Anda di halaman 1dari 4

Teks Khutbah Jumat Singkat

“Hati yang Keras dan Membatu”

ِ‫ َونَع ُْو ُذ بِاهلل‬،‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ؛ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُ ْوبُ إِلَ ْي ِه‬
‫ َو َم ْن‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬ ِ ‫ِم ْن ُشر ُْو ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيِّئَا‬
،ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ي لَه‬ Kَ ‫يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬
‫ص َح‬ َ َ‫َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ بَلَّ َغ الرِّ َسالَةَ َوأَ َّدى األَ َمانَةَ َون‬
‫ أَ َّما‬. ‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن‬ َ ‫ات هللاِ َو َساَل ُمهُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬ ُ ‫صلَ َو‬ َ َ‫األُ َّمةَ؛ ف‬
ُ‫ اِتَّقُ ْوا هللاَ تَ َعالَى؛ فَإِ َّن َم ِن اتَّقَى هللاَ َوقَاهُ َوأَرْ َش َده‬:‫اش َر ال ُم ْؤ ِمنِي َْن‬ ِ ‫بَ ْع ُد َم َع‬
ُ‫ إِلَى َخي ٍْر أُ ُم ْو ٍر ِد ْينِ ِه َو ُد ْنيَاه‬.
Hadirin kaum Muslimin jamaah salat Jumat yang mulia.
Puji syukur pada Allah SWT. Shalawat dan salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Rasulallah SAW dan para ahli keluarganya yang suci
dan mulia. Selaku khatib, saya berpesan pada diri sendiri dan jamaah
sekalian: mari tingkatkan selalu ketakwaan kita kepada Allah SWT, agar kita
mendapatkan kesuksesan hidup dunia dan akhirat. Amin.
Pada kesempatan khutbah yang singkat ini saya ingin membahas hal yang
ringan namun sering sekali terjadi pada diri kita, yaitu qaswatul qalb atau
ketika hati keras dan membatu.
Hadirin kaum Muslimin jamaah salat Jumat yang mulia.
Saudaraku, sekali waktu barangkali kita pernah merasakan sulit sekali
bersyukur. Hidup terasa hampa. Banyak keinginan tak kunjung terpenuhi.
Akibatnya, hati terasa keras dan membatu. Kesombongan menyelimuti
kehidupan dari hari ke hari. Dan saat mendapat nasehat dari saudara, teman,
atau kiai sekalipun, kita merasa digurui. Ketahuilah sesungguhnya kita
tengah terjangkit penyakit “qaswatul qolb” atau hati yang membatu.
Semakin banyak kemaksiatan kita lakukan sesungguhnya semakin membuat
hati kita mengeras dan membatu. Allah SWT berfirman,
“ ُ‫س َوةً َوإِ َّن ِمنَ ْال ِح َجا َر ِة لَ َما يَتَفَ َّج ُر ِم ْنه‬
ْ َ‫ار ِة أَوْ أَ َش ُّد ق‬
َ ‫ك فَ ِه َي َك ْال ِح َج‬
َ ِ‫ت قُلُوبُ ُكم ِّمن بَ ْع ِد َذل‬
ْ ‫ثُ َّم قَ َس‬
‫ق فَيَ ْخ ُر ُج ِم ْنهُ ْال َماء َوإِ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ ْهبِطُ ِم ْن َخ ْشيَ ِة هللاِ َو َما هللاُ بِغَافِ ٍل‬
ُ َّ‫األَ ْنهَا ُر َوإِ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ َّشق‬
َ‫“ َع َّما تَ ْع َملُون‬
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras
lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-
sungai daripadanya….” (QS. Al-Baqarah:74)
Maka, kata Ibnul Qayyim, :
َ ِ‫ي كاَل َش َج َر ِة اليَاب‬
  ‫ الَ يَصْ لِ َحا ِن إِاَل النَار — ابن القيم‬،‫س ِة‬ ٌ ‫القَ ْلبُ ال َمي‬
ُ ‫ْت القَا ِس‬
Hati seseorang yang telah kering dan membatu, ia bagaikan pohon yang
meranggas dan mati. Keduanya hanya pantas dilalap api. Naudzubillah.
Hadirin kaum Muslimin jamaah salat Jumat yang mulia.
Memang, ada banyak sebab kerasnya hati. Qadhi al-Fudail berkata, “Tiga
peristiwa yang menyebabkan hati membatu; terlalu banyak makan, terlalu
banyak tidur dan terlalu banyak berbicara”. Bahkan, makan yang berlebihan
merusak kesehatan badan. Ibnu Sina, pakar kedokteran Islam generasi awal,
berkata, “Perhatikanlah (konsumsi) perutmu sebab sebagian besar penyakit
bermula dari makanan yang berlebih”.
Karena itulah, Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Istirahatnya badan dengan
mengurangi makan, istirahatnya lidah dengan mengurangi berbicara, dan
