Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH SASTRA MELAYU

“Isi dari Syair Perang Mengkasar”

Disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Sejarah Sastra Melayu

Dosen Pengampu :

Jamal D. Rahman dan Rosida Erowati, M.Hum

Disusun Oleh :

Gita Indah Cahyani (11210130000110)

PBSI/ 1C

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul
‘Makalah Sejarah Sastra Melayu : Syair Perang Mengkasar’ ini dapat diselesaikan
dengan baik.

Dalam kesempatan ini, kami selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memotivasi dan memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan laporan
ini, yaitu:

1. Bapak Jamal D. Rahman dan Ibu Rosida Erowati, M.Hum Selaku Dosen kami
2. Bapak/Ibu Wali atau orang tua kami
3. Semua yang bersangkutan dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini dapat lebih
sempurna di masa yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Aamiin.

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang .......................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN 5

1. Syair Perang Mengkasar ................................................................. 5


2. Isi dari Syair Perang Mengkasar..................................................... 6

BAB III PENUTUP 12

Kesimpulan .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syair Perang Mengkasar karya Encik Amin menunjukkan sebuah fenomena


penting yang kompleks pada aspek sejarah, politik, budaya, agama, dan sastra dalam
eskalasi abad ke-17. Dalam Syair Perang Mengkasar terdapat tiga aspek utama yang
sangat penting. yaitu pertama tentang akurasi posisi teks nuskrip karya manuskrip
tokoh yang Encik Amin dengan tokoh dibicarakan di tokoh di dalam teks Syair
Perang Mengkasar (termasuk mengungkap eksistensi tentang Encik Amin sebagai
Juru Tulis Melayu Sultan Hasanudin). Kedua adalah penelusuran filologis yang
memadai untuk mengungkap eksistensi teks Syair Perang Mengkasar (termasuk
kemungkinan waktu penulisan, intertekstualitas, dan sistem linguis-tik). Ketiga adalah
penghubungan historis antara teks Syair Perang Mengkasar dengan kronik peristiwa
sejarah aktual-faktual yang menjadi dasar penulisan teks.