Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KELOMPOK SEJARAH

KELOMPOK 3

PERANG MELAWAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


ANGGOTA KELOMPOK
KELOMPOK 3
• Arum Setiawati(06)

• Umi Mawadah (32)

• Achmad Nurur Ro'uf (01)

• Satriyo Adi Nugroho (29)

• Naila Alya Furqon (21)

PERANG MELAWAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


01
Aceh Versus Portugis dan VOC

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Sejarah perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis sudah terjadi sejak abad ke-14 Masehi. Kronologi awalnya, kala
itu Aceh menjadi tujuan perdagangan ketika Portugis menguasai Malaka pada 1511 di bawah pimpinan Alfonso de
Albuquerque.

Portugis merupakan salah satu bangsa Eropa, selain Spanyol, pertama yang melakukan penjelajahan samudera
dengan misi 3G, yakni Gold (kekayaan), Glory (kejayaan), dan Gospel (penyebaran agama). Di wilayah-wilayah
yang dikunjunginya, termasuk Malaka dan Aceh, Portugis berniat melakukan penaklukkan dan menguasai
perdagangan rempah-rempah yang merupakan komoditas mahal di Eropa.Bumi Serambi Mekkah yang kala itu
merupakan wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh Darussalam memiliki bandar perdagangan yang ramai, bahkan
bersaing dengan Malaka.Portugis menganggap Kesultanan Aceh Darussalam sebagai ancaman terhadap posisi
mereka di Malaka. Maka, pada 1523 Portugis menyerang Aceh.

Dikutip dari buku Perlawanan Tokoh-tokoh Masyarakat Aceh Terhadap Rezim Kolonial Belanda (2002), serangan
tersebut dapat dipatahkan.

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


02
Maluku Angkat Senjata

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Kedatangan Bangsa Belanda ke Maluku disambut dengan tangan terbuka. Hal ini
dikarenakan bahwa bangsa Portugis adalah bangsa yang dimusuhi oleh bangsa Maluku
dan bangsa Belanda.

Hingga kemudian bangsa Maluku saling bekerja sama dengan bangsa Belanda untuk
mengusir bangsa Portugis Setelah Portugis meninggalkan Maluku pada tahun 1613,
VOC merebut benteng Portugis yang disebut dengan Benteng Victoria. Hingga
kemudian mendirikan benteng baru yang dinamakan Benteng Oranje.

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Perlawanan Maluku

Menurut Miskuindu dalam Sejarah Nasional Indonesia (2019), awal dari


Maluku mengangkat senjata dimulai saat peperangan dipimpin oleh Kakikali
pada tahun 1646 namun perlawanan ini cepat dipadamkan oleh VOC.
Maluku angkat senjata melawan VOC yang paling fenomenal adalah di
Tidore pada tahun 1779.

Perlawanan ini dipimpin oleh Sultan Nuku setelah tertangkapnya Sultan


Jamalludin. Sultan Nuku melakukan strategi Politik Devide et Impera,
sama dengan taktik yang dilakukan bangsa barat untuk melawan Belanda.

Cara yang dilakukan adalah dengan cara menghasut orang Inggris untuk
mengusir VOC. Setelah berhasil, Sultan Nuku menyerang bangsa Inggris
untuk keluar dari Maluku. Upaya ini berhasil mempertahankan Maluku
dari bangsa barat hingga akhir hayatnya. 
Perang Pattimura
Setelah kepergian Inggris karena perjanjian Traktar London, Belanda kembali menguasai
Indonesia pada awal abad ke 19. Adanya Belanda di Maluku justru menambah kesengsaraan
bagi rakyat Maluku. 

Rakyat Maluku tidak mau terus menderita dibawah keserahahan bangsa belanda, oleh karena
itu, perlu mengadakan perlawanan untuk menentang kebijakan belanda di bawah pimpinan
 komando Thomas Matulessy atau biasa disebut Kapitan Pattimura. Kapitan Pattimura
mengawali peperangan dengan menyerang pos-pos dan benteng Belanda di Saparua pada 16
Mei 1817.

Penyerangan tersebut membuahkan hasil, Kapitan Pattimura berhasil kmerebut Benteng


Duurstede.  Belanda dengan kekuatan lebih 200 prajurit di bawah pimpinan Mayor Beetjes
menyerang Pattimura dan pasukannya di Saparua. Upaya perebutan kembali benteng Duurstede
dan Saparua dapat digagalkan oleh Pattimura dan pasukannya. 

