Anda di halaman 1dari 23

PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG

BANJAR

Oleh:

Muhamad Yusril Ihza Mahendra || XII IPA 1


SEJARAH INDONESIA
1
Page

Tahun Ajaran 2021/2022


Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul " PERJUANGAN DEMANG LEHMAN DALAM PERANG
BANJAR " dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya, diharapkan
saran dan kritik yang membangun agar penulis menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini menambah wawasan dan memberi manfaat bagi orang yang
membacanya.

Simpang Empat, 27 Oktober 2021

Penulis

2
Page

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................(5)

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................(6)

1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................(6)

BAB II LANDASAN TEORI ..............................................................................(7)

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................

3.1 Demang Lehman ..........................................................................(9)

3.2 Hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda ............................(10)

3.3 Peran Demang Lehman ...............................................................(12)

3.4 Kerajaan Banjar ............................................................................(17)

Bab IV PENUTUP ...............................................................................................

4.1 Kesimpulan ....................................................................................(21)

4.2 Saran ..............................................................................................(22)

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
3
Page

Abstract
Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad 17, hal tersebut dikarenakan daerah ini banyak
menghasilkan lada dan batu bara. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar
dengan Belanda. Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin menguasai wilayah
kerajaan Banjar dengan politik devide et impera.

Pada tanggal 14 Februari 1606, kapal dagang VOC Belanda datang di bawah pimpinan Gillis
Michieszoon. Setibanya di Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung
perasaan orang Banjar, dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar.
Setelah kejadian tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin,
mereka membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh di bandar, dan keraton Banjar yang tidak
jauh dari sungai juga turut menjadi sasaran pembakaran. Setelah peristiwa tersebut, rakyat
Banjar menjadi anti terhadap Belanda di

tanah Banjar. Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi, dan sosial
keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara
sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran
Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman.

Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi sultan menimbulkan kekecewaan di kalangan


rakyat dan para pembesar Kerajaan yang pada klimaksnya menimbulkan Perang Banjar. Di
dalam Perang Banjar terdapat beberapa tokoh Banjar yang menjadi panglima melawan
Belanda, salah satunya adalah Demang Lehman yang berasal dari Martapura.

Ia merupakan Panakawan dari Pangeran Hidayatullah, oleh karena kesetiaan, kecakapan, dan
jasa besarnya maka ia diangkat Pangeran Hidayatullah menjadi Kepala Distrik di Riam Kanan.
Pada saat Perang Banjar meletus, Demang Lehman mendapat tugas dari Pangeran Antasari
untuk memimpin perlawanan di daerah Martapura dan Tanah Laut bersama Kiai Langkang dan
Penghulu Buyasin.

Di mata Belanda, Demang Lehman termasuk pejuang Banjar yang sangat ditakuti dan
berbahaya dalam menggerakkkan kekuatan rakyat sebagai tangan kanan Pangeran Antasari dan
Pangeran Hidayatullah.

BAB I

PENDAHULUAN
4
Page
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Perang Banjar tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai gerakan perjuangan terhadap
penjajah Belanda yang berlangsung antara tahun 1859-1905. Pangeran Antasari muncul sebagai
salah satu tokoh utama dalam perang di tanah Borneo ini.

Disebut juga Perang Banjar-Barito, peperangan ini terjadi di wilayah Kesultanan Banjar yang
dulu memiliki area kekuasaan meliputi Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan
Tengah.Perang Banjar memunculkan sejumlah tokoh seperti Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, serta Aling (Panembahan Muning) yang merupakan
tokoh perjuangan dari pedalaman Borneo.

pada 1817 Sultan Sulaiman al-Mutamidullah (1801-1825) selaku pemimpin Kesultanan Banjar
meneken perjanjian dengan Belanda.

Isi perjanjian tersebut adalah penyerahan wilayah Kesultanan Banjar yaitu Dayak, Sintang,
Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir Kutai, dan Beran
kepada Belanda.

Tanggal 4 Mei 1826, Sultan Adam Al-Watsiq Billah (1825-1857), penerus Sultan Sulaiman, juga
melakukan perjanjian dengan Belanda dengan menyisakan wilayah Kesultanan Banjar yaitu
Hulu Sungai, Martapura, dan Banjarmasin.Wilayah yang semakin sempit ini menjadi masalah
dalam kehidupan sosial ekonomi Kesultanan Banjar. Kematian mendadak putra mahkota, Abdul
Rakhman, pada 1852, menambah runyam persoalan tersebut.

Sepeninggal Sultan Adam yang wafat pada 1857, ada tiga kandidat penerus takhta Kesultanan
Banjar, yaitu Pangeran Hidayatullah II, Pangeran Anom, dan Pangeran Tamjidillah II.

Pangeran Hidayatullah II didukung pihak istana dan sudah mengantongi surat wasiat dari Sultan
Adam, Pangeran Anom dijagokan sebagai Mangkubumi (perdana menteri), dan Tamjidillah II
didukung oleh Belanda.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Makalah ini di fokuskan kepada kiparah Demang Lehman dalam perang Banjar. ATahun 1859
merupakan awal terjadinya Perang Banjar dan pertama kalinya Demang Lehman turut serta
5

dalam penyerangan terhadap Belanda di Benteng Oranye Nassau. Agar pembahasan menjadi
Page

lebih terarah maka permasalahan dirumuskan dalam pernyataan pernyataan sebagai berikut :
1.Siapakah Demang Lehman...?

2.Bagaimana hubungan kerajaan Banjar dengan Belanda hingga meletus Perang ...?

3.Bagaimana peran Demang Lehman dalam Perang Banjar...?

4. Siapa Pendiri dan Raja-Raja Kerajaan banjar…?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Makalah ini dibuat untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dirumuskan dalam
rumusan masalah di atas.

1. Untuk menjelaskan hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda hingga meletusnya


Perang Banjar.

2. Untuk menguraikan latar belakang Demang Lehman.

3. Untuk memaparkan peran Demang Lehman dalam Perang Banjar.

BAB II

LANDASAN TEORI
Teori yang digunankan dalam makalah ini adalah teori peranan social.adalah studi sosiologis
tentang pengembangan peran yang objek kajiannya berkaitan dengan penjelasan tentang kekuatan apa
6

yang menyebabkan orang mengembangkan harapan mereka sendiri dan perilaku orang lain. Menurut
Page

sosiolog Bruce Biddle (1986), lima model utama teori peran meliputi:
1. Teori Peran Fungsional , meneliti peran sosial yang penting untuk norma sosial bersama.
2. Teori Peran Interaksi Simbolik, berfokus pada dampak interpretasi individu terhadap
respons terhadap perilaku pada peran sosial.
3. Teori Peran Struktural, menggunakan model matematika untuk menguji pengaruh
masyarakat secara keseluruhan pada peran
4. Teori Peran Organisasi, meneliti pengembangan peran dalam organisasi
5. Teori Peran Kognitif, menguji hubungan antara harapan dan perilaku

Dalam penjambaran atas teoriris ini perilaku seseorang adalah konteks yang spesifik
berdasarkan faktor-faktor seperti posisi sosial. Misalnya, peran sosial seorang tukang listrik,
dokter, psikolog, ibu, kakek semuanya berbeda satu sama lain.Ketika kita telah mencapai status
sebagai dokter, kita diharapkan untuk memainkan peran sosial untuk dapat memberikan
pengobatan untuk penyakit, berpengetahuan luas, dapat meresepkan obat yang diperlukan dan
sebagainya.

Dalam realita kehidupan masyarakat baik individu maupun kelompok selalu terkait satu dengan
yang lain ketika terjadi interaksi sosial, karena itu peran setiap individu sangat mempengaruhi
komunitas di mana seseorang berada. Peran adalah kumpulan dari perilaku yang secara relatif
homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seseorang yang menempati posisi sosial
yang diraihnya ataupun diberikan dalam konteks hidup bermasyarakat.1 Ralph Linton
berpendapat bahwa peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status).

Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia
menjalankan suatu peranan. Dengan demikian antara peranan dan kedudukan keduanya tidak
dapat dilepas pisahkan karena saling ketergantungan satu dengan lainnya. Tidak ada peran
tanpa kedudukan atau sebaliknya tidak ada kedudukan tanpa peran. 2 Setiap individu
mempunyai serangkaian peran yang berasal dari berbagai pola dalam pergaulan hidupnya.

Hal ini menunjukan bahwa peran menentukan apa yang diperbuat bagi masyarakat dan apa
yang bisa diharapkan dari masyarakat. Menurut Ely Chinoy dalam Soerjono Soekanto
menjelaskan bahwa pentingnya peranan karena hal tersebut mengatur perilaku seseorang yang
menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan
orang lain, sehingga yang bersangkutan dapat menyesuaikan perikelakuan sendiri dengan
komunitasnya.

Hubungan-hubungan sosial yang terjalin dalam masyarakat itulah mecerminkan adanya


hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat.3 Peranan diatur oleh norma-
norma yang berlaku. Misalnya, norma kesopanan menghendaki agar seorang pria bila berjalan
dengan seorang wanita harus berada di sebelah luar. Dari penjelasan tersebut maka dapat
dipahami fungsi dan peran masing-masing individu dalam lingkungan di dalamnya tidak terlepas
dari eksistensinya dalam setiap aktivitas yang dilakukannya baik dalam kehidupan pribadi
maupun kelompok.
7

Paul B. Horton dan Robert L. Horton, mendefinisikan peran sebagai satu perilaku yang
Page

diharapkan dari dalam beberapa status tertentu.4 Misalnya, jika dia seorang perempuan,
pakaian yang dimiliki, cara berjalan dan berbicara, jenis pekerjaan, minatnya mengarah pada
kesan masingmasing masyarakat yang mendefinisikan sebagai perilaku perempuan. Selanjutnya
mereka mendefinisikan status secara umum sebagai kedudukan atau posisi seseorang dalam
kelompok masyarakat atau sistem sosial. Status mengacu pada satu posisi yang disandang,
bukan orang atau pelaku yang sesungguhnya. Mungkin posisi dalam kelompok tertentu, seperti
dalam satu keluarga, kelompok, klub atau lingkungan, atau mungkin posisi yang diakui oleh
orang lain pada umumnya.5 Masing-masing pribadi memiliki sejumlah status yang berbeda
dibandingkan pada pribadi lainnya. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan
dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat
merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi masyarakat.
Peranan lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Bruce J. Biddle, berpendapat bahwa peran adalah pusat perilaku dari pribadi dalam konteks.7
Peran terjadi dalam kehidupan setiap hari pada suatu masyarakat dan masing-masing
memamerkan perannya dengan cara yang berbeda-beda. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa
peran bukan hanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi perhatian bagi orang-
orang yang melakukannya, tetapi juga digambarkan dalam novel dan teater.

Sehingga banyak yang kita ketahui tentang kehidupan di masa sebelumnya diperoleh melalui
penggambaran dramatis peran. Setiap orang mempunyai macam-macam peran dalam
kehidupan sosial masyarakat karena itu setiap peran yang dilakoni seseorang selalu saja
mengandung harapan. Dalam peran terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang
peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat
atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau
kewajiban-kewajibannya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Demang Lehman

Demang lehman, Ia ditakuti pihak musuh karena taktik gerilyanya berhasil


memporakporandakan pos-pos pertahanan Belanda. Berujung tragis di tiang gantung
musuhnya.Padahal, peran & jasa Demang Lehman pun tak kalah pentingnya bagi Kesultanan
Banjar itu sendiri. kemudian Ia bergelar Adhipattie Mangko Nagara (Adipati Mangku
Negara) (lahir di [Martapura] tahun 1832 - meninggal di Martapura tanggal 27
Februari 1864 pada umur 32 tahun) adalah salah seorang panglima perang dalam Perang
Banjar. Dia terlahir dengan nama Idies Gelar Kiai Demang merupakan gelar untuk pejabat yang
8
Page

memegang sebuah lalawangan (distrik) di Kesultanan Banjar. Demang Lehman semula


merupakan seorang panakawan (ajudan) dari Pangeran Hidayatullah II sejak tahun 1857. Oleh
karena kesetiaan dan kecakapannya dan besarnya jasa sebagai panakawan dari Pangeran
Hidayatullah II, dia diangkat menjadi Kiai sebagai lalawangan/kepala Distrik Riam Kanan (tanah
lungguh Pg. Hidayatullah II). Demang Lehman memegang pusaka kasultanan Banjar yaitu Keris
Singkir dan sebuah tombak bernama Kaliblah yang berasal dari Sumbawa.
Pada awal tahun 1859 Nyai Ratu Komala Sari, permaisuri almarhum Sultan Adam, telah
menyerahkan surat kepada Pangeran Hidayatullah II, bahwa kesultanan Banjar diserahkan
kepadanya, sesuai dengan surat wasiat Sultan Adam. Selanjutnya Pangeran Hidayat
mengadakan rapat-rapat untuk menyusun kekuatan dan memberi bantuan
kepada Tumenggung Jalil (Kiai Adipati Anom Dinding Raja) berupa 20 pucuk senapan.
Sementara itu Pangeran Antasari dan Demang Lehman mendapat tugas yang lebih berat yaitu
mengerahkan kekuatan dengan menghubungi Tumenggung Surapati dan Pembakal Sulil di
daerah Barito (Tanah Dusun), Kiai Langlang dan Haji Buyasin di daerah Tanah Laut.
Perlawanan rakyat terhadap Belanda berkobar di daerah-daerah di bawah pimpinan Pangeran
Antasari yang berahsil menghimpun pasukan sebanyak 3.000 orang dan menyerbu pos-pos
Belanda. Pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang oleh pasukan Antasri pada
tanggal 28 April 1859. Di samping itu, kawan-kawan seperjuangan Pangeran Antasari juga telah
mengadakan penyerangan terhadap pasukan-pasukan Belanda yang dijumpai. Pada saat
pangeran Antasari mengepung benteng Belanda di Pengaron, Kiai Demang Leman dengan
pasukannya telah bergerak disekitar Riam Kiwa dan mengancam benteng Belanda di Pengaron.
Bersama-sama dengan Haji Nasrun pada tanggal 30 Juni 1859, kiai Demang Leman menyerbu
pos Belanda yang berada di istana Martapura. Dalam bulan Agustus 1859 bersama Haji Buyasin
dan Kiai Langlang, Kiai Demang Leman berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio.
Pada tanggal 27 September 1859 pertempuran terjadi juga di benteng Gunung Lawak yang
dipertahankan oleh Kiai Demang Leman dan kawan-kawan. Dalam pertempuran ini kekuatan
pasukan Kiai Demang Leman ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan musuh
sehingga ia terpaksa mengundurkan diri. Karena rakyat berkali-kali melakukan penyerangan
gerilya, Belanda setalah beberapa waktu lamanya menduduki benteng tersebut, kemudian
merusak dan meninggalkannya. Sewaktu meninggalkan benteng, pasukan Belanda mendapat
serangan dari pasukan Kiai Demang Leman yang masih aktif melakukan perang gerilya di daerah
sekitarnya.

3.2 Hubungan Kerajaan Banjar dengan Belanda

 Kesultanan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang bercorak Hindu. Masuknya
9

Islam di Kesultanan Banjar terjadi pada sekitar akhir abad 15 berkat peran dari Kerajaan
Page

Demak.Kesultanan ini memiliki wilayah kekuasaan di sekitar Kalimantan Selatan dan sebagian
Kalimantan Tengah.Dalam perkembangannya, Kesultanan Banjar memiliki wilayah yang
strategis dalam jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan
dan Jazirah Arab.

Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman,


disebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Banjar pada abad 15 M selalu
ramai dengan kapal-kapal dagang internasional yang transit ketika melakukan perjalanan
dagang.

Selain itu, Kesultanan Banjar juga memiliki hasil sumber daya alam emas, intan, lada, rotan dan
damar yang melimpah. Kondisi kekayaan Kesultanan Banjar tersebut mendorong Belanda
untuk menguasai Kesultanan Banjar.interaksi antara Belanda dan Kesultanan Banjar mulai
terjadi pada sekitar 1840-an.

Belanda melakukan campur tangan di beberapa wilayah Kesultanan Banjar dan memadamkan
sengketa-sengketa dalam negeri Kesultanan Banjar.Atas jasa tersebut, Belanda mendapatkan
hak khusus untuk mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar.Interaksi antara Belanda
dan Kesultanan Banjar menimbulkan banyak permasalahan yang nantinya memuncak pada
perlawanan Antasari dalam Perang Banjar.

Yang melatar belakangi masalah :

1. Rakyat menjadi sasaran eksploitasi dari Belanda dan Kesultanan Banjar

2. Munculnya konflik perebutan tahta Kesultanan Banjar akibat intervensi Belanda

3. Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan Banjar

Jalannya Perang Banjar

Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II memimpin perlawanan terhadap Belanda pada
1859. Pangeran Antasari memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda dan tambang
batubara di wilayah Pengaron.Dalam serangan tersebut tentara Belanda dapat dilumpuhkan
dan pasukan pangeran Antasari dapat menguasai tambang batubara di Pengaron.

Dalam buku Pegustian dan Temanggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 (2014) karya Helius Sjamsudin, Pihak
Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menawan keluarga Pangeran
Hidayatullah II dan meminta Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyiannya.

