SEJARAH
“Perlawanan Masyarakat Sumatera Terhadap VOC”
DISUSUN OLEH :
Zalwa Aulia Pagala
Ilmi Bur Abidah
Gita Satria
Syahra Ramadhani
Fita Arianty
KELAS XI B1
SMA NEGERI 1 POMALAA
TAHUN AJARAN 2023/2024
Kata Pengantar
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Perlawanan Aceh..............................................................................3
1.1 Latar belakang........................................................................................3
1.2 Kronologi...............................................................................................4
1.3 Dampak..................................................................................................4
B. Perlawanan Banten...........................................................................5
2.1 Latar belakang........................................................................................5
2.2 Kronologi...............................................................................................6
2.3 Dampak..................................................................................................7
C. Perlawanan Minangkabau................................................................8
3.1 Latar belakang........................................................................................8
3.2 Kronologi...............................................................................................8
3.3 Dampak..................................................................................................11
B. Saran............................................................................................................13
ii
DAFTAR PUSTAKA 14
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) atau Perusahaan Hindia Timur
Belanda adalah sebuah perusahaan dagang yang didirikan oleh Belanda pada
tahun 1602. VOC memiliki hak monopoli untuk melakukan perdagangan di
Asia, terutama di Nusantara. VOC juga memiliki kekuasaan politik dan militer
yang besar, sehingga dapat mengintervensi urusan dalam negeri kerajaan-
kerajaan di Nusantara.
Sumatera adalah sebuah pulau yang memiliki banyak sumber daya alam,
seperti rempah-rempah, lada, emas, dan timah. Sumatera juga memiliki banyak
kerajaan dan daerah yang beragam, seperti Aceh, Banten, Palembang, Jambi,
Minangkabau, dan Banjar. Sumatera menjadi salah satu wilayah yang diminati
oleh VOC untuk menguasai perdagangan dan sumber daya alamnya.
Masyarakat Sumatera tidak mau tunduk kepada VOC yang ingin
menjadikan mereka sebagai bawahan dan mengambil keuntungan dari mereka.
Masyarakat Sumatera juga memiliki semangat perjuangan yang tinggi untuk
mempertahankan kemerdekaan, agama, dan adat istiadat mereka. Masyarakat
Sumatera juga mendapat dukungan dari negara-negara lain yang bersaing
dengan VOC, seperti Inggris, Prancis, Tiongkok, Siam, dan Johor.
Oleh karena itu, masyarakat Sumatera melakukan berbagai bentuk
perlawanan terhadap VOC, baik secara diplomasi, politik, ekonomi, maupun
militer. Perlawanan ini melibatkan berbagai kerajaan dan daerah di Sumatera,
yang memiliki karakteristik dan strategi yang berbeda-beda. Perlawanan ini
berlangsung sejak abad ke-17 hingga abad ke-19, dan menghasilkan berbagai
peristiwa dan tokoh yang bersejarah.
1
B. Rumusan masalah
Apa latar belakang terjadinya perlawanan masyarakat Sumatera
terhadap VOC?
Bagaimana kronologi terjadinya perlawanan masyarakat
Sumatera terhadap VOC?
Bagaimana dampak perlawanan masyarakat Sumatera terhadap
VOC?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui latar belakang terjadinya perlawanan
masyarakat Sumatera terhadap VOC
Untuk memahami kronologi terjadinya perlawanan masyarakat
Sumatera terhadap VOC
Untuk mengetahui dampak perlawanan masyarakat Sumatera
terhadap VOC
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perlawanan masyarakat Sumatera terhadap VOC adalah salah satu bentuk
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda yang berlangsung
sejak abad ke-17 hingga abad ke-19. Perlawanan ini melibatkan berbagai
kerajaan dan daerah di Sumatera, beberapa diantaranya yaitu Aceh, Banten,
dan Minangkabau. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang perlawanan
masyarakat Sumatera terhadap VOC:
A. Perlawanan Aceh
1.1 Latar belakang terjadinya perlawanan masyarakat Aceh terhadap VOC
Aceh adalah kerajaan Islam yang kuat dan berpengaruh di Sumatera.