Kemenangan dalam pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram,
Hatawano, Hitu, Haruku, Waisisil dan Larike. Dalam buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O
Nanulaitta, Pengkhianatan Raja Booi dari Saparua mengakibatkan Pattimura tertangkap dan
dihukum gantung. Raja Booi membocorkan informasi tentang strategi perang Pattimura dan
rakyat Maluku, sehingga Belanda mampu merebut kembali Saparua.
03
Sultan Agung Versus J.P Coen

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang

Pada masa pemerintahan Sultan Agung,Mataram mencapai zaman keemasan.

Cita-cita:
1) Mempersatukan seluruh tanah Jawa
2) Mengusir kekuasaan asing dari bumi Nusantara_

Alasan merencanakan serangan ke Batavia:

1} Tindakan monopoli yang dilakukan VOC


2) VOC sering menghalang-halangi kapal,-kapal dagang Mataram yang akan berdagang ke Malaka
3) VOC menolak untuk mengakui kedaulatan Mataram
4) Keberadaan VOC di Batavia telah memberikan ancaman serius bagi masa depan pulau Jawa.

Serangan Pertama=>Pada tanggal 22 Agustus 1628,dibawah pimpinan Tumenggung Baureksa menyerang Batavia.Terjadilah pertempuran
sengit,tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih unggul(serangan belum berhasil)._

Serangan kedua=>Pada tahun 1629.Persiapan:-Sultan Agung meningkatkan jumlah kapal dan senjata-membangun lumbung-lumbung
beras.Ternyata informasi persiapan pasukan Mataram diketahui oleh VOC.
VOC mengirim kapal perang ke Tegal menghancurkan 200 kapal Mataram,400 rumah penduduk dan lumbung beras.Pasukan Mataram terus
mengepung Batavia dan berhasil menghancurkan benteng Hollandia.(tetapi serangan kedua juga gagal)
Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang

Pada tanggal 21 September 1629

JP.Coen meninggal._VOC semakin berambisi untuk terus memaksakan monopoli dan memperluas pengaruhnya.

Namun,dibalik itu VOC selalu khawatir dengan kekuatan tentara Mataram.

Perlawanan pasukan Sultan Agung terhadap VOC mengalami kegagalan.

Sultan Agung meninggal pada tahun 1645


Sayangnya semangat dan kebesaran Sultan Agung tidak diwariskan oleh raja-raja pengganti Sultan
Agung.Mataram semakin lemah sehingga akhirnya berhasilkan dikendalikan oleh VOC.a juga gagal
04
Perlawanan Banten

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Banten berpotensi menjadi bandar perdagangan Internasional sehingga berulang kali Belanda mencoba menguasai,tetapi tidak pernah
berhasil.

Pada tahun 1619,Belanda membangun kota perdagangan Batavia untuk menyaingi Banten.Karena terus bersaing,sering terjadi bentrokan
antara konvoi dagang VOC dan rakyat Banten._Pada tahun 1651,Sultan Agung Tirtayasa naik tahta menjadi Sultan Banten.

UPAYA PERLAWANAN:
•bekerjasama dengan pedagang asing,seperti Inggris,Perancis, Denmark,dan Portugis.•mengembangkan hubungan dagang dengan negara
negara asing seperti,Persia,Benggala,Siam,Tankin dan Cina.
•mengirim beberapa pasukan untuk mengganggu kapal-kapal dagang VOC dan menimbulkan gangguan di Batavia pada tahun 1658-
1659.
•memberi tekanan dan memperlemah kedudukan VOC dengan perusakan kebun tanaman tebu milik VOC.

