Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SEJARAH PERANG ACEH


DOSEN PENGAMPUH;
DRA. ASWATI. M., M.HUM.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6;


KHAIKAL M : N1C121068
KAMELIA AINUL : N1C121067
KRISDAYANTI : N1C121069
LA ODE MUHAMMAD DARMIN : N1C121071
LELIN : N1C121072
LILIS PUSPITA SARI : N1C121073
MARLINDA : N1C121075
MARSIAWATI : N1C121076
MIRA : N1C121079
MUHARTO : N1C121083

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAY
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami kelompok 6 mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.

Adapun maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini ialah untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah Indonesia 1500-1900. Perlu disadari
bahwa dengan segala keterbatasan kami, makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna untuk
meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah-makalah berikutnya.

Kami sebagai penyusun sangat berharap dengan adanya makalah yang


sederhana ini dapat menambah wawasan Mahasiswa tentang sejarah Perang Aceh.

ii
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3

A. Sejarah Terjadinya Perang Aceh........................................................ 3


B. Penyebab Perang Aceh....................................................................... 5

BAB III PENUTUP........................................................................................ 6

A. Kesimpulan......................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perang Aceh yang terjadi dari tahun 1873 sampai 1912 merupakan perang
yang berlangsung antara kesultanan Aceh Darusalam menghadapi kebrutalan
Belanda dalam upaya menguasai daerah yang kaya akan rempah-rempah. Perang
selama empat decade ini menjadi perang terlama yang dialami Belanda.
Kesultanan Aceh mengerahkan seluruh kekuatannya dalam menghadapi Belanda,
baik rakyat, sumber daya danseluruh wilayah Aceh berjuang secara bersama-sama
dibawah pimpinan para ulama.

Provinsi Aceh yang posisinya pada sisi paling barat Pulau Sumatra,
memiliki posisi strategis karena menjadi akses utama dari lalu lintas perniagaan
dan kebudayaaan. Jauh sebelum Indonesia merdeka Aceh merupakan sebuah
kerajaan yang sangat dominan, hal ini dibuktikan oleh kekuatan ekspedisi-
ekspedisinya di Selat Malaka. Pada tahun 1575 armada Portugis dihancurkan oleh
angkatan laut Kerajaan Aceh yang digambarkan sebagai kabut hitam yang
menutupi Selat Malaka.

Pertengahan abad ke 19 terjadi suatu evolusi kolonialisme imperialisme


yang sangat pesat yang dilakukan oleh kaum penjajah negaranegara di Eropa
Barat yang ditandai dengan ekplanasi geografi dan persaingan kolonialisme. Kala
itu, lada dan pinang menjadi komoditi andalan Aceh di Pulau Sumatera. Jika
pantai barat Sumatera tersohor sebagai gudang lada, sedangakan pantai utaranya
terkenal dengan daerah pinang. Wilayah Meulaboh dan Daya dibagian timur
termasyhur sebagai pusat pertambangan emas dan kayu dengan bijih logam.
Disebabkan posisi geografi yang strategis, dalam perjalanan historisnya, kerajaan
Aceh dikunjungi banyak bangsa asing dengan berbagai tujuan dan kepentingan,
seperti perdagangan, diplomasi, dan termasuk penyebaran agama khususnya
agama Islam.

1
B. Latar Belakang
1. Bagaimana sejarah terjadinya perang Aceh?
2. Apa penyebab perang Aceh?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah terjadinya perang Aceh.
2. Untuk mengetahui penyebab perang Aceh.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Terjadinya Perang Aceh

Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan.


Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu,
Belanda berambisi untuk mendudukinya. Sebaliknya, orang-orang Aceh tetap
ingin mempertahankan kedaulatannya. Sampai dengan tahun 1871, Aceh masih
mempunyai kebebasan sebagai kerajaan yang merdeka. Aceh sebagai suatu
Negara yang berdaulat penuh di pintu gerbang masuk selat malaka, sebenarnya
juga turut memikul tanggung jawab pengamanan, meskipun hal itu sukar
dipenuhi, mengingat persenjataannya yang masih lemah dibandingkan dengan
bangsa-bangsa Barat yang sedang terlibat kompetisi antara mereka sendiri. Tetapi
sebagai pintu gerbang masuk, semakin kelihatan pula pentingnya kedudukan Aceh
di bidang politik, ekonomi dan militer bagi bangsa barat.

Dapat dikatakan titik tolak keretakan itu mulai terlihat sejak ditanda
tanganinya Traktat Pidie (1819 M) antara Aceh dengan Inggris. Perjanjian kerja
sama dibidang politik dan ekonomi (terdiri dari 9 pasal) antara kedua Negara itu
diamati oleh Belanda dengan penuh curiga. Menurut penilaian Belanda melalui
perjanjian tersebut tidak mustahil pada gilirannya nanti Aceh akan menjadi milik
Inggris. Namun untuk secara langsung melibatkan diri dalam masalah-masalah
Aceh tidak dimungkinkan pada waktu itu, mengingat pasal 6 Traktat Pidie yang
menegaskan, bahwa Sultan Aceh tidak mengizinkan warga Negara Eropa lainnya
tinggal di Aceh tidak akan mengadakan dengan Negara-negara eropa tanpa
sepengatuhuan pemerintah Inggris. Kesempatan baik bagi pemerintahan Hindia
Belanda untuk ikut campur tangan dalam masalah-masalah Aceh dalam rangka
politik Pax Neerlandica di Nusantara ini diperoleh lima tahun kemudian, yaitu
setelah penandatanganan Traktat London (1824 M), antara pemerintah Belanda
dengan Inggris. Situasi ini mulai berubah dengan adanya Traktrat Sumatra yang
ditandatangani Inggris dengan Belanda pada tanggal 2 November 1871.