Aceh menolak untuk tunduk kepada VOC yang ingin menguasai
perdagangan rempah-rempah dan lada di wilayahnya. Perang Aceh adalah
salah satu perang terpanjang dan terberat dalam sejarah Indonesia. Aceh,
yang memiliki tradisi militer dan keagamaan yang kuat dan gigih. Aceh juga
membantu kerajaan-kerajaan lain yang berperang melawan VOC, seperti
Banten, Mataram, dan Makassar. Perlawanan Aceh terhadap VOC
berlangsung sejak tahun 1612 hingga tahun 1874. Salah satu tokoh
perlawanan Aceh yang terkenal adalah Sultan Iskandar Muda yang berhasil
memperluas wilayah Aceh dan mengalahkan VOC dalam beberapa
pertempuran.
3
(1873-1874) adalah fase perang terbuka, di mana Belanda mencoba
menyerbu ibu kota Aceh, Banda Aceh, tetapi gagal. Fase kedua (1874-1896)
adalah fase perang gerilya, di mana Aceh melakukan serangan-serangan
mendadak dan bermobilitas tinggi terhadap pasukan Belanda yang
bermarkas di benteng-benteng. Fase ketiga (1896-1904) adalah fase perang
pemberantasan, di mana Belanda mengubah taktiknya menjadi lebih agresif
dan sistematis, dengan membakar desa-desa, membunuh rakyat sipil, dan
membujuk para pemimpin Aceh untuk menyerah atau berkhianat.
Perang Aceh berakhir pada tahun 1904, ketika Teuku Umar, yang telah
berpura-pura menyerah kepada Belanda dan mendapatkan senjata dan
pasukan dari mereka, kembali memberontak dan menyerang markas
Belanda di Meulaboh. Namun, ia tewas dalam pertempuran tersebut, dan
istrinya, Cut Nyak Dhien, yang juga seorang pejuang Aceh, ditangkap dan
diasingkan ke Sumatera Barat. Belanda kemudian menganggap Aceh telah
ditaklukkan dan menjadikannya sebagai bagian dari Hindia Belanda.
Namun, perlawanan Aceh terhadap penjajahan Belanda masih terus
berlanjut hingga tahun 1942, ketika Jepang menginvasi Indonesia. Rakyat
Aceh tidak pernah mengakui kekalahan mereka dan terus berjuang melawan
Belanda hingga kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945.
4
Dari segi ekonomi, Aceh mengalami kerugian besar akibat perang, karena
sumber daya alam dan perdagangan Aceh diambil alih oleh Belanda. Aceh
juga harus membayar pajak dan upeti yang tinggi kepada Belanda. Industri dan
pertanian Aceh terhambat akibat perang.
Dari segi sosial, Aceh mengalami banyak korban jiwa dan penderitaan
akibat perang. Banyak rakyat Aceh yang tewas, terluka, atau hilang akibat
perang. Banyak juga rakyat Aceh yang mengungsi, merantau, atau menjadi
tawanan, budak, atau pengasingan Belanda. Perang juga menimbulkan
perpecahan di antara masyarakat Aceh, antara yang pro dan kontra dengan
Belanda.
B. Perlawanan Banten
5
tahun, dari tahun 1873 hingga 1904, dan melibatkan dua generasi penguasa
Banten, yaitu Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji
Banten adalah salah satu kesultanan yang sangat maju dan kaya di
Nusantara, yang menjadi pusat perdagangan internasional di Sumatera bagi
pedagang-pedagang dari Eropa dan Asia. Banten memiliki sumber daya
alam yang melimpah, seperti rempah-rempah, emas, dan lada, yang sangat
diminati oleh VOC yang ingin menguasai seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Banten, untuk memperoleh keuntungan maksimal. VOC juga ingin
menghapus pesaing-pesaingnya, seperti Inggris, Prancis, Denmark, dan
Portugis, yang berdagang di Banten.
Banten, yang memiliki tradisi militer dan keagamaan yang kuat,
menolak untuk tunduk kepada VOC dan mempertahankan kemerdekaannya
dengan gigih. Banten juga berusaha memperluas pengaruhnya di wilayah
sekitarnya, seperti Cirebon, Priangan, dan Mataram.
6
untuk mengendalikan wilayah Banten dan menghadapi perlawanan yang
sengit dari rakyat Banten.
Fase ketiga (1896-1904): Fase perang pemberantasan, di mana VOC
mengubah taktiknya menjadi lebih agresif dan sistematis, dengan membakar
desa-desa, membunuh rakyat sipil, dan membujuk para pemimpin Banten
untuk menyerah atau berkhianat. VOC juga memanfaatkan perpecahan
internal di Banten, antara Sultan Haji dan Sultan Ageng Tirtayasa. VOC
berhasil menangkap Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1683 dan
menjadikan Sultan Haji sebagai raja boneka di Banten. VOC kemudian
menganggap Banten telah ditaklukkan dan menjadikannya sebagai bagian
dari Hindia Belanda.
Perlawanan Banten terhadap VOC berakhir pada tahun 1904, ketika
Pangeran Purbaya, yang melanjutkan perlawanan terhadap VOC, tewas
dalam pertempuran melawan VOC di Banten. VOC kemudian menguasai
seluruh wilayah Banten dan memonopoli perdagangan di kawasan pesisir
Jawa. VOC juga menangkap dan mengasingkan para pejuang Banten yang
masih hidup, seperti Cut Nyak Dhien, istrinya Pangeran Purbaya, yang juga
seorang pejuang Banten. Namun, perlawanan Banten terhadap penjajahan
VOC masih terus berlanjut hingga tahun 1942, ketika Jepang menginvasi
Indonesia.
7
Perekonomian Banten hancur dan dikontrol oleh Belanda. Sumber daya
alam Banten dijadikan komoditas ekspor. Rakyat Banten dipaksa
membayar pajak dan upeti yang tinggi. Industri dan pertanian Banten
terhambat.
Banyak korban jiwa dan penderitaan akibat perang. Banyak rakyat
Banten yang mengungsi, merantau, atau menjadi tawanan, budak, atau
pengasingan Belanda.
Muncul karya-karya sastra dan seni yang menggambarkan perjuangan
Banten. Beberapa tradisi dan budaya Banten terancam punah.
Tidak ada perubahan besar dalam agama, tetapi ada perbedaan
pandangan tentang Islam antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji.
C. Perlawanan Minangkabau
Minangkabau adalah daerah yang memiliki tradisi adat dan agama yang
kuat. Minangkabau menentang VOC yang ingin mengintervensi urusan
dalam negeri dan mengubah sistem sosial dan politik di wilayahnya.
Minangkabau juga berperan dalam menyebarkan Islam dan ilmu
pengetahuan di Nusantara. Perlawanan ini dikenal sebagai Perang Padri,
yang dipicu oleh konflik antara kaum Padri (pembaru Islam) dan kaum
Adat. Salah satu tokoh perlawanan Minangkabau yang terkenal adalah
Imam Bonjol yang berhasil memimpin pasukan Padri dan menghadapi
pasukan VOC dan Adat.
Perang ini berlangsung selama lebih dari 30 tahun, dari tahun 1803
hingga 1837, di wilayah Sumatera Barat. Perang ini melibatkan tiga pihak,
yaitu kaum Padri, kaum Adat, dan VOC.
8
3.2 Kronologi terjadinya perlawanan masyarakat Minangkabau terhadap
VOC
9
Akibatnya, terjadi konflik antara kaum Padri dan kaum Adat, yang
semakin memanas ketika Belanda ikut campur tangan. Belanda, yang saat
itu sudah menguasai Batavia, ingin menguasai seluruh wilayah Indonesia,
termasuk Minangkabau, untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan
rempah-rempah, emas, dan lada.