Hidayatullah II secara terpaksa harus keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan


keluarganya. Namun sesampainya di Istana, Hidayatullah II ditangkap Belanda dan diasingkan
10

menuju ke Cianjur.
Page
Pasca ditinggal Hidayatullah II, Pangeran Antasari tetap melanjutkan perlawanan. Wilayah
perlawanan Pangeran Antasari meliputi daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan
Tengah.

Akhir Perang Banjar

Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit paru-paru dan
cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan Pangeran Antasari untuk menjadikan
Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak meredup.Pangeran Antasari meninggal pada
Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik
darah penghabisan.

3.3 Peran Demang Lehman


Berikut ini adalah peran Demang lehman dalam Perang Banjar:

Bulan April 1859


Pada awal Perang Banjar yaitu sekitar akhir bulan April 1859 Demang Lehman memimpin
kekuatan dan penggempuran di sekitar Martapura dan Tanah Laut, bersama-sama Kiai Langlang
dan Penghulu Haji Buyasin. Selanjutnya Demang Lehman diperintahkan mempertahankan kota
Martapura, karena pusat pemerintahan Kerajaan oleh Pangeran Hidayat dipindahkan ke
kota Karang Intan. Bersama-sama Pangeran Antasari, Demang Lehman menempatkan pasukan
di sekitar Masjid Martapura dengan kekuatan 500 orang dan sekitar 300 orang di
sekitar Keraton Bumi Selamat.

Benteng Munggu Dayor


Pada akhir tahun 1859 pasukan rakyat yang dipimpin oleh Demang Lehman, Pangeran Antasari,
Tumenggung Antaluddin, Pambakal Ali Akbar berkumpul di benteng Munggu Dayor. Demang
11

Lehman terlibat dalam pertempuran sengit di sekitar Munggu Dayor. Belanda menilai tentang
Page

Demang Lehman sebagai musuh yang paling ditakuti dan paling berbahaya dan menggerakkan
kekuatan rakyat sebagai tangan kanan dari Pangeran Hidayat. Demang Lehman menyerbu
Martapura dan melakukan pembunuhan terhadap pimpinan militer Belanda di kota Martapura.

Serbuan terhadap Belanda di Keraton Bumi Selamat 30 Agustus 1859


Pada tanggal 30 Agustus 1859 Demang Lehman berangkat menuju Keraton Bumi
Selamat dengan 3000 kekuatan dan secara tiba-tiba mengejutkan Belanda karena melakukan
serangan secara tiba-tiba, menyebabkan Belanda kebingungan menghadapinya, hingga hampir
menewaskan Letnan Kolonel Boon Ostade. Dalam serangan tiba-tiba ini Demang Lehman
menunggang kuda dengan gagah berani mengejar Letnan Kolonel Boon Ostade. Serbuan ke
Keraton Bumi Selamat ini gagal karena berhadapan dengan pasukan Belanda yang sedang
berkumpul melakukan inspeksi senjata. Pertempuran sengit terjadi, sehingga anggota Demang
Lehman kehilangan 10 orang yang menjadi korban, begitu pula pihak Belanda berpuluh-puluh
yang jatuh korban.

Pertempuran di Benteng Tabanio


Sementara itu kapal perang Bone dikirim Belanda ke Tanah Laut untuk merebut kembali
benteng Tabanio yang telah dikuasai Demang Lehman dalam sebuah pertempuran yang
mengerikan Belanda. Ketika pasukan Letnan Laut Cronental menyerbu benteng Tabanio, 9
orang serdadu Belanda tewas, dan terpaksa pasukan Belanda sisanya mengundurkan diri
dengan menderita kekalahan. Serangan kedua oleh Belanda dilakukan, tetapi benteng itu
dipertahankan dengan gagah berani oleh Demang Lehman, Kiai Langlang, dan Penghulu Haji
Buyasin. Karena serangan serdadu Belanda didukung oleh angkatan laut yang menembakkan
meriam dari kapal perang, sedangkan pasukan darat menyerbu benteng Tabanio, Demang
Lehman berserta pasukannya lolos dengan tidak meninggalkan korban. Belanda menilai bahwa
kemenangan terhadap benteng Tabanio ini tidak ada artinya, kalau diperhitungkan dengan
jumlah sarana yang dikerahkan 15 buah meriam, dan sejumlah senjata yang mengkilap,
ternyata tidak berhasil melumpuhkan kekuatan Demang Lehman.

Pertempuran di Benteng Gunung Lawak 27 September 1859


Selanjutnya Demang Lehman memusatkan kekuatannya di benteng pertahanan Gunung
Lawak di Tanah Laut. Benteng itu terletak di atas bukit, di setiap sudut benteng dipersenjatai
dengan meriam. Pertempuran memperebutkan benteng ini terjadi pada tanggal 27
12

September 1859. Dalam pertempuran yang sengit dan pasukan Demang Lehman


Page

mempertahankan benteng Gunung Lawak dengan gagah berani, akhirnya mengorbankan lebih
dari 100 gugur dalam pertempuran ini. Belanda sangat bangga dengan kemenangannya ini
sehingga dilukiskannya sebagai salah satu pertempuran yang indah pada tahun 1859. Kekalahan
ini tidak melemahkan semangat pasukan Demang Lehman, sebab mereka yakin bahwa
berperang melawan Belanda adalah perang sabil, dan mati dalam perang adalah mati syahid.
Bahkan pasukan yang dipimpin Kolonel Augustus Johannes Andresen banyak korban dalam
perjalanan naik perahu ketika menuju ke Banjarmasin, bahkan A.J. Andresen sendiri hampir
tewas dalam serangan mendadak ini.

Mendatangkan senjata
Pangeran Antasari dan Demang Lehman mencoba mendatangkan senjata dengan cara
mengirim utusan ke Kesultanan Kutai, Paser dan Pagatan. Tetapi rupanya sudah diketahui oleh
Belanda, sehingga Belanda menekan semua raja-raja yang membantu Pangeran Antasari dan
Demang Lehman. Meskipun demikian Demang Lehman memperoleh sebanyak 142 pucuk
senapan dan beberapa buah meriam kecil (lila), tetapi sayang ketika senjata ini dalam
perjalanan diangkut dengan perahu dirampas oleh Belanda di tengah laut.

