i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami kelompok 6 mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini ialah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Indonesia 1500-1900. Perlu disadari
bahwa dengan segala keterbatasan kami, makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk
meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah-makalah berikutnya.
ii
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Kesimpulan......................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1912 merupakan perang
yang berlangsung antara kesultanan Aceh Darusalam menghadapi kebrutalan
Belanda dalam upaya menguasai daerah yang kaya akan rempah-rempah. Perang
selama empat decade ini menjadi perang terlama yang dialami Belanda.
Kesultanan Aceh mengerahkan seluruh kekuatannya dalam menghadapi Belanda,
baik rakyat, sumber daya danseluruh wilayah Aceh berjuang secara bersama-sama
dibawah pimpinan para ulama.
Provinsi Aceh yang posisinya pada sisi paling barat Pulau Sumatra,
memiliki posisi strategis karena menjadi akses utama dari lalu lintas perniagaan
dan kebudayaaan. Jauh sebelum Indonesia merdeka Aceh merupakan sebuah
kerajaan yang sangat dominan, hal ini dibuktikan oleh kekuatan ekspedisi-
ekspedisinya di Selat Malaka. Pada tahun 1575 armada Portugis dihancurkan oleh
angkatan laut Kerajaan Aceh yang digambarkan sebagai kabut hitam yang
menutupi Selat Malaka.
1
B. Latar Belakang
1. Bagaimana sejarah terjadinya perang Aceh?
2. Apa penyebab perang Aceh?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah terjadinya perang Aceh.
2. Untuk mengetahui penyebab perang Aceh.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dapat dikatakan titik tolak keretakan itu mulai terlihat sejak ditanda
tanganinya Traktat Pidie (1819 M) antara Aceh dengan Inggris. Perjanjian kerja
sama dibidang politik dan ekonomi (terdiri dari 9 pasal) antara kedua Negara itu
diamati oleh Belanda dengan penuh curiga. Menurut penilaian Belanda melalui
perjanjian tersebut tidak mustahil pada gilirannya nanti Aceh akan menjadi milik
Inggris. Namun untuk secara langsung melibatkan diri dalam masalah-masalah
Aceh tidak dimungkinkan pada waktu itu, mengingat pasal 6 Traktat Pidie yang
menegaskan, bahwa Sultan Aceh tidak mengizinkan warga Negara Eropa lainnya
tinggal di Aceh tidak akan mengadakan dengan Negara-negara eropa tanpa
sepengatuhuan pemerintah Inggris. Kesempatan baik bagi pemerintahan Hindia
Belanda untuk ikut campur tangan dalam masalah-masalah Aceh dalam rangka
politik Pax Neerlandica di Nusantara ini diperoleh lima tahun kemudian, yaitu
setelah penandatanganan Traktat London (1824 M), antara pemerintah Belanda
dengan Inggris. Situasi ini mulai berubah dengan adanya Traktrat Sumatra yang
ditandatangani Inggris dengan Belanda pada tanggal 2 November 1871.
3
Setelah Masjid Raya Aceh berhasil dikuasai oleh pihak Belanda, maka
kekuatan pasukan Aceh dipusatkan untuk mempertahankan Istana Sultan Mahmud
Syah. Pada akhir tahun 1873, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya lagi
secara besar-besaran di bawah pimpinan Letnan Jenderal J. Van Swieten dengan
kekutan 8.000 orang tentara. Sementara itu, ketika utusan Aceh yang dikirim ke
Turki, yaitu Habib Abdurrachman tiba kembali di Aceh tahun 1879 maka kegiatan
penyerangan ke pos-pos Belanda diperhebat. Dengan demikian langkah yang
ditempuh oleh Belanda ialah melakukan politik "de vide et impera" (memecah
belah dan menguasai). Cara yang ditempuh kaum ulama yang melawan harus
dihadapi dengan kekerasan senjata; kaum bangsawan dan keluarganya diberi
kesempatan untuk masuk korps pamong praja di lingkungan pemerintahan
kolonial. Belanda mulai memikat hati para bangsawan Aceh untuk memihak
kepada Belanda. Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk
kepada pemerintah Belanda dan kemudian diangkat menjadi panglima militer
Belanda. Teuku Umar memimpin 250 orang pasukan dengan persenjataan
lengkap, namun kemudian bersekutu dengan Panglima Polim menghantam
Belanda.
4
c. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Perang Aceh yang terjadi dapat digolongkan dalam sebab umum dan sebab
yang khusus. Sebab umum terjadinya perang antara kesultanan Aceh dengan
Belanda yaitu; (1) Belanda memduduki Siak dan melakukan perjanjian Siak
(1858) dimana sultan Ismail harus menyerahkan Deli, Langkat, Asahan dan
Serdang. (2). Berakhirnya Traktat London yang berisi batas wilayah kekuasaan
antara Belanda dan Inggris. (3). Perisitiwa dibukanya terusan Suez oleh Ferdinand
De Lessep berdampak wilayah laut Aceh menjadi sangat penting dalam jalur
perdagangan dunia. (4). Perjanjian Sumatera yang berlangsung tahun 1871 yang
berisi hak keleluasaan dan kedaulatan belanda mengambil tindakan di Aceh yang
membuat belanda menjadi semenamena.
Selain sebab umum yang telah dijabarkan, perang Aceh terjadi adanya sebab
khusus yaitu; Tuntutan Belanda terhadap Aceh agar tunduk kepada pemerintah
Belanda. Petisi yang disampaikan Belanda di tolak sepenuhnya dengan tegas oleh
Sultan Mahmud Syah. Penolakan tersebut dijawab oleh Belanda dengan deklarasi
perang terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Belanda melakukan
penyerangan terhadap Aceh yang dipimpin oleh Mayjen J.H. Kohler yang
mendaratkan lebih dari 3.000 pasukan KNIL di pante Ceureumen.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
6
DAFTAR PUSTAKA
Sotardodo Siahaan, Afrizal Hendra & I Wayan Midhio . 11 April 2021. Vol 1, No
11. Strategi Perang Semesta dalam Perang Aceh (1873-1912). Universitas
Pertahanan Kemhan.