istirahatnya hati dengan mengurangi keinginan.”
Untuk mengindari qaswatul qolb, Rasulallah SAW mengajarkan kepada kita,
antara lain, untuk pandai-pandai bersyukur. Suatu hari, seorang sahabat
datang kepada Rasulallah SAW dan berkata,
“Akhir-akhir ini aku merasakan hatiku keras, Rasulallah SAW kemudian
berkata, “Maukah engkau kuberi tahu cara untuk melembutkannya dan
keinginanmu terpenuhi? Sayangilah anak-anak yatim, usaplah kepalanya,
berikanlah mereka makanan dari makananmu, niscaya (hal demikian) akan
melembutkan hati dan melapangkan rizkimu” (HR Thabrani).
Maka, ketika kita menjamu yatim, menawarkan mereka makanan terbaik
yang kita miliki bukan saja ia melembutkan hati, namun mengantarkan kita
pada hadits Rasulallah SAW lainnya, “Aku dan orang-orang yang mengurus
anak yatim kelak akan berdampingan seperti dua jari di surga.”
Hadirin kaum Muslimin jamaah salat Jumat yang mulia.
Cara lainnya adalah sering-seringlah berziarah kubur, tentu dengan niat yang
benar. Rasulallah SAW berkata, “Aku pernah melarang kalian ziarah kubur.
Sekarang berziarah. Sebab sesungguhnya ia akan melembutkan hati,
melelehkan air mata, dan mengingatkan akherat.” (HR Al-Hakim).
Ziarah kubur dengan tujuan mengingat akherat adalah hal yang dianjurkan.
Dengan mengingat kematian, tersadarlah kita bahwa tak ada yang pantas
untuk kita sombongkan.
Makanan terbaik kita adalah madu. Ia diproduksi oleh lebah. Pakaian terbaik
adalah sutera. Sutera diproduksi oleh ulat. Hiasan terindah adalah mutiara.
Mutiara diproduksi oleh kerang. Kesombongan macam apa yang pantas kita
banggakan di hadapan Allah, Dzat yang menciptakan lebah, ulat dan kerang
itu.
Allah SWT berfirman, 
‫ض ۖ َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬ َ ‫َولَهُ ْال ِكب ِْريَا ُء فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
“Dan bagi-Nya lah keagungan di langit dan bumi, Dialah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS al-Jaatsiyah: 37)
Penutup Teks Khutbah Jumat Singkat
Selain memperhatikan yatim dan berziarah kubur, Rasulallah SAW
menganjurkan untuk bersegera dalam melakukan setiap kebaikan, hindari
kemalasan. Bahkan, kata beliau SAW, “sebaik-baik salat adalah di awal
waktu.” Rasulallah SAW kemudian mengajarkan kita untuk berdoa, “Ya
Allah, aku berlindung padamu dari kelemahan dan rasa malas.” Pepatah
berkata, pemalas selalu menanti hari mujur.
Padahal, bagi seorang yang rajin, tiap hari adalah hari mujur! Lalu, jika kita
tetap merasa banyak keinginan hati yang belum terpenuhi, berbaik sangkalah
pada Allah SWT. Barangkali, ada hak-hak orang lain yang belum kita
tunaikan. Boleh jadi, ada makanan tidak halal yang kita konsumsi dalam
keseharian. Belajarlah untuk beristighfar sebab azab terberat di dunia adalah
ketika Allah telah mengunci lidahmu untuk berdzikir dan beristigfar kepada-
Nya.
Bahkan, kata Ibnul Qayyim, :
َ َ‫ك بِال ُدعا َ ِء فَا ْعلَ ْم أنَ هللاَ لَ ْن ي ٍُريْد إ َجابَةَ َد ْع َوت‬
‫ك‬ ٍ ‫ت ْالبَالَ ِء َم َع اِ ْستٍ ْم َر‬
َ ‫ار‬ ُ ‫ال َعلَ ْيكَ َو ْق‬
َ َ‫إٍ َذا ط‬
ْ ‫ك فَوْ قَهَا َعطَايَا لَ ْم ت‬
َ‫َطلً ْبهَا أ ْنت‬ ْ ‫!! بَلْ ي ٍُر ْي ُد‬.. ‫ط‬
َ ‫أن يُ ْع ِط ْي‬ ْ َ‫ فَق‬..
Apabila musibah yang engkau dapatkan panjang sekali, padahal tak pernah
berhenti engkau berdoa, yakinlah bahwa Allah tidak saja hendak menjawab
doa-doamu itu. Tetapi, Allah hendak memberimu karunia lain yang bahkan
engkau tak memintanya”.
Semoga kita terhindar dari yang keras dan membatu.

ٍ ‫أَقُوْ ُل هَ َذا القَوْ َل َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن‬
ُ‫ب فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم إِنَّه‬
‫الر ِح ْي ُم‬َ ‫هُ َو ال َغفُوْ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai