PERANG BANJAR
Makalah disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah yang dibina
Oleh: M. Riyanto, S.Pd
Oleh:
XI MIPA 1
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat dan
Karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan kami yang berjudul “Makalah
Sejarah Indonesia, Perang Banjar.” Tak lupa shalawat serta salam kami haturkan
pada junjungan kita Nabiyullah Muhammad SAW.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak M. Riyanto, S.Pd yang telah
membantu dan membimbing kami baik secara moral maupun materi. Terima
kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman seperjuangan dan keluarga yang
telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik
dan tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa Makalah Sejarah Indonesia yang kami buat ini
masih jauh dari kata sempurna, baik segi penyusunan, bahasa, maupun
penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak guna menjadi acuan agar makalah yang kami buat
bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah yang kami buat dapat mejadi referensi khususmya untuk
pembaca dan penulis agar dapat memahami dan mengkaji sejarah yang ada di
tanah Indonesia.
Tim Penyusun/Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan .......................................................................................... 11
2. Saran ..................................................................................................... 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dikutip dari buku Sejarah Kelas XI (2014:115), pada 1817 Sultan Sulaiman
al-Mutamidullah (1801-1825) selaku pemimpin Kesultanan Banjar meneken
perjanjian dengan Belanda. Isi perjanjian tersebut adalah penyerahan wilayah
Kesultanan Banjar yaitu Dayak, Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai,
Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir Kutai, dan Beran kepada Belanda.
Sepeninggal Sultan Adam yang wafat pada 1857, ada tiga kandidat penerus
takhta Kesultanan Banjar, yaitu Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Anom, dan
Pangeran Tamjidillah II. Pangeran Hidayatullah II didukung pihak istana dan
sudah mengantongi surat wasiat dari Sultan Adam, Pangeran Anom dijagokan
sebagai Mangkubumi (perdana menteri), dan Tamjidillah II didukung oleh
Belanda.
1
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penyebab Perang:
3
e) Terjadinya monopoli perdagangan lada, rotan, damar, hasil tambang
seperti emas, intan dan lain sebagainya oleh Belanda yang menyebabkan
kerugian bagi rakyat.
f) Belanda terlalu mencampuri urusan tahta kerajaan dimana saat penentuan
pengganti Sultan Adam maka Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah
sebagai gantinya karena ia disenangi Belanda. Sedangkan Pangeran
Hidayatullah yang lebih berhak hanya diberi kedudukan sebagai
Mangkubumi karena ia membenci Belanda
Dampak Perang:
4
Pemerintahan dalam wilayah Kalimantan Selatan pun sempat
mengalami kekosongan kekuasaan, karena pusat dari daerah itu sendiri
telah musnah. Kekosongan kekuasaan tadi tidak berlangsung sangat lama,
dalam waktu sekejap Belanda membuat aturan-aturan baru yang dibuat
oleh pemerintahan Belanda bernama Residentie Zuider en Ooster
Afdeelingvan Borneo untuk mengatur birokrasi dan segala sistem
pemerintahan yang berada di wilayah Kalimantan Selatan.
5
c) Dikuasainya Berbagai Sumber Daya di Kalimantan
Seperti yang telah disampaikan di atas, dengan berakhirnya Kerajaan
Banjar ala itu, seluruh sistem termasuk pembagian sumber daya alam
kepada rakyat telah dihapuskan. Rakyat kembali mengalami berbagai
penderitaan akibat kekurangan segala faktor untuk hidup. Bahkan sering
kali dapat ditemukan penyebab konflik horizontal yang hanya dikarenakan
karena kekurangan sumber daya untuk hidup. Belanda bisa semakin bebas
mengambil sumber daya karena tidak ada aturan mengikat lagi yang
dikeluarkan oleh Kerajaan Banjar. Selain itu, musuh mereka yang terbesar
di wilayah Kalimantan Selatan juga bisa berhasil ditumpas, seolah-olah
tidak ada hal lain lagi yang bisa menghalangi mereka.
Eksploitasi besar-besaran terjadi pada pengambilan sumber daya alam
secara paksa berupa rempah-rempah, perkebunan, dan tambang batu bara
yang dilakukan langsung oleh pemerintahan Belanda sendiri. Rakyat pun
menjadi miskin kembali karena kebijakan ini.
6
Banyak dari mereka yang bahkan tidak tahu akan melakukan hal apa
lagi, dan pasrah menalani hidup mereka di bawah genggaman Belanda.
Banyak dari mereka yang bahkan memutuskan untuk lari dari kampung
halaman mereka sendiri. Syukur bila mereka berhasil untuk kabur dari
tempat itu, namun jika tidak, mereka bisa dibunuh di tempat bila tentara
Belanda menyadari bahwa mereka kabur dari wilayah mereka.
7
Gerakan protes terhadap penobatan Sultan Tamjidillah II bermunculan. Dari
pedalaman Kalimantan, gerakan kini dipelopori oleh Panembahan Muning atau
Aling. Helius Sjamsuddin dalam Pegustian & Temenggung: Akar Sosial, Politik,
Etnis, dan Dinasti Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah
1859–1906 (2001) menyebutkan, Aling dulu terkenal sebagai perompak.
Aksi yang dipimpin Aling dikenal dengan nama Gerakan Datu Muning,
berpusat di Kembayau atau Tambai Mekah, sebuah desa yang berada di tepi
Sungai Muning, Kalimantan Selatan.
8
Strategi yang diterapkan adalah perang gerilya. Pangeran Hidayatullah II
dan Pangeran Antasari mendirikan pemerintahan di pedalaman dengan dukungan
dari orang-orang Banjar dan Dayak. Pangeran Antasari berhasil menyatukan
Banjar dan Dayak dengan spirit perlawanan terhadap penjajah.
Dikutip dari Riwajat Hidup Orang-orang Besar Tanah Air (1966) yang
disusun Tamar Djaja, Belanda murka dan mengumumkan penghapusan
Kesultanan Banjar pada 11 Juni 1860. Pangeran Hidayatullah II yang dibantu oleh
pengikut setianya, Demang Lehman, terus melancarkan perlawanan secara gerilya.
Begitu pula dengan Pangeran Antasari.
9
Pangeran Antasari melanjutkan perjuangan menghadapi Belanda yang
mendatangkan pasukan bantuan dari Batavia. Di tengah perlawanan gerilya
tersebut, Pangeran Antasari jatuh sakit. Ia terserang penyakit cacar dan paru-paru
hingga akhirnya wafat pada 11 Oktober 1862.
a) Pangeran Hidayatullah II
b) Antung Pangeran Antasari
c) Panembahan Muning/Aling
d) Sunan Kuning
e) Tumenggung Surapati
f) Demang Lehman
g) Sultan Muhammad Seman
h) Gusti Acil
i) Gusti Muhammad Arsyad
j) Durrahman
10
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
11
DAFTAR RUJUKAN
12