10
melawan kaum Padri. Belanda mengirimkan pasukan dan senjata kepada
kaum Adat, dengan harapan dapat mengendalikan Minangkabau dengan
mudah. Namun, Belanda mengalami kesulitan untuk menghadapi kaum
Padri, yang memiliki pasukan yang banyak dan berani. Belanda juga
menghadapi perlawanan dari rakyat Minangkabau, yang tidak menyukai
campur tangan Belanda dalam urusan mereka .
Perang Padri memiliki akibat dan dampak yang besar bagi sejarah dan
kehidupan masyarakat Minangkabau, baik dari segi politik, ekonomi, sosial,
11
budaya, maupun agama. Berikut adalah beberapa akibat dan dampak perang
Padri:
Banyak rakyat Minangkabau yang tewas, terluka, atau hilang akibat perang.
Banyak juga rakyat Minangkabau yang mengungsi, mengembara, atau
merantau ke daerah lain, untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Banyak
juga rakyat Minangkabau yang menjadi tawanan, budak, atau pengasingan
Belanda, yang harus hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi .
12
sisi lain, perang Padri juga mengancam keberadaan beberapa tradisi dan
budaya Minangkabau yang sudah ada sejak lama, seperti sistem matrilineal,
adat perpatih, dan rumah gadang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perlawanan masyarakat Sumatera terhadap VOC adalah salah satu bentuk
perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda yang berlangsung sejak
abad ke-17 hingga abad ke-19. Perlawanan ini melibatkan berbagai kerajaan dan
daerah di Sumatera, seperti Aceh, Banten, dan Minangkabau.
Perlawanan Aceh: Aceh adalah kerajaan Islam yang kuat dan berpengaruh di
Sumatera. Aceh menolak untuk tunduk kepada VOC yang ingin menguasai
perdagangan rempah-rempah dan lada di wilayahnya. Aceh juga membantu kerajaan-
kerajaan lain yang berperang melawan VOC. Perlawanan Aceh terhadap VOC
berlangsung sejak tahun 1612 hingga tahun 1874. Salah satu tokoh perlawanan Aceh
yang terkenal adalah Sultan Iskandar Muda yang berhasil memperluas wilayah Aceh
dan mengalahkan VOC dalam beberapa pertempuran.
Perlawanan Banten: Banten adalah kerajaan Islam yang menjadi pusat
perdagangan di Sumatera. Banten bersaing dengan VOC yang ingin mengendalikan
perdagangan di Selat Sunda. Banten juga bersekutu dengan Aceh dan Mataram untuk
melawan VOC. Perlawanan Banten terhadap VOC berlangsung sejak tahun 1628
hingga tahun 1683. Salah satu tokoh perlawanan Banten yang terkenal adalah Sultan
13
Ageng Tirtayasa yang berhasil membangun benteng-benteng pertahanan dan
mengobarkan perang melawan VOC.
Perlawanan Minangkabau: Minangkabau adalah daerah yang memiliki tradisi adat
dan agama yang kuat. Minangkabau menentang VOC yang ingin mengintervensi
urusan dalam negeri dan mengubah sistem sosial dan politik di wilayahnya.
Perlawanan Minangkabau terhadap VOC berlangsung sejak tahun 1821 hingga tahun
1837. Perlawanan ini dikenal sebagai Perang Padri, yang dipicu oleh konflik antara
kaum Padri (pembaru Islam) dan kaum Adat. Salah satu tokoh perlawanan
Minangkabau yang terkenal adalah Imam Bonjol yang berhasil memimpin pasukan
Padri dan menghadapi pasukan VOC dan Adat.
https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/23/090000479/
perang-aceh-penyebab-tokoh-jalannya-pertempuran-dan-akhir
https://www.freedomsiana.id/perlawanan-banten-terhadap-voc/
https://roboguru.ruangguru.com/forum/apa-dampak-yang-
ditimbulkan-dalam-perperangan-yang-terjadi-baik-itu-
perperangan-rakyat_FRM-8DNTRIHP
14
https://tirto.id/kronologi-sejarah-perang-padri-tokoh-latar-
belakang-akhir-f7Kg?ssp=1&darkschemeovr=1&setlang=id-
ID&safesearch=moderate
15