Tiga lokasi pertempuran


Pada akhir tahun 1859 medan pertempuran terpencar dalam 3 lokasi, yaitu di sekitar Banua
Lima, sekitar Martapura dan Tanah Laut dan di sepanjang Sungai Barito. Medan pertempuran di
sekitar Banua Lima dibawah pimpinan Tumenggung Jalil Kiai Adipati Anom Dinding Raja, medan
yang kedua dibawah pimpinan Demang Lehman, sedangkan medan ketiga dibawah pimpinan
Pangeran Antasari.

Pertemuan Para Pejuang di Kandangan


Pada bulan September 1859 Demang Lehman, bersama pimpinan lainnya seperti Pangeran
Muhammad Aminullah,[11] Tumenggung Jalil berangkat menuju Kandangan untuk merundingkan
bentuk perlawanan terhadap Belanda dan sikap serta siasat yang ditempuh selanjutnya.
Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh pejuang dari segala pelosok. Dari pertemuan itu
menghasilkan kesepakatan, bahwa pimpinan-pimpinan perang menolak tawaran Belanda untuk
berunding. Pertemuan menghasilkan pula bentuk perlawanan yang terarah dan meluas dengan
13

cara:
Page

1. Pemusatan kekuatan di daerah Amuntai.


2. Membuat dan memperkuat pertahanan di daerah Tanah Laut, Martapura, Rantau dan
Kandangan.
3. Pangeran Antasari memperkuat pertahanan di wilayah Dusun Atas.
4. Mengusahakan tambahan senjata.
Suatu sikap yang keras telah diambil bahwa para pejuang tersebut bersumpah mengusir
penjajah Belanda dari bumi Banjar. Mereka akan berjuang tanpa kompromi Haram Manyarah
Waja Sampai Kaputing, berjuang sampai titik darah yang penghabisan.

Belanda Mendirikan Benteng


Untuk melumpuhkan perjuangan rakyat Belanda mendirikan benteng-benteng. Di daerah Tapin,
diperkuat Belanda benteng Munggu Thayor yang telah direbutnya dari pasukan Demang
Lehman. Di daerah Kandangan, didirikan pula benteng dikenal sebagai benteng Amawang.
Demang Lehman dan pasukannya merencanakan untuk menyerang benteng Belanda di
Amawang ini. Demang Lehman berhasil menyelundupkan dua orang kepercayaannya ke dalam
benteng sebagai pekerja Belanda. Informasi dari kedua pekerja ini Demang Lehman bertekad
akan menyerbu benteng Belanda tersebut. Pihak Belanda memperoleh informasi bahwa rakyat
telah berkumpul di Sungai Paring hendak menyerbu benteng Amawang. Dengan dasar
informasi ini, pasukan Belanda dibawah pimpinan Munters membawa 60 orang serdadu dan
sebuah meriam menuju Sungai Paring.
Saat pasukan tersebut keluar dan diperkirakan sudah mencapai Sungai Paring, Demang Lehman
menyerbu benteng Amawang pada sekitar jam 02.00 siang hari tanggal 31 Maret 1860, dengan
300 orang pasukannya Demang Lehman menyerbu benteng tersebut. Ketika pasukan Demang
Lehman menyerbu, kedua orang kepercayaan yang menjadi buruh dalam benteng tersebut
mengamuk dan menjadikan serdadu Belanda menjadi kacau dibuatnya. Kedua orang yang
mengamuk tersebut tewas dalam benteng dan sementara itu pertempuran sengit terjadi.
Pasukan Munters ternyata kembali ke benteng sebelum sampai di Sungai Paring. Datangnya
bantuan kekuatan ini, menyebabkan Demang Lahman dan pasukannya mundur. Demang
Lehman mundur di sekitar Sungai Kupang dan Tabihi bersama Pangeran Muhammad Aminullah
dan Tuan Said. Pasukan Belanda menyusul ke Tabihi dan terjadi pertempuran. dalam
pertempuran itu komandan pasukan Belanda Van Dam van Isselt tewas dan beberapa orang
serdadu menjadi korban keganasan perang.
Demang Lehman meneruskan ke daerah Barabai membantu pertahanan Pangeran Hidayatullah
14

dan pengiringnya. Gustave Marie Verspijck berusaha keras untuk menghancurkan kekuatan


Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman yang berkedudukan di sekitar Barabai. Gustave
Page

Verspijck mengerahkan serdadu dari infantri batalyon ke 7, batalyon ke 9 dan batalyon ke 13.


Batalyon ke 13 berjumlah 210 orang serdadu dibawah pimpinan Kapten Bode dan Rhode.
Pasukan ini diikutkan pula 100 orang perantaian yang bertugas membawa perlengkapan perang
dan makanan.
Pengepungan terhadap kedudukan Pangeran Hidayatullah ini disertai pula kapal-kapal perang
Suriname, Bone, Bennet dan beberapa kapal kecil. Kapal-kapal perang ini pada tanggal 18 April
1850 telah memasuki Sungai Ilir Pamangkih. Karena banyak rintangan yang dibuat, maka kapal-
kapal perang tidak dapat memasukinya, serdadu Belanda terpaksa menggunakan perahu-
perahu. Iringan perahu ini mendapat serangan dari kelompok Haji Sarodin yang menggunakan
lila dan senapan lantakan. Dalam pertempuran ini Haji Sarodin tewas, tetapi dia berhasil
menewaskan beberapa serdadu Belanda.
Pertempuran terjadi pula di Walangku dan Kasarangan dan Pantai Hambawang. Dengan
teriakan Allahu Akbar, rakyat menyerbu serdadu Belanda yang bersenjata lengkap. Mereka
tidak takut mati, karena mereka yakin mati dalam perang melawan Belanda adalah mati syahid.
Demang Lehman dan Pangeran Hidayatullah berusaha keras dan penuh keberanian menahan
serangan serdadu Belanda.
Tetapi karena jumlah personel Belanda lebih besar dan perlengkapan perang lebih unggul,
maka diambil suatu siasat mundur. Pangeran Hidayatullah mengundurkan diri ke Aluwan,
sedangkan Demang Lehman bertahan di kampung Pajukungan. Akhirnya Belanda berhasil
menduduki Barabai setelah meninggalkan banyak korban. Belanda berusaha keras untuk
memutuskan hubungan Pangeran Hidayat yang berada di Aluwan dengan pasukan Demang
Lehman yang berada di sekitar Amawang. Usaha Belanda untuk melemahkan kekuatan rakyat
ternyata tidak berhasil, karena rakyat menggunakan taktik gerilya dalam serangannya.
Belanda berusaha memikat Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman dengan segala cara
agar menghentikan perlawanannya terhadap Belanda. Belanda kemudian menempuh jalan
untuk menangkap kedua tokoh pejuang itu hidup atau mati, dan mengeluarkan pengumuman
kepada seluruh rakyat agar dapat membantu Belanda menangkap kedua tokoh itu dengan
imbalan yang menggiurkan.
Imbalan yang dijanjikan adalah dengan mengeluarkan pengumuman harga kepala terhadap
tokoh pejuang yang melawan Belanda. Harga kepala Pangeran Hidayatullah adalah
sebesar f10.000,- dan Demang Lehman sebesar f2.000,- Nilai uang sebesar itu dapat memikat
hati setiap orang yang menginginkan kekayaan. Bagi pejuang yang memegang sumpah Haram
manyarah, waja sampai kaputing, tidak tergoyah hatinya mendengar janji-janji seperti itu,
kecuali bagi mereka yang mengingkari sumpah, menghianati perjuangan bangsa dan yang
lemah imannya terhadap prinsip perang sabil.
15
Page

Demang Lehman digantung


Demang Lehman yang merasa kecewa dengan tipu muslihat Belanda berusaha mengatur
kekuatan kembali di daerah Gunung Pangkal, negeri Batulicin, Tanah Bumbu. Waktu itu ia
bersama Tumenggung Aria Pati bersembunyi di gua Gunung Pangkal dan hanya memakan
daun-daunan. Oleh seorang yang bernama Pembarani diajak menginap di rumahnya. Karena
tergiur imbalan gulden dari Belanda, Pembarani bekerjasama dengan Syarif Hamid dan anak
buahnya yang sudah menyusuri Gunung Lintang dan Gunung Panjang untuk mencari Demang
Lehman atas perintah Belanda. Demang Lehman tidak mengetahui bahwa Belanda sedang
mengatur perangkap terhadapnya. Oleh orang yang menginginkan hadiah dan tanda jasa
sehabis dia melakukan salat Subuh dan dalam keadaan tidak bersenjata, dia ditangkap. Ia
sempat sendirian melawan puluhan orang yang mengepungnya. Atas keberhasilan
penangkapan ini Syarif Hamid akan diangkat sebagai raja tetap di Batulicin. Kemudian Demang
Lehman diangkut ke Martapura. Pemerintah Belanda menetapkan hukuman gantung terhadap
pejuang yang tidak kenal kompromi ini.
Dia menjalani hukuman gantung sampai mati di Martapura, sebagai pelaksanaan keputusan
Pengadilan Militer Belanda tanggal 27 Februari 1864. Pejabat-pejabat militer Belanda yang
menyaksikan hukuman gantung ini merasa kagum dengan ketabahannya menaiki tiang
gantungan tanpa mata ditutup.Urat mukanya tidak berubah menunjukkan ketabahan yang luar
biasa. Tiada ada satu keluarganyapun yang menyaksikannya dan tidak ada keluarga yang
menyambut mayatnya. Setelah selesai digantung dan mati, kepalanya dipotong oleh Belanda
dan dibawa oleh Konservator Rijksmuseum van Volkenkunde Leiden. Kepala Demang Lehman
disimpan di Museum Leiden di Negeri Belanda, sehingga mayatnya dimakamkan tanpa kepala.

****Narasumber tidak jelas, paragrap di bawah ini merupakan kutipan dari sebuah buku
terbitan, perlu kajian fakta lebih lanjut****

3.4 Kerajaan Banjar

 Kerajaan Banjar merupakan kerajaan bercorak Islam pertama di Kalimantan Selatan. Sejarah
Kerajaan Banjar dimulai sejak tahun 1526 Masehi dan berakhir pada 1905 Masehi.  Awalnya,
Kesultanan Banjar terletak di wilayah Banjarmasin. Namun, dalam perjalanannya, kerajaan
Islam ini berpindah-pindah ibu kota hingga ke Martapura.

Kasultanan Banjar mempunyai pengaruh kultural yang kuat terhadap sendi-sendi kehidupan
Masyarakat Banjar hingga hari ini, mulai dari religi, bahasa, seni hingga sistem kemasyarakatan.
16
Page
Sejarah Kerajaan Banjar
Di akhir abad ke-15, Kalimantan Selatan masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Daha yang
dipimpin oleh Raja Sukarama, raja keempat Kerajaan Daha.Kala itu, terjadi perebutan takhta
Nagara Daha antara dua orang anak Raja Sukarama, yakni Pangeran Mangkubumi dan Pangeran
Tumenggung.

Akan tetapi, Raja Sukarama berwasiat agar penerusnya ialah cucunya, Raden Samudera, anak
dari putrinya Puteri Galuh Intan Sari. Ayah dari Raden Samudera adalah Raden Manteri Jaya,
putra dari Raden Begawan, saudara Maharaja Sukarama.Wasiat Raja Sukarama membuat
nyawa Raden Samudera terancam. Pasalnya, Pangeran Tumenggung sudah sangat berambisi
untuk menjadi penguasa Daha.Sadar bahwa keselamatannya terancam, Raden Samudera
kemudian memilih untuk meninggalkan istana dan menyamar menjadi nelayan di pesisir Pantai
Serapat, Kuin Belandian dan Banjar.

