Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

PERANG BANJAR

Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah yang dibina
Oleh: M. Riyanto, S.Pd

Oleh:

Nabila Rahma Hamidah (24)

Naila Rasya A.N (25)

Nugi Auliya Zahrah (27)

XI MIPA 1

SMA NEGERI 1 PURI

TAHUN AJARAN 2021/2022

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan kami yang berjudul “Makalah
Sejarah Indonesia, Perang Banjar.” Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan
pada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.

Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak M. Riyanto, S.Pd yang telah
membantu dan membimbing kami baik secara moral maupun materi. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan dan keluarga yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik
dan tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa Makalah Sejarah Indonesia yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna, baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna menjadi acuan agar makalah yang kami buat
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah yang kami buat dapat mejadi referensi khususmya untuk
pembaca dan penulis agar dapat memahami dan mengkaji sejarah yang ada di
tanah Indonesia.

Mojokerto, 9 Oktober 2021

Tim Penyusun/Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ..................................................................................... 1


2. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
3. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Perang Banjar ..................................................................... 3


2. Penyebab dan Dampak Setelah Perang ................................................ 3
3. Jalannya Perang Banjar Dari Awal Hingga Akhir ............................... 7

BAB III PENUTUP

1. Kesimpulan .......................................................................................... 11
2. Saran ..................................................................................................... 11

DAFTAR RUJUKAN .................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dikutip dari buku Sejarah Kelas XI (2014:115), pada 1817 Sultan Sulaiman
al-Mutamidullah (1801-1825) selaku pemimpin Kesultanan Banjar meneken
perjanjian dengan Belanda. Isi perjanjian tersebut adalah penyerahan wilayah
Kesultanan Banjar yaitu Dayak, Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai,
Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir Kutai, dan Beran kepada Belanda.

Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam Al-Watsiq Billah (1825-1857), penerus


Sultan Sulaiman, juga melakukan perjanjian dengan Belanda dengan menyisakan
wilayah Kesultanan Banjar yaitu Hulu Sungai, Martapura, dan Banjarmasin.
Wilayah yang semakin sempit ini menjadi masalah dalam kehidupan sosial
ekonomi Kesultanan Banjar. Kematian mendadak putra mahkota, Abdul Rakhman,
pada 1852, menambah runyam persoalan tersebut.

Sepeninggal Sultan Adam yang wafat pada 1857, ada tiga kandidat penerus
takhta Kesultanan Banjar, yaitu Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Anom, dan
Pangeran Tamjidillah II. Pangeran Hidayatullah II didukung pihak istana dan
sudah mengantongi surat wasiat dari Sultan Adam, Pangeran Anom dijagokan
sebagai Mangkubumi (perdana menteri), dan Tamjidillah II didukung oleh
Belanda.

1
2. Rumusan Masalah

1. Apa itu perang Banjar dan kapan terjadinya?


2. Apa penyebab dan dampak perang Banjar?
3. Bagaimana jalannya perang dari awal hingga akhir?

3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu perang Banjar dan kapan terjadinya


2. Untuk mengetahui sebab terjadinya perang dan dampak-dampak
yang terjadi setelahnya
3. Untuk mengetahui jalannya perang Banjar dari awal hingga akhir

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Perang Banjar

Perang Banjar tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai gerakan perjuangan


terhadap penjajah Belanda yang berlangsung antara tahun 1859-1905. Pangeran
Antasari muncul sebagai salah satu tokoh utama dalam perang di tanah Borneo ini.

Disebut juga Perang Banjar-Barito, peperangan ini terjadi di wilayah


Kesultanan Banjar yang dulu memiliki area kekuasaan meliputi Kalimantan
Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah.

Perang Banjar memunculkan sejumlah tokoh seperti Pangeran Hidayatullah


dan Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, serta Aling (Panembahan Muning)
yang merupakan tokoh perjuangan dari pedalaman Borneo.