3
Setelah Masjid Raya Aceh berhasil dikuasai oleh pihak Belanda, maka
kekuatan pasukan Aceh dipusatkan untuk mempertahankan Istana Sultan Mahmud
Syah. Pada akhir tahun 1873, Belanda mengirimkan ekspedisi militernya lagi
secara besar-besaran di bawah pimpinan Letnan Jenderal J. Van Swieten dengan
kekutan 8.000 orang tentara. Sementara itu, ketika utusan Aceh yang dikirim ke
Turki, yaitu Habib Abdurrachman tiba kembali di Aceh tahun 1879 maka kegiatan
penyerangan ke pos-pos Belanda diperhebat. Dengan demikian langkah yang
ditempuh oleh Belanda ialah melakukan politik "de vide et impera" (memecah
belah dan menguasai). Cara yang ditempuh kaum ulama yang melawan harus
dihadapi dengan kekerasan senjata; kaum bangsawan dan keluarganya diberi
kesempatan untuk masuk korps pamong praja di lingkungan pemerintahan
kolonial. Belanda mulai memikat hati para bangsawan Aceh untuk memihak
kepada Belanda. Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyatakan tunduk
kepada pemerintah Belanda dan kemudian diangkat menjadi panglima militer
Belanda. Teuku Umar memimpin 250 orang pasukan dengan persenjataan
lengkap, namun kemudian bersekutu dengan Panglima Polim menghantam
Belanda.

Tentara Belanda di bawah pimpinan J.B. Van Heutz berhasil memukul


perlawanan Teuku Umar dan Panglima Polim. Teuku Umar menyingkir ke Aceh
Barat dan Panglima Polim menyingkir ke Aceh Timur. Dalam pertempuran di
Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur. Sementara itu,
Panglima Polim dan Sultan Muhammad Daud Syah, masih melakukan perlawanan
di Aceh Timur. Belanda berusaha melakukan penangkapan. Pada tanggal 6
September 1903 Panglima Polim beserta 150 orang parjuritnya menyerah setelah
Belanda melakukan penangkapan terhadap keluarganya. Hal yang sama juga
dilakukan terhadap Sultan Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1904, Sultan Aceh
dipaksa untuk menandatangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut.

a. Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.


b. Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain
dengan belanda.

4
c. Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.

B. Penyebab Perang Aceh

Perang Aceh yang terjadi dapat digolongkan dalam sebab umum dan sebab
yang khusus. Sebab umum terjadinya perang antara kesultanan Aceh dengan
Belanda yaitu; (1) Belanda memduduki Siak dan melakukan perjanjian Siak
(1858) dimana sultan Ismail harus menyerahkan Deli, Langkat, Asahan dan
Serdang. (2). Berakhirnya Traktat London yang berisi batas wilayah kekuasaan
antara Belanda dan Inggris. (3). Perisitiwa dibukanya terusan Suez oleh Ferdinand
De Lessep berdampak wilayah laut Aceh menjadi sangat penting dalam jalur
perdagangan dunia. (4). Perjanjian Sumatera yang berlangsung tahun 1871 yang
berisi hak keleluasaan dan kedaulatan belanda mengambil tindakan di Aceh yang
membuat belanda menjadi semenamena.

Selain sebab umum yang telah dijabarkan, perang Aceh terjadi adanya sebab
khusus yaitu; Tuntutan Belanda terhadap Aceh agar tunduk kepada pemerintah
Belanda. Petisi yang disampaikan Belanda di tolak sepenuhnya dengan tegas oleh
Sultan Mahmud Syah. Penolakan tersebut dijawab oleh Belanda dengan deklarasi
perang terhadap Aceh pada tanggal 26 Maret 1873. Belanda melakukan
penyerangan terhadap Aceh yang dipimpin oleh Mayjen J.H. Kohler yang
mendaratkan lebih dari 3.000 pasukan KNIL di pante Ceureumen.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang Aceh merupakan perang terlama yang berkecamuk antara kesultanan


Aceh dengan Belanda. Perang selama 40 tahun tersebut yang terbagi dalam empat
periode menjadi bukti kegigihan dan kuatnya persatuan rakyat Aceh dalam
menghadapi upaya Belanda untuk menaklukan wilayah Aceh yang kaya akan
sumber daya alam yang dicari bangsa eropa kala itu. Perang yang terjadi bermula
dari ketamakan Belanda untuk menguasai seluruh sumatera, namun niat itu
mendapat perlawanan oleh kesultanan Aceh yang masa itu telah memiliki
kekuatan militer yang disegani di wilayah malaka bahkan sampai ke Turki. Perang
yang dilakukan rakyat Aceh sejak awal telah melibatkan seluruh potensi dan
elemen kekuatan yang ada di wilayah Aceh.

6
DAFTAR PUSTAKA

Sotardodo Siahaan, Afrizal Hendra & I Wayan Midhio . 11 April 2021. Vol 1, No
11. Strategi Perang Semesta dalam Perang Aceh (1873-1912). Universitas
Pertahanan Kemhan.

Lailatul Fitriyah. 2019. Perang Aceh 1873-1903 (Surutnya Hubungan Diplomasi


Kesultanan Aceh dan Turki Utsmani. Fakultas Adab dan Humaniora.
Univesitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai