KATA PENGANTAR
II
Tim penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………….. ii
Daftar Isi ………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ……………………………………………. 1
2. Rumusan Masalah ………………………………………… 2
3. Tujuan Penulisan ………………………………………….. 3
BAB II PEMBAHASAN
1. Latar Belakang Terjadinya Perang Aceh ………………… 4
2. Perlawanan Kesultanan Aceh Beserta Rakyatnya ………... 5
III
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pulau Sumatera
merupakan awal daerah
berkembangnya Islam di
Nusantara, buktinya
Islam Nusantara yaitu
berdirinyaKerajaan
Perlak sekitar abad ke
13M, Kerajaan tersebut
sudah memeluk islam,
Islam datang untuk
melakukan pencerahan
terhadap masyarakat
1
yang diterapkan,
sehingga jauh
dari tindakan kriminal
dan hal-hal yang
membuat masyarakat
terganggu.
Pulau Sumatera
merupakan awal daerah
berkembangnya Islam di
Nusantara, buktinya
Islam Nusantara yaitu
berdirinyaKerajaan
Perlak sekitar abad ke
13M, Kerajaan tersebut
sudah memeluk islam,
Islam datang untuk
1
melakukan pencerahan
terhadap masyarakat
Nusantara, islam datang
di Sumatera di bawa
oleh Pedagang yang
berasal dari Arab,
penceramahan oleh
pedagang tersebut
diterima dengan rasa
damai, tanpa adak
onflik
apapun. Sehingga Islam
berkembang sangat cepat
di wilayah Sumatera dan
sekitarnya.Islam
1
membawa
kedamaiandan keadilan
dengan hukum-hukum
yang diterapkan,
sehingga jauh
dari tindakan kriminal
dan hal-hal yang
membuat masyarakat
terganggu.
Pulau Sumatera
merupakan awal daerah
berkembangnya Islam di
Nusantara, buktinya
Islam Nusantara yaitu
berdirinyaKerajaan
1
Pada awalnya kerajaan ini berdiri atas wilayah Kerajaan Lamuri, kemudian
menundukan dan menyatukan beberapa wilayah kerajaan sekitarnya
mencakup Daya, Pedir, Lidie, Nakur. Selanjutnya pada tahun 1524
wilayah Pasai sudah menjadi bagian dari kedaulatan Kesultanan Aceh
diikuti dengan Aru.
(https://s.id/1mr6g)
Kemunduran Kesultanan
Aceh disebabkan oleh
beberapa faktor, di
antaranya ialah
makin menguatnya
kekuasaan Belanda di
pulau Sumatra dan Selat
Malaka, ditandai dengan
jatuhnya wilayah
Minangkabau, Siak,
Tiku, Tapanuli,
1
(https://s.id/1mrf7)
2
8Perlawanan Kesultaan
Aceh
Terhadap Kolonialisme
Belanda9.
Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan sebelumnya, maka penulis
ingin mengangkat peristiwa Perang Aceh melalui makalah ini dengan
judul "Perlawanan Kesultaan Aceh Terhadap Kolonialisme Belanda"
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penulisan
3
2. Untuk mendeskripsikan perang aceh berjalan dari awal hingga
akhir.
3. Untuk mengetahui apa saja peninggalan perang Aceh.
4
4
BAB II
PEMBAHASAN
Kebebasan kesultanan
Aceh yang berdaulat,
sejak tahun 1863 M
secara diam-diam
tidak diakui lagi oleh
Belanda. Sebab pada
tahun itu, Sultan Deli
yang de jure berada di
bawah kekuasaan Aceh
telah mengadakan
perjanjian kerjasama
dengan Belanda, di mana
4
(https://s.id/1mrf7)
(https://s.id/1mtBl)
(https://s.id/1mtC7)
6
kapal perangnya secara
bertubi-tubi dan
membabi buta.
Pendaratan dilakukan
pada tanggal 8 April
1873, di Selatan Kuta
Pante
Ceureumen pagi-pagi
pukul 05.00
Beberapa hari sebelum pendaratan dilakukan, kapal perang
Belanda telah menembakkan meriam-meriam dari kapal-kapal perangnya
secara bertubi-tubi dan membabi buta. Pendaratan dilakukan pada
tanggal 8 April 1873, di Selatan Kuta Pante Ceureumen pagi-pagi pukul
05.00.
7
menguasai Masjid Raya. Mula-mula Masjid Raya itu jatuh ke tangan
Belanda, kemudian direbut kembali oleh tentara Aceh kemudian jatuh
lagi ke tangan Belanda untuk kedua kalinya.
(https://s.id/1mtPw)
8
Belanda dalam 1 bulan, hanya dapat maju ± 4 Km. Pertempuran sengit tiada
berhentihentinya siang malam.
Pada waktu itu, Belanda mulai insaf dengan siapa dia berhadapan
dan dari gelagat perang yang sudah dialaminya yang sudah berjalan 1 ½
bulan itu Belanda sudah mendapat kesan mungkin perang ini akan berlarut
larut dan berjalan lama.
9
Belanda sudah kehilangan 28 Opsir tinggi dan 1024 orang serdadunya. Pada
permulaan tahun 1875 M dalam bulan Februari saja 150 Opsir Belanda
dengan 280 serdadunya menjadi korban. Jumlah kerugian Belanda dalam
tahun 1875 M yang mati 957 orang yang lumpuh 5150 orang. Pada tahun
1876 M Belanda kehilangan 7600 orang serdadunya sedang 20% dari
persenjataanya dihancurkan. Oleh karena menghadapi hal-hal yang
demikian Jenderal Van Swieten yang ditahun yang lalu sudah
memproklamirkan bahwa seluruh Aceh sudah dikuasainya menjadi putus
asa dan dengan segera ia minta berhenti dan diganti oleh Jenderal Van Pel.
10
Dalam saat akhir-akhir ini Belanda menghadapi suasana yang amat
buruk, sewaktu-waktu mereka mungkin akan terusir sama sekali dari tanah
Aceh. Kemungkina-kemungkinan mengadakkan seranganserangan baru
terhadap Aceh sudah sangat tipis bahkan dalam keadaan waktu sudah sangat
mustahil sebab serdadu-serdadu kolonial Belanda semangatnya sudah
padam untuk menghadapi tentara Aceh, karena sudah 11 tahun berperang
dengan kerugian puluhan ribu serdadu mati dan lumpuh sedang mereka
setapakpun tak dapat maju, masih di Kutaraja dan sekitarnya juga; 11 tahun
peperangan, suatu masa yang tidak sedikit, suatu masa yang sudah cukup
untuk merusakkan jiwa dan mematahkan semangat.
11
Demikianlah situasi perang Aceh pada waktu itu, Belanda terus-
menerus bersembunyi dalam “geconcertreerde linie”nya sejak tahun 1884,
1885, 1886, 1887, 1888, 1889, 1890, 1891, 1892, 1893, 1894, 1895, 1895.
Sedang Jenderal-jenderalnya silih berganti diangkat dan diperhentikan
karena dianggap tidak cakap. Demmeni diganti oleh Jenderal Van Teijn.
Van Teijn diganti lagi dengan Pompe van Meerdervoort, dan ia diganti lagi
dengan Deyckerhooff, Jenderal Deyckerhooff diperhentikan dan diganti
sendiri ileg Legercommandant Tentara Hindia Belanda Jenderal
Vetter….dan tentera Belanda terus bersembunyi juga!
12
rakyat Aceh dengan kekejamannya itu bukan patah melainkan semakin
bernyala-nyala. Pada tahun 1908 M ia dipaksa meletakkan jabatannya oleh
pemerintahnya dan diganti oleh Jenderal Swart.
Salah satu bukti besar dari peninggalan Perang Aceh yaitu Kerkhof
Peucut. Kerkhof Peucut adalah kuburan prajurit Belanda yang tewas
dalam Perang Aceh dan terbesar di luar Belanda. Kompleks kuburan ini
banyak tersebar di wilayah Indonesia, tetapi di Aceh merupakan salah satu
komplek kuburan yang paling luas dengan jumlah korban hampir
13
mencapai 2000 tentara. Kerkhof Peucut ini terletak di pusat kota
Banda Aceh, dan sekarang menjadi objek wisata menarik.
14
Serdadu Jawa yang berada di bawah pimpinan Belanda
biasanya disertai dengan identitas IF (inlander fuselier) di belakang
namanya. Tentara Belanda diikuti kode EF ataupun F. Art dan serdadu
dari Ambon ditandai dengan AMB dan serdadu dari Manado ditandai
dengan MND. Sedangkan, beberapa wilayah pertempuran itu antara lain:
Sigli, Moekim, Tjot Basetoel, Lambari en Teunom, Kandang, Toeanko,
Lambesoi, Koewala, Tjot Rang - Pajaoe, Lepong Ara, Oleh Karang -
Dango, Samalanga dan sebagainya.
(https://s.id/1mtPw)
15
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
DAFTAR RUJUKAN
Tiro, H. M. (1948). Perang Atjeh. Banda Aceh : The basan Tiro Center
16