2. Penyebab dan Dampak Setelah Perang

Penyebab Perang:

a) Ketidaksenangan rakyat banjar dengan tindakan Belanda yang


merajalelanya pengambilalihan perkebunan dan pertambangan di
Kalimantan Selatan.
b) Belanda terlalu banyak mencampuri urusan kesultanan.
c) Tujuan Belanda mengambil alih Kalimantan Selatan karena ditemukan
tambang batubara disana.
d) Belanda mengangkat Sultan Tamjidullah sebagai Sultan Banjar yang
seharusnya dipegang oleh Pangeran Hidayatullah. Setelah Tamjidullah
dilengserkan dari sultan, Kesultanan Banjar dibubarkan pihak Belanda.

3
e) Terjadinya monopoli perdagangan lada, rotan, damar, hasil tambang
seperti emas, intan dan lain sebagainya oleh Belanda yang menyebabkan
kerugian bagi rakyat.
f) Belanda terlalu mencampuri urusan tahta kerajaan dimana saat penentuan
pengganti Sultan Adam maka Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah
sebagai gantinya karena ia disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran
Hidayatullah yang lebih berhak hanya diberi kedudukan sebagai
Mangkubumi karena ia membenci Belanda

Dampak Perang:

a) Kesultanan Banjar Dibubarkan


Hal yang pertama kali bisa kita lihat adalah pembubaran Kerajaan
Banjar. Perlawanan yang dilakukan Kerajaan Banjar dan mendapat
bantuan dari suku Dayak yang terkenal di wilayah Kalimantan ternyata
belum cukup kuat untuk menandingi kekuatan Belanda yang kala itu juga
adalah negara yang memiliki angkatan bersenjata terbaik di dunia.
Perlawanan Kerajaan Banjar kala itu kebanyakan menggunakan senjata
tradisional yang menggunakan senjata melee atau senjata tajam yang mana
kalah bersaing dengan penggunaan teknologi seperti senapan dan meriam.
Belanda juga terbilang sebuah negara yang memiliki personel militer
terbaik di dunia, mak dari itu perlawanan kedaerahan yang dilakukan oleh
Kerajaan Banjar dan sekitarnya bisa begitu mudah diredam oleh pasukan
Belanda yang kala itu memang mendapat pendidikan dan memiliki
berbagai sumber daya yang mencukupi untuk melakukan pertahanan.
Berbeda dari Indonesia yang kala itu masih termasuk dalam negara-negara
dengan militer terlemah.
Selain menghapus Kerajaan Banjar, Belanda juga ikut menghapuskan
pemerintahan-pemerintahan bawahan dari kerajaan tersebut. Dengan
begitu, bisa dipastikan bahwa penerus dari kerajaan tersebut sudah tidak
ada lagi.

4
Pemerintahan dalam wilayah Kalimantan Selatan pun sempat
mengalami kekosongan kekuasaan, karena pusat dari daerah itu sendiri
telah musnah. Kekosongan kekuasaan tadi tidak berlangsung sangat lama,
dalam waktu sekejap Belanda membuat aturan-aturan baru yang dibuat
oleh pemerintahan Belanda bernama Residentie Zuider en Ooster
Afdeelingvan Borneo untuk mengatur birokrasi dan segala sistem
pemerintahan yang berada di wilayah Kalimantan Selatan.

b) Belanda Berhasil Menguasai Wilayah Kalimantan Selatan Seluruhnya


Dengan dikuasainya pemerintahan pusat dari wilayah Kalimantan
Selatan, bisa dibilang bahwa seluruh wilayah yang awalnya berada pada
kendali Kerajaan Banjar tenggelam ke dalam tangan Belanda setelah
memenangkan peperangan atas perlawanan yang sempat dilakukan oleh
Kerajaan Banjar sendiri yang dibantu oleh warga sekitar. Belanda sendiri
akhirnya dapat dengan mudah mengurus segala sesuatu yang berada pada
Kalimantan Selatan, termasuk di dalamnya pemanfaatan sumber daya
alam dan juga monopoli perdagangan.
Rakyat juga sempat mengalami kebingungan dan penderitaan akibat
dari pemerintahan Belanda kala itu. Banyak rakyat yang mengalami
tindakan-tindakan sebagai penyebab pelanggaran HAM vertikal yang
mana membuat mereka harus merasakan kesusahan tiap waktu karena
pemerintahan Belanda kala itu dianggap mencari untung sendiri atas
wilayah Kalimantan Selatan. Tentunya hal itu sangat wajar bagi penjajah,
karena tujuan awal mereka datang ke Indonesia memang untuk menguasai
seluruh sumber daya alam berupa rempah-rempah yang juga banyak
tersebar pada wilayah Kalimantan Selatan. Jadi dengan mereka menguasai
wilayah tersebut, bisa dipastikan mereka bisa mendapat keuntungan yang
luar biasa bila mereka menjual rempah-rempah ke pasar global

5
c) Dikuasainya Berbagai Sumber Daya di Kalimantan
Seperti yang telah disampaikan di atas, dengan berakhirnya Kerajaan
Banjar ala itu, seluruh sistem termasuk pembagian sumber daya alam
kepada rakyat telah dihapuskan. Rakyat kembali mengalami berbagai
penderitaan akibat kekurangan segala faktor untuk hidup. Bahkan sering
kali dapat ditemukan penyebab konflik horizontal yang hanya dikarenakan
karena kekurangan sumber daya untuk hidup. Belanda bisa semakin bebas
mengambil sumber daya karena tidak ada aturan mengikat lagi yang
dikeluarkan oleh Kerajaan Banjar. Selain itu, musuh mereka yang terbesar
di wilayah Kalimantan Selatan juga bisa berhasil ditumpas, seolah-olah
tidak ada hal lain lagi yang bisa menghalangi mereka.
Eksploitasi besar-besaran terjadi pada pengambilan sumber daya alam
secara paksa berupa rempah-rempah, perkebunan, dan tambang batu bara
yang dilakukan langsung oleh pemerintahan Belanda sendiri. Rakyat pun
menjadi miskin kembali karena kebijakan ini.

d) Tidak Adanya Penerus yang Ideal


Penyerangan Belanda yang dilakukan kepada kerajaan Banjar
memang bisa dibilang sebagai penyebab konflik antar ras yang kejam.
Kekalahan Kerajaan Banjar di tangan Belanda kala tu menimbulkan rasa
putus asa dari rakyat Kalimantan sendiri, mengingat tokoh yang
berpotensial untuk mengembalikan keadaan menjadi baik kembali yaitu
Pangeran Hidayat sudah tidak bisa ditemukan lagi. Pangeran Hidayat
diduga hilang saat peperangan terjadi. Kehilangan penerus yang menurut
rakyat Kalimantan Selatan sangat ideal untuk memimpin kembali mereka
membuat banyak rakyat berduka atas hal itu.

6
Banyak dari mereka yang bahkan tidak tahu akan melakukan hal apa
lagi, dan pasrah menalani hidup mereka di bawah genggaman Belanda.
Banyak dari mereka yang bahkan memutuskan untuk lari dari kampung
halaman mereka sendiri. Syukur bila mereka berhasil untuk kabur dari
tempat itu, namun jika tidak, mereka bisa dibunuh di tempat bila tentara
Belanda menyadari bahwa mereka kabur dari wilayah mereka.

e) Sistem Birokrasi Lama Dihapuskan


Sistem yang dijalankan oleh Kerajaan Banjar pun memang diilai
sudah cukup baik, rakyat pun dibuat bahagia akan hal itu. Namun
semuanya sirna ketika Belanda akhirnya bisa menghancurkan Kerajaan
tersebut. Sistem birokrasi yang awalnya dibuat sendiri oleh pemerintahan
Kerajaan Banjar diganti oleh sistem birokrasi dari pemerintahan Belanda
sendiri, yang mana kebanyakan hanya menguntungkan pihak Belanda saja
untuk mengakses dan mengeksploitasi wilayah tersebut dengan mudahnya.

3. Jalannya Perang Banjar dari Awal Hingga Akhir

Dikutip dari buku Pangeran Antasari karya M. Idwar Saleh (1993:21),


Residen E.F. Graaf von Bentheim Teklenburg atas nama Belanda secara sepihak
menobatkan Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar di Martapura pada 3
November 1857.

Pangeran Tamjidillah II merupakan anak dari istri selir tertua mendiang


Sultan Adam. Pengangkatan secara sepihak ini menimbulkan protes dari istana.
Yang dianggap paling berhak menjadi sultan adalah Pangeran Hidayatullah II.
Setelah dinobatkan, Sultan Tamjidillah II melakukan penghapusan hak-hak
istimewa kepada saudara-saudaranya, yakni Pangeran Hidayatullah II dan
Pangeran Anom. Sultan Tamjidillah II menganggap tidak ada surat wasiat dari
Sultan Adam yang dikantongi Pangeran Hidayatullah II. Bahkan, Pangeran Anom
dibuang ke Bandung.

7
Gerakan protes terhadap penobatan Sultan Tamjidillah II bermunculan. Dari
pedalaman Kalimantan, gerakan kini dipelopori oleh Panembahan Muning atau
Aling. Helius Sjamsuddin dalam Pegustian & Temenggung: Akar Sosial, Politik,
Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
1859–1906 (2001) menyebutkan, Aling dulu terkenal sebagai perompak.

Garis hidup Aling berubah setelah mengabdi kepada Sultan Adam di


Kesultanan Banjar. Di akhir masa pengabdiannya, Aling ditugaskan mengurusi
perkebunan milik kesultanan di pedalaman. Aling mendapat firasat bahwa yang
berhak mengampu takhta Kesultanan Banjar adalah Pangeran Antasari, sepupu
Pangeran Hidayatullah II. Pangeran Antasari adalah keturunan dari Sultan
Muhammadillah, penguasa Kesultanan Banjar periode 1759-1761.

Aksi yang dipimpin Aling dikenal dengan nama Gerakan Datu Muning,
berpusat di Kembayau atau Tambai Mekah, sebuah desa yang berada di tepi
Sungai Muning, Kalimantan Selatan.

Pangeran Antasari datang ke Kembayau atas undangan Aling. Selain


mendapat dukungan dari Aling dan pengikutnya, Pangeran Antasari juga
memperoleh sokongan dari banyak pihak. Beberapa pihak yang mendukung
tersebut di antaranya adalah Kesultanan Pasir dan Kesultanan Kutai Kartanegara
dari Kalimantan Timur serta Tumenggung Surapati yang memimpin orang-orang
Dayak

Pada 25 April 1859, pasukan Pangeran Antasari menyerang kawasan


tambang batu bara di wilayah Pengaron, dilanjutkan dengan serbuan orang-orang
Muning di bawah komando Panembahan Aling dan puteranya, Sultan Kuning.
Pasukan Muning berhasil membakar kawasan tambang dan pemukiman Belanda.
Mereka juga melakukan penyerangan di perkebunan milik Belanda di Gunung
Jabok, Kalangan, dan Bangkal. Rangkaian kejadian inilah yang menjadi pemicu
meletusnya Perang Banjar yang dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah II dan
Pangeran Antasari.

8
Strategi yang diterapkan adalah perang gerilya. Pangeran Hidayatullah II
dan Pangeran Antasari mendirikan pemerintahan di pedalaman dengan dukungan
dari orang-orang Banjar dan Dayak. Pangeran Antasari berhasil menyatukan
Banjar dan Dayak dengan spirit perlawanan terhadap penjajah.

Helius Sjamsuddin dalam bukunya mengungkapkan, semangat perlawanan


dari persatuan rakyat Banjar dan Dayak diikat dengan relasi kekeluargaan dan
kekerabatan melalui pernikahan sebagai sarana pemersatu dan solidaritas untuk
memerangi Belanda.

Akibat peperangan ini, pemerintahan Kesultanan Banjar menjadi semakin


kacau. Belanda terpaksa meminta Sultan Tamjidillah II untuk meletakkan
takhtanya.

Pada 25 Juni 1859, secara resmi Sultan Tamjidillah II mengundurkan diri


dan menyerahkan singgasana Kesultanan Banjar kepada Belanda. Belanda
kemudian mengasingkan Tamjidillah II ke Bogor. Belanda menawarkan kepada
Pangeran Hidayatullah II untuk menduduki takhta Banjar. Namun, tawaran
tersebut ditolak mentah-mentah karena Pangeran Hidayatullah II tidak ingin
menjadi boneka Belanda.

Pangeran Hidayatullah II kemudian dinobatkan sebagai Sultan Banjar oleh


para pengikutnya pada September 1859 di Amuntai.

Dikutip dari Riwajat Hidup Orang-orang Besar Tanah Air (1966) yang
disusun Tamar Djaja, Belanda murka dan mengumumkan penghapusan
Kesultanan Banjar pada 11 Juni 1860. Pangeran Hidayatullah II yang dibantu oleh
pengikut setianya, Demang Lehman, terus melancarkan perlawanan secara gerilya.
Begitu pula dengan Pangeran Antasari.

Belanda mengerahkan seluruh pasukannya untuk memadamkan perlawanan


tersebut. Hingga akhirnya, Pangeran Hidayatullah II terdesak dan ditangkap
Belanda pada 28 Februari 1862.

9
Pangeran Antasari melanjutkan perjuangan menghadapi Belanda yang
mendatangkan pasukan bantuan dari Batavia. Di tengah perlawanan gerilya
tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit. Ia terserang penyakit cacar dan paru-paru
hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.

Perjuangan melawan Belanda diteruskan oleh putra Pangeran Antasari yang


kemudian dinobatkan sebagai pemimpin Banjar dengan gelar Sultan Muhammad
Seman, dibantu oleh beberapa tokoh pejuang lainnya seperti Gusti Acil, Gusti
Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman. Kendati begitu, perlawanan ini tidak
sebesar saat dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah II dan Pangeran Antasari
meskipun masih berlangsung hingga awal abad ke-20.

Kathy MacKinnon dalam The Ecology of Kalimantan (1996) mencatat,


Sultan Muhammad Seman gugur karena ditembak pasukan Belanda dalam
pertempuran pada 24 Januari 1905.

Perang Banjar berakhir setelah tokoh-tokoh pejuang yang tersisa berguguran,


ditangkap, juga banyak yang diasingkan ke luar pulau. Selanjutnya, wilayah
Kesultanan Banjar dikuasai pemerintah kolonial Hindia Belanda.

o Tokoh-Tokoh Penting dalam Perang Banjar

a) Pangeran Hidayatullah II
b) Antung Pangeran Antasari
c) Panembahan Muning/Aling
d) Sunan Kuning
e) Tumenggung Surapati
f) Demang Lehman
g) Sultan Muhammad Seman
h) Gusti Acil
i) Gusti Muhammad Arsyad
j) Durrahman

10
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Diharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami sejarah tentang


salah satu perang di Indonesia. Sehingga setelahnya pembaca dapat termotivasi
oleh jiwa patriotisme bangsa untuk membela tanah air hingga titikdarah
penghabisan. Serta selalu mengenang perjuangan tokoh-tokoh penting pada masa
kolonial Belanda dan menghargai jasa-jasa beliau hingga sekarang.

2. Saran

Setelah membaca makalah di atas, diharapkan pembaca dapat lebih


memahami tetntang sejarah perang Banjar di Indonesia. Sehingga sejarah
perjuangan bangsa kita pada zaman kolonial Belanda dahulu dapat menjadi
motivasi dan pelajaran bagi generasi sekarang. Diharapkan juga pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang dapat menjadi bahan rujukan agar penulis dapat
membuat makalah yang lebih baik kedepannya

11
DAFTAR RUJUKAN

Syamsul Dwi Maarif. 2021. Sejarah Perang Banjar: Penyebab, Tokoh,


& Aksi Pangeran Antasari. tirto.id – Pendidikan (diakses tanggal 9
Oktober 2021 pukul 12.19 WIB)

Yoga Adi. 2017. 5 Akibat Perang Banjar yang Terjadi di Pulau


Kalimantan. Hukamnas.com (diakses tanggal 9 Oktober 2021 pukul
11.23)

Dedek Gemez. 2021. Sejarah Perang Banjar : Latar Belakang,


Penyebab, Jalan, Akhir dan Tokoh. Ips.pelajaran.co.id (diakses
tanggal 9 Oktober 2021 pukul 11.35)

12

Anda mungkin juga menyukai