AKHIR PERLAWANAN

Namun pada akhirnya Perlawanan Rakyat Banten mengalami kekalahan,setelah putra Sultan Ageng Tirtayasa,memilih bekerjasama
dengan VOC untuk merebut tahta dan berakibat diadakannya perjanjian Banten 1684.Akhirnya Sultan Ageng terdesak dan berhasil
ditangkap dan meninggal pada 1692_

AKIBAT PERLAWANAN BANTEN TERHADAP VOC


•Pelabuhan Banten yang dulunya ramai menjadi sepi
•Banyak korban berjatuhan
05
Perlawanan Goa

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Kerajaan Gowa merupakan salah satu kerajaan yang sangat terkenal di Nusantara. Pusat pemerintahannya berada di Somba Opu yang
sekaligus menjadi pelabuhan Kerajaan Gowa. Gowa anti terhadap tindakan monopoli perdagangan. Masyarakat Gowa ingin hidup merdeka
dan bersahabat kepada siapa saja tanpa hak istimewa. Masyarakat Gowa senantiasa berpegang pada prinsip hidup "Tanahku terbuka bagi
semua bangsa",

"Tuhan menciptakan tanah dan laut; tanah dibagikan-Nya untuk semua manusia dan laut adalah milik bersama". Makassar dengan pelabuhan
Somba Opu memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional. Dengan melihat peran dan posisi Makassar atau Kerajaan
Gowa yang strategis, VOC berusaha keras untuk dapat mengendalikan Gowa.

VOC ingin menguasai pelabuhan Somba Opu serta menerapkan monopoli perdagangan. Berbagai upaya untuk melemahkan posisi Gowa terus
dilakukan. Sebagai contoh, pada tahun 1634, VOC melakukan blokade terhadap pelabuhan Somba Opu, tetapi gagal karena perahu-perahu
Makassar yang berukuran kecil lebih lincah dan mudah bergerak diantara pulau-pulau yang ada. VOC pun merasa kesulitan untuk memburu
dan menangkap perahu-perahu tersebut. Raja Gowa, Sultan Hasanuddin ingin segera menghentikan tindakan VOC yang anarkis dan
provokatif itu. Sultan Hasanuddin menentang ambisi VOC yang ingin memaksakan monopoli di Gowa.

Seluruh kekuatan dipersiapkan untuk menghadapi VOC. Sementara itu, VOC juga mempersiapkan diri untuk menundukkan Gowa. Politik
device et impera mulai dilancarkan. Kekuatan VOC ini menyerang pasukan Gowa dari berbagai penjuru. Beberapa serangan VOC berhasil
ditahan pasukan Hasanuddin. Tetapi dengan pasukan gabungan disertai peralatan senjata yang lebih lengkap, VOC berhasil mendesak pasukan
Hasanuddin. Hasanuddin kemudian dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya pada tanggal 18
November 1667, yang isinya antara lain sebagai berikut :

1. ​Gowa harus mengakui hak monopoli VOC

2. ​Semua orang barat, kecuali Belanda harus meninggalkan wilayah Gowa

3. ​Gowa harus membayar biaya perang Sultan Hasanuddin tidak ingin melaksanakan isi perjanjian itu, karena isi perjanjian itu
bertentan

Pada tahun 1667 Sultan Hasanuddin mencoba menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali melawan VOC. Namun, benteng
pertahanan rakyat Gowa jatuh dan dikuasai oleh VOC. Dengan sangat terpaksa Sultan Hasanuddin harus melaksanakan isi
Perjanjian Bongaya. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Bongaya itu justru melahirkan diaspora perdagangan bagi orang-orang
Bugis-Makassar.

Dengan prinsip bebas berdagang mereka menyelundup ke berbagai kota dan pelabuhan untuk berdagang termasuk perdagangan
rempah-rempah di Maluku. Artinya VOC gagal dalam mengendalikan perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang Bugis-
Makassargan dengan hati nurani dan semboyan masyarakat Gowa atau Makassar.
Kegagalan VOC mengendalikan perdagangan karena :

1. k​ etidakmungkinan membatasi perdagangan yang didukung dengan motif mencari untung dipadu dengan kondisi
geografis yang sulit terpantau sehingga mudah untuk melakukan penyelundupan dagang.

2. ​VOC memiliki kelemahan dalam pemasaran, karena mengejar keuntungan yang tinggi dan tidak mampu
membangun jaringan dengan pasar lokal / tidak paham dengan selera pasar lokal.

3. ​Keterlibatan VOC dalam pembelian produk-produk lokal sangat kecil.


06
RAKYAT RIAU ANGKAT SENJATA

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Ambisi untuk melakukan monopoli perdagangan dan menguasai berbagai daerah di Nusantara terus dilakukan oleh VOC. Di samping menguasai
Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau.

Dengan politik memecah belah VOC berhasil menanamkan pengaruhnya di Riau. Salah satu contohnya perlawanan di Riau yang dilancarkan
oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura. Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (1723-1744) memimpin rakyatnya untuk melawan VOC. Setelah
berhasil merebut Johor kemudian ia membuat benteng pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau Bintan ini pasukan Sultan Abdul
Jalil mengirim pasukan di bawah komando Raja Lela Muda untuk menyerang Malaka. Dalam pertempuran ini Raja Lela Muda selalu
mengikutsertakan putranya yang bernama Raja Indra Pahlawan.

Dalam suasana konfrontasi dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat. Sebagai gantinya diangkatkah putranya yang bernama
Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah (1746-1760). Raja Muhammad Abdul Jalil Muzafar menunjuk Raja Indra Pahlawan sebagai pemimpin
perangnya.

Pada tahun 1751 perang berkobar antara Kerajaan Siak melawan VOC. Sebagai strategi menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha
memutus jalur perdagangan menuju Siak. Kapal-kapal dagang yang akan menuju Siak ditahan oleh VOC. Oleh karena itu, Kerajaan Siak segera
mempersiapkan kekuatan yang lebih besar untung menyerang VOC.

Serangan ini diperkuat dengan kapal perang "Harimau Buas" yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya. Terjadilah
pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752-1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung berlapis-lapis dan dilengkapi meriam-meriam besar.
Dengan demikian pasukan Siak sulit menembus benteng pertahanan itu.
Sultan Siak bersama para panglima dan penasihatnya mengatur siasat baru. Mereka sepakat
bahwa VOC harus dilawan dengan tipu daya. Sultan diminta berpura-pura berdamai dengan cara
memberikan hadiah kepada Belanda yang dikenal dengan "siasat hadiah sultan". VOC setuju
dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan di loji di Pulau Guntung.

Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk kepada pemerintahan
VOC.
Sultan segera memberi kode pada anak buah dan segera menyergap dan membunuh orang-orang
Belanda di loji itu. Loji segera dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan
membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengusir VOC dari Malaka.

Atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan
gelar "Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh".
07
Orang-Orang Cina Berontak

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Pada abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke jawa. Banyak pedangan Cina yang tinggal di pesisir, dan yang
menikah dengan penduduk Jawa, khususnya ke Batavia. VOC mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok .

Orang-orang Cina yang datang ke Jawa tidak semua yang memiliki modal. Banyak diantara mereka termasuk golongan miskin, kemudian
menjadi pengemis, bahkan pencuri. Karena mengganggu, VOC membatasi imigran Cina.Untuk membatasiimigran Cina,

VOC mengeluarkan ketentuan bahwa setiap orang Cina yang tinggal di Batavia harus memiliki surat izin yang disebut permissiebriefjes atau
‘surat pas’. Apabila tidak memiliki surat izin, akan dibuang ke Sailon (Sri Lanka) untuk dipekerjakan di kebun pala. Biaya untuk
mendapatkan surat izin itu adalah 2 ringgit.

Tetapi terjadi penyelewengan dengan membayar lebih mahal. Akibatnya banyak yang tidak mampu memiliki surat izin tersebut. VOC
menangkap mereka, tetapi banyak yang kabur. Mereka kemudian membentuk gerombolan untuk mengacaukan VOC.
Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia.

VOC menduga peristiwa ini sebagai gerakan orang Cina yang melakukan pemberontakan.Perlawanan orang-orang Cina terhadap VOC
kemudian menumbuhkan kekacauan yang meluas. Perlawanan itu mendapat bantuan dan dukungan dari para bupati dan juga Raja
Pakubuwana II. Pada tahun 1741 benteng VOC di Kartasura diserang. VOC dapat memdamkan perlawanan tersebut. Pakubuwana II mulai
bimbang dan akhirnya melakukan perundingan damai dengan VOC.
Sikap Pakubuwana II telah membuat orang-orang dilingkungan kraton kecewa dan sakit hati. Kondisi itu mendorong VOC melakukan
intervensi politik di lingkungan istana.
08
Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said

Perang Melawan Hegemoni dan Keserakahan Kongsi Dagang


Beberapa raja Mataram pasca sultan Agung merupakan raja-raja yag lemah. VOC semakin berani untuk menekan dan dan
melakukan intervensi terhadap jalannya pemerintahan Pakubuwana II.
Ini mendorong munculnya perlawanan Raden Mas Said.Raden mas Said adalah putra dari raden mas Riya yang bergelar Adipati
Arya Mangkunegara dengan Raden Ayu Wulan putri dari Adipati Blitar. Diusia 14 tahun randen Mas Said diangkat sebagai
gandek kraton (pegawai rendah di istana). Kemudian Raden Mas Said mengajukan permohonan untuk kenaikan pangkat.

Tapi Raden Mas Said malah mendapat hinaan dan cercaan dari keluarga kepatihan. Mas Said merasa sakit hati dan muncullah
niat untuk melakukan perlawanan terhadap VOC. Raden Mas Said diikuti R. Sutawijaya dan Suradiwangsa pergi keluar kota
untuk menyusun kekuatan.

Mas Said diangkat sebagai raja baru dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Senopati Sudibyaning Prang.
Kini sebutan mas Said yang sangat dikenal adalah Pangeran Sambernyawa. Perlawanan Mas Said cukup kuat karena mendapat
dukungan dari masyarakat dan menjadi ancaman bagi Pakubuwa II.
Pada tahun 1745 Pakubuwana II mengumumkan sayembara untuk mengalahkan Raden Mas Said, dan jika menang, akan diberi
sebidang tanah di Sukowati(di wilayah Sragen sekarang). Mendengar adanya sayembara, pangeran Mangkubumi ingin
mencoba. Pangeran Mangkubumi adalah adik dari Pakubuwana II. Singkat cerita, Pangeran Mangkubumi berhasil, tapi
Pakubuwana II ingkar. Karena bujukan Patih Pringgalaya, Pakubuwana tidak jadi memberikan hadiahnya. Terjadilah
pertentangan antara Pakubuwana II dengan pangeran Mangkubumi. Gubernur jendral Van Imhoff mengeluarkan kata-kata
menghina dan menuduh Pangeran Mangkubumi terlalu ambisi mencari kekuasaan. Pangeran Mangkubumi menganggap pejabat
VOC telah mencampuri urusan pemerintahan kerajaan. Ia segera meninggalkan istana.
Pangeran Mangkubumi pergi ke Sukowati untuk menemui Mas Said.
Kedua pihak sepakat untuk bersatu melawan VOC. Mereka sepakat untuk membagi wilayah.
Mas Said bergerak dibagian timur, sedangkan Pangeran Mangkubumi di bagian barat.

Terdengar berita bahwa pada tahun 1749 Pakubuwana II sakit keras. Gubernur Semarang
Gijsbert Karel Van Hogendrop menemui Pakubuwana II dan menyodorkan perjanjian.

Isi perjanjian sangat menyakitkan rakyat dan para punggawa kerajaan.


Perjanjian itu ditandatangani 11 desember 1749. Yang isinya:
1. Susuhunan Pakubuwana II menyerahkan kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada
VOC.

2. Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta dan akan dinobatkan oleh VoC.

3. Putra mahkota akan segera dinobatkan. Setelah Pakubuwana II wafat, tanggal 15


desember 1749Van Hohendroff mengumumkan pengangkatan putra mahkota sebagai susuhunan
Pakubuwana III.

Setelah perjanjian itu, Pakubuwana II bukan lagi seorang raja. Mataram dalam keadaan vacum. Dalam
keadaan ini, Mangkubumi diangkat menjadi raja dengan sebutan Sri Susuhan Pakubuwana. Tahun 1750
kemenangan demi kemenangan diperoleh Pangeran Mangkubumi dan Mas Said.

Perang dan kekacauan mengabiskan dana yang besar. Sementara Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
belum mengakhiri perang.
Perlawanan Pangeran Mangkubumi berakhir saat tercapai Perjanjian Giyanti. Yang ditanda
tangai pada tanggal 13 Februari 1755 di desa Giyanti.

Isi pokok perjanjian itu adalah bahwa Mataram dibagi menjadi dua. Wialayah bagian
barat(Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mangkubumi.

Sedangkan bagian timur (Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III.

Sementara perlawanan Mas Said berakhir saat tercapainya perjanjian Salatiga pada tanggal 17
maret 1757,

yang isinya Mas Said diangkat sebagai penguasa disebagian Surakarta dengan gelar Pangeran
Adipati Arya Mangkunegara.

Anda mungkin juga menyukai