Saat Raden Samudera beranjak dewasa, dia bertemu dengan Patih Masih, seorang penguasa
Bandar yang sudah memeluk ajaran agama Islam.Selanjutnya, Patih Masih berunding dengan
Patih Balit, Patih Balitung, dan patih Kuin. Hasil dari perundingan itu adalah adanya
kesepakatan untuk mengangkat Raden Samudera menjadi Raja Banjar pada tahun 1526 di
Banjarmasin.  Pengangkatan ini menjadi titik balik perjuangan Raden Samudra. Dia sukses
membangun kekuatan politik baru sebagai tandingan untuk mendapatkan haknya sebagai Raja
di Nagara Daha.

Di sisi lain, Pangeran Tumenggung yang mendengar kabar ada kerajaan baru di Banjarmasin,
marah besar dan tak mau tinggal diam.Dia pun menyiapkan armada perang dan
mengirimnya ke Sungai Barito dan Ujung Pulau Lalak untuk menyerang Raden
Samudera.Untuk menghadapi serangan tersebut, Raden Samudera meminta saran dari
Patih Masih, mengingat armada Kerajaan Banjar masih belum mampu melawan
pasukan Pangeran Tumenggung.

Sang Patih kemudian menyarankan kepada Raden Samudera untuk meminta bantuan
kepada Kerajaan Demak yang saat itu dipimpin oleh Sultan Trenggana.Kerajaan
Demak bersedia membantu Kerajaan Banjar asalkan Raja beserta rakyatnya bersedia
memeluk agama Islam.Raden Samudera pun menyanggupi syarat tersebut dan
Kerajaan Demak mengirimkan seribu pasukan bersenjata serta penghulu bernama
Khatib Dayaan untuk mengislamkan masyarakat Banjar.

Dengan bantuan tersebut, pasukan Pangeran Tumenggung dapat dikalahkan dan


Kerajaan Daha jatuh ke tangan Raden Samudera.Sejak saat itu, Kesultanan Banjar
17

berdiri dan daerah-daerah lain mulai tunduk. Sementara Raden Samudera diberi gelar
Sultan Suriansyah.
Page
Masa jaya Kerajaan Banjar
Kerajaan Banjar mengalami masa kejayaan pada abad ke-17, yakni di masa
pemerintahan Sultan Mustasin Billah (1595-1620).Kala itu, Banjarmasin yang
merupakan Ibu Kota Kesultanan Banjar, berkembang menjadi bandar perdagangan
yang besar. Mengingat wilayah tersebut letaknya sangat strategis serta memiliki
sumber daya alam yang melimpah.Kondisi ini membuat para saudagar dari berbagai
daerah datang ke Banjarmasin untuk mencari barang dagangan, mulai dari lada hitam,
rotan, dammar, emas, intan, madu hingga kulit binatang.

Lada hitam sendiri menjadi komoditas yang memiliki nilai tinggi di pasaran
internasional.Tak ayal, nama Banjarmasin pun mulai masyhur. Belanda pun
mengirimkan ekspedisi untuk menjalin hubungan dagang dengan Kesultanan Banjar
pada 1603 Masehi. Hanya saja, kesan buruk yang diterima pedagang Banjar membuat
usaha Belanda itu gagal.Kegagalan itu tak serta merta membuat Belanda menyerah,
mereka justru sangat berambisi untuk menjalin hubungan dagang dan menguasai
Kesultanan Banjar.

Berulang kali ekspedisi yang dikirim Belanda pada tahun 1606 dan 1612 selalu berakhir
gagal, kendati Belanda sempat memporak-porandakan pusat pemerintahan Kasultanan
Banjar di Banjarmasin, hingga Sultan Multasin harus memindahkan ibu kota ke
Martapura.Ambisi Belanda untuk menguasai Kesulatanan Banjar baru berhasil setelah
Sultan Hamidullah/Sultan Kuning, raja ke-12 Kesultanan Banjar wafat pada tahun
1734.Kemangkatan Sultan Kuning memunculkan pertentangan perebutan kekuasaan
antara Pangeran Aminullah, selaku putra mahkota Kesultanan Banjar dengan adik
Sultan Kuning, Tamjidillah I.

Perebutan kekuasan terjadi karena Pangeran Aminullah belum dewasa pada saat
Sultan Hamidullah wafat.Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh Belanda. Mereka
menawarkan bantuan kepada Tamjidillah I agar dapat menjadi penguasa Kesultanan
Banjar.Berkat bantuan Belanda, Sultan Tamjidillah I berhasil mengusir Pangeran
Aminullah dari Istana Banjar.Sebagai bentuk balas budi, Sultan Tamjidillah I
menandatangani perjanjian perdagangan dengan Belanda pada tahun 1747 Masehi
dan mendirikan Kota di Tabanio.

Seiring dengan semakin kuatnya cengkeraman kekuasaan Belanda di Istana Banjar,


serta konflik perebutan kekuasan antara Pangeran Aminullah dengan Sultan
Tamjidillah, Belanda semakin memiliki celah untuk menghapuskan kesultanan ini
secara sepihak pada 11 Juni 1980.Akan tetapi, karena dibantu oleh perlawanan
Pangeran Antasari dan Sultan Muhammad Seman, Kasultanan Banjar mampu bertahan
hingga 1905 Masehi.

Raja-raja Kerajaan Banjar


Dirangkum VOI dari berbagai sumber, berikut daftar Raja atau Sultan yang pernah
18

memimpin Kerajaan Banjar :


Page
1. Sultan Suriansyah

2. Sultan Rahmatullah

3. Sultan Hidayatullah

4. Sultan Mustasin Billah

5. Sultan Inayatullah

6. Sultan Ratu

7. Sultan Rakyatullah

8. Sultan Adipati Anom

9. Sultan Suria Angsa

10. Sultan Tahmidullah

11. Panembahan Kusuma Dilaga

12. Sultan Kuning

13. Sultan Tamjidillah I

14. Sultan Muhammadillah

15. Sultan batu/Sulaiman Saidullah

16. Sultan Sulaiman Saidullah

17. Sultan Adam al Watsiq Billah

18. Sultan Tamjidillah II

19. Sultan Hidayatullah II

20. Panembahan Amiruddin Khalifaul Mukminin

21. Sultan Muhammad Seman

22. Sultan Khairul Saleh


19
Page
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sebelum terjadinya Perang Banjar, wilayah kerajaan Banjar mengalami kemajuan yang
cukup pesat dalam bidang ekonomi karena daerah ini memiliki kekayaan alam yang
sangat banyak berupa Batu bara dana Lada. Kehidupan masyarakat Banjar baik dari
segi Politik, Sosial, dan Keagamaan juga dalam keadaan tentram dan damai. Rakyat
tidak pernah merasa kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hasil
bumi yang berada di Banjar digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok
mereka. Kekayaan alam yang menjadi sumber kegiatan ekonomi mereka Dengan
suasana damai tersebut tidak heran banyak orang yang datang ke Banjar untuk
berdagang, dan menetap disana. Suasana berubah ketika Belanda datang dan ikut
campur dalam urusan Ekonomi, Politik, Sosial, dan Keagamaan masyarakat Banjar.

Demang Lehman sebenarnya hanyalah rakyat biasa yang dipercaya oleh Pangeran
Hidayatullah untuk memimpin daerah Riam Kanan. Ketika penderitaan rakyat semakin
menjadi, serta Kewenangan - wenangan Belanda terjadi dimana mana maka ia bangkit
untuk memimpin. Belanda menginginkan urusan Ekonomi, Politik, Sosial, dan
Keagamaan berada di genggamannya. Intervensi Belanda dalam segala bidang
membuat masyarakat Banjar marah dan membenci Belanda. Intervensi tersebut tidak
membawa keuntungan untuk Masyarakat Banjar, tapi malah sebaliknya hal itu malah
merugikan Masyarakat Banjar, karena adanya Intervensi tersebut, masyarakat menjadi
sangat terkekang, dan sangat dirugikan. Orang - orang Belanda menajdi sewenang-
wenang terhadap masyarakat Banjar.

Hal itulah yang menimbulkan niat Masyarakat Banjar untuk melakukan perlawanan
terhadap Belanda. Perlawanan rakyat Banjar itulah yang akan di kenal dengan sebutan
"Perang Banjar". Demang Lehman yang memiliki tanggung jawab besar terhadap
rakyat ikut bergabung dengan Pangeran Antasari untuk mempertahankan tanah Banjar
serta mengusir Belanda dari Tanah Banjar.

Demang Lehman adalah pemimpin perang yang sejati, meskipun ia hanya berasal dari
rakyat biasa tetapi ia masuk orang yang di takuti Belanda dalam Perang Banjar.
20

Semangat mengusir penjajah menggelora di dalam jiwa Demang Lehman berserta


Laskar-laskarnya sehingga tidak kenal menyerah dalam menghadapi Belanda. Dengan
Page
semangat juang yang tinggi dan di sertai dengan doa, pertempuran terus berlanjut
hingga akhir hayatnya.

4.2 Saran

Perlu ditegaskan pada bagian ini bahwa pokok-pokok kesimpulan di atas bukanlah merupakan
suatu hasil kesimpulan yang pasti dan bersifat final. Sebagai dari pokok kesimpulan di atas di
dasarkan atas tafsiran terhadap sejumlah data yang kadang-kadang kurang begitu tegas
kepastiannya.Oleh karena itu, hasil akhir penulisan ini sesungguhnya masih terbuka untuk
dicocokkan dengan data terbaru,atau menurut cara pandang yang berlainan. Namun demikian
kekurangan-kekurangan yang ada di dalam hasil makalah ini menjadi tanggung jawab
sepenuhny adari penulis.

Penilaian serta pelacakan terhadap perjuangan rakyat Kalimantan Selatan dalam melawan
Belanda, khususnya Perjuangan Demang Lehman masih membutuhkan penelitian dan
pengkajan lebih lanjut.Oleh karena itu, kepada para pembaca disarankan menelaah kembali
dengankritis.

Selanjutnya, penulis berharap para generasi Islam sekarang dan yang akan datang dapat
mewarisi semangat perjuangan serta melanjutkan usaha yang telah dirintis oleh para pejuang
Islam terdahulu sesuai konteks zamannya untuk mempertahankan Islam di bumi pertiwi ini.

DAFTAR PUSTAKA
Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs
https://dosensosiologi.com/peran-sosial/
https://barki.uma.ac.id/2020/09/17/kisah-demang-lehman-panglima-perang-melawan-
belanda-yang-jarang-dikenal/#:~:text=Demang%20Lehman%20semula%20merupakan
%20seorang,lalawangan%2Fkepala%20Distrik%20Riam%20Kanan
https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1087/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf
https://barki.uma.ac.id/2020/09/17/kisah-demang-lehman-panglima-perang-melawan-
belanda-yang-jarang-dikenal/
https://voi.id/memori/40993/kerajaan-banjar-sejarah-pendiri-masa-jaya-dan-raja
21

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/26/103913569/perang-banjar-1859-1905?
page=all
Page
https://id.wikipedia.org/wiki/Demang_Lehman
LAMPIRAN - LAMPIRAN

Lampiran I

DEMANG LEHMAN
22

Lampiran II
Page
PETA PERANG BANJAR

Senjata yang di gunakan oleh DEMANG LEHMAN


Keris Singkir dan Tombak Kaliblah
23
Page

Anda mungkin juga menyukai