RAKYAT
MAKASSAR
Anggota:
1. Andi Muhammad Adlyn
2. Muhammad Ghian Rahman
3. Prama Kaisar Suryadana
TOKOH - TOKOH
Sultan
Hasanuddin Aru Palakka
Perjanjian Bongaya ternyata tidak berlangsung lama, Pada awal 1668 Sultan Hasanuddin membatalkan perjanjian Bongaya
yang sangat merugikan Gowa-Tallo dan Sultan Hasanuddin kembali memimpin peperangan dengan Belanda. Awalnya
Belanda merasa kewalahan. Namun dengan senjata lengkap, mereka dapat memukul mundur Sultan Hasanuddin. Pada
1669, Arung Palaka menyerang benteng Somba Opu dengan kekuatan sekitar 7.000-8.000 pasukan. Arung Palaka dapat
menaklukan benteng Somba Opu dan Sultan Hasanudin beserta pasukannya melarikan diri hingga meninggal pada tahun
1670.
Isi Perjanjian Bongaya
Berikut dibawah ini isi dari perjanjian bongaya, yaitu sebagai berikut:
1. VOC menguasai monopoli perdagangan di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara
2. Makasar harus melepas seluruh daerah bawahannya, seperti Sopeng, Luwu, Wajo, dan
Bone
3. Aru Palaka diakui sebagai Raja Bone
4. Makassar harus menyerahkan seluruh benteng-bentengnya
5. Kerajaan Makasar diperkecil, hanya meliputi Gowa
6. Semua Bangsa Asing di usir dari Makasar, kecuali VOC
7. Makasar harus membayar biaya perang
Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan rakyat Makassar terhadap Belanda
tetap diteruskan oleh putra Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba.
Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya
secara besar-besaran dan pada akhirnya Belanda berhasil menghancurkan Makassar dan
menguasai wilayah kerajaan tersebut sepenuhnya.
HASIL AKHIR
Perlawanan rakyat Makassar akhirnya
mengalami kegagalan. Salah satu
faktor penyebab kegagalan rakyat
Makassar adalah keberhasilan politik
adu domba Belanda terhadap Sultan
Hasanudin dengan Aru Palaka yang
merupakan Raja Kerajaan Bone.
Pada akhir peperangan, Sultan
Hasanuddin dipaksa menandatangani
perjanjian Bongaya pada tahun 1667
yang isinya sangat merugikan pihak
Makassar.
Semoga bermanfaat