang ditetapkan oleh mereka, selain itu Kompeni menyuruh tebang pohon pala dan cengkih di
beberapa tempat, supaya rempah-rempah jangan terlalu banyak. Maka Sultan Hasanuddin
menolak keras kehendak itu, sebab yang demikian adalah bertentangan dengan kehendak Allah
katanya. Untuk itu Sultan Hasanuddin pernah mengucapkan kepada Kompeni "marilah berniaga
bersama-sama, mengadu untuk dengan serba kegiatan". Tetapi Kompeni tidak mau, sebab dia
telah melihat besarnya keuntungan di negeri ini, sedang Sultan Hasanuddin memandang bahwa
cara yang demikian itu adalah kezaliman.
Pada tahun 1660, VOC Belanda menyerang Makassar, tetapi belum berhasil menundukkan
Kerajaan Gowa. Tahun 1667, VOC Belanda di bawah pimpinan Cornelis Speelman beserta
sekutunya kembali menyerang Makassar. Pertempuran berlangsung di mana-mana, hingga
pada akhirnya Kerajaan Gowa terdesak dan semakin lemah, sehingga dengan sangat terpaksa
Sultan Hasanuddin menandatangani Perjanjian Bungaya pada tanggal 18 November 1667 di 
Bungaya. Gowa yang merasa dirugikan, mengadakan perlawanan lagi. Pertempuran kembali
pecah pada Tahun 1669. Kompeni berhasil menguasai benteng terkuat Gowa yaitu Benteng
Sombaopu pada tanggal 24 Juni 1669. Sultan Hasanuddin wafat pada tanggal 12 Juni 1670.
Namanya kini diabadikan untuk Universitas Hasanuddin, Kodam XIV/Hasanuddin dan 
Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar.
Terima kasih telah menyempatkan waktu meihat
hasil kerja kami
Wassalamualaikum wr rb

Anda mungkin juga menyukai