Anda di halaman 1dari 4

Perlawanan Rakyat Makassar di Bawah Pimpinan Sultan Hasanuddin

Pertempuran VOC dengan Kerajaan Gowa terus berlangsung hingga masa kepemimpinan Sultan
Hasanuddin yang diangkat menjadi Raja Gowa pada tahun 1653.

Saat memimpin Kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin tetap menjalankan serta melanjutkan
kebijaksanaan pendahulunya yakni Sultan Alaudin dan almarhum ayahnya Sultan Malikussaid, untuk
tidak mengakui hak monopoli perdagangan VOC.

Hal ini membuat hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC semakin memanas. VOC yang
menganggap Kerajaan Gowa sebagai musuh yang sangat berbahaya dan terus berusaha
menghancurkannya.

Ancaman VOC bagi wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa yang semakin kuat mau tidak mau memaksa
rakyat pribumi untuk ikut melakukan perlawanan. Sepanjang tahun 1660-1670, berbagai perlawanan
terhadap VOC dilakukan oleh Sultan Hasanuddin bersama rakyat Makassar (Gowa-Tallo).

Berikut ini beberapa peristiwa yang menggambarkan perlawanan terhadap VOC yang dilakukan oleh
Sultan Hasanuddin bersama rakyat Makassar:

1. Peristiwa Tahun 1660

Pada tanggal 12 Juni 1660, terjadi pertempuran antara Belanda dengan pasukan meriam dari
Benteng Panakkukang. Dalam waktu dua hari, Belanda berhasil menduduki Benteng Panakkukang.

Sultan Hasanuddin tidak tinggal diam, dan berhasil mengambil alih benteng tersebut melalui sebuah
perjanjian yang sebenarnya sangat merugikan pihak Kerajaan Gowa. Akhirnya, Sultan Hasanuddin
yang didampingi oleh Karaeng Karunrung yang terkenal sangat benci dan tidak mau berkompromi
dengan VOC memutuskan untuk tidak menuruti isi perjanjian itu.

Karena situasi terus memanas, akhirnya pertempuran antara VOC dan Kerajaan Gowa kembali
pecah. Situasi diperparah setelah Arung Palakka pergi ke Batavia meminta bantuan dan dilindungi
VOC.

Belanda melancarkan beberapa serangan kepada Kerajaan Gowa. Usai menerima sejumlah
serangan, Sultan Hasanuddin pun bertekad untuk melakukan serangan balasan.
Pasukan VOC dengan perlengkapan dan persenjataannya lebih unggul mampu bertahan dari
serangan Kerajaan Gowa. Meskipun demikian, serangan yang dilakukan oleh Sultan Hasanuddin
tetap membuahkan hasil. Sembilan orang tentara Belanda tewas dalam pertempuran itu dan
dimakamkan di dekat Benteng Panakukang.

2. Peristiwa De Walvis Tahun 1662

Pada 1662, Sultan Hasanuddin bersama pasukannya kembali melakukan perlawanan terhadap
Belanda setelah sebuah kapal VOC yang bernama De Walvis masuk ke perairan yang dikuasai oleh
Kesultanan Gowa. Kapal itu dikejar oleh armada Kesultanan Gowa hingga akhirnya kandas pada
sebuah Tanah Gosong di tepi laut Somba Opu.

Dalam perlawanan tersebut, armada Kesultanan Gowa berhasil menyita 16 buah meriam dari kapal
tersebut. Belanda lalu menuntut agar meriam itu dikembalikan, tetapi Sultan Hasanuddin
menolaknya dengan alasan kapal itu melanggar dan memasuki wilayah perairan Kesultanan Gowa.

3. Peristiwa De Leeuwin

Pada suatu malam, tanggal 24 Desember 1664, kapal VOC "De Leeuwin" memasuki perairan
Kerajaan Gowa, kapal tersebut membawa Arung Palakka dengan beberapa orang dari Buton ke
Batavia. Kapal tersebut lalu dikejar oleh armada Kesultanan Gowa hingga akhirnya kandas di pulau
Dayang-dayangan di sebelah Selatan Benteng Panakukang.

Sebanyak 40 orang dari total seluruh anak buah kapal Belanda mati tenggelam. Sementara itu, 162
orang lainnya yang masih hidup ditawan dan dibawa ke Somba Opu. VOC pun menuduh bahwa
Sultan Hasanuddin merebut sebuah peti yang berisi uang perak sebanyak 1.425 ringgit Belanda yang
dimuat dalam kapal tersebut.

VOC juga berulang kali menuntut dan meminta uang itu dikembalikan. Namun Sultan Hasanuddin
menolaknya dan mengatakan bahwa semua barang sitaan yang berasal dari musuh adalah hak milik
Kesultanan Gowa. Selain itu, Kapal VOC yang ditahan itu juga telah melanggar perairan Kesultanan
Gowa.

Akhirnya, VOC mengirim Cornelis Kuyff dengan 14 orang anak buahnya untuk memeriksa keadaan
kapal De Leeuwin yang kandas tersebut. Kedatangan VOC saat itu itu tanpa izin dan tanpa
sepengetahuan Sultan Hasanuddin.

Setibanya di sana, pasukan VOC langsung dikepung oleh pasukan Kesultanan Gowa yang kemudian
memrintahkan pasukan VOC itu menyerah. Pasukan VOC yang saat itu menolak menyebabkan
pertempuran sengit yang menewaskan seluruh pasukan VOC saat itu.
4. Perlawanan Terhadap Belanda di Buton

Pada tahun 1655, tepatnya di bulan April, armada Gowa yang dipimpin langsung Sultan Hasanuddin
menyerang orang-orang Belanda yang telah menduduki kerajaan Buton.

Saat itu, Belanda mencoba menghasut Sultan Buton untuk mempertahankan wilayahnya dan serta
berjanji akan membantu semaksimal mungkin. Namun, berkat serangan yang sangat hebat, mereka
berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa.

Setelah Kerajaan Gowa Berhasil meruntuhkan perlawanan Belanda di Buton, Sultan Hasanuddin
bersama para pasukannya pun meninggalkan perairan Buton lalu kembali ke Gowa.

5. Melawan Laksamana Speelman dalam Perang Makassar

Dalam Perang Makassar yang berlangsung tahun 1666-1669, Sultan Hasanuddin bersama rakyat
Makassar melakukan perlawanan terhadap pasukan VOC yang dipimpin oleh Spellman.

Dikutip dari jurnal UIN Alauddin Makassar yang berjudul 'Kondisi Sosial-Politik Pasca Perjanjian
Bongaya 1667', Perang tersebut terjadi karena VOC yang berambisi ingin menguasai jalur
perdagangan rempah-rempah di wilayah timur Nusantara. Meskipun berlangsung cukup singkat,
perang yang terjadi saat itu benar-benar menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Makassar,
khususnya rakyat Kerajaan Gowa.

Melihat penderitaan yang dialami oleh rakyatnya, Sultan Hasanuddin yang saat itu merupakan Raja
Gowa memutuskan untuk berdamai dengan Belanda. Keputusan berdamai dengan Belanda tersebut
agar penderitaan rakyatnya segera berakhir.

Pada tanggal 18 November 1967 sebuah perjanjian perdamaian antara Kerajaan Gowa dengan VOC
Belanda ditandatangani di sebuah desa di selatan kota Makassar, yang kini dikenal dengan Perjanjian
Bongaya. Perjanjian Bongaya dimaksudkan untuk mengakhiri Perang Makassar yang telah memakan
banyak korban jiwa dan materi.

Namun, setelah penandatanganan Perjanjian Bongaya, Perang Makassar tidak benar-benar berakhir.
Kelompok yang tidak mengakui Perjanjian Bongaya bertekad untuk terus melawan VOC Belanda.

Perang antara VOC dengan Kerajaan Gowa pun kembali berlanjut, perlawanan itu dipelopori oleh
Karaeng Karunrung yang sejak awal membenci VOC. Dia terus menerus mendesak Sultan Hasanudin
untuk melanjutkan perlawanan terhadap Belanda.
Pada tanggal 12 April 1668 perang antara VOC pimpinan Speelman dan Gowa yang dipimpin Sultan
Hasanudin untuk kesekian kalinya kembali pecah. Bahkan perang yang terjadi setelah perjanjian
Bongaya itu lebih besar dari sebelumnya.

Kemudian, Speelman dalam suatu kesempatan menyurati pimpinan VOC di Batavia. Dia meminta
agar pimpinan VOC segera mengirimkan bala bantuan agar VOC dapat memberikan pukulan terakhir
kepada Kerajaan Gowa dan menjamin perdamaian mutlak.

Pada bulan April 1669 pasukan Belanda melakukan serangan kepada warga Makassar, serangan itu
dilakukan secara teratur dan berulang-ulang. Penyerangan yang dilakukan Belanda saat itu
mendekat ke Benteng Somba Opu sehingga membuat suasana peperangan semakin sengit.

Pada tanggal 24 Juni 1669, Belanda berhasil menaklukkan benteng utama dan benteng Kerajaan
Gowa. Benteng Somba Opu takluk secara terhormat setelah Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan
Sultan Hasanuddin melakukan perlawanan dengan sangat gigih.

Anda mungkin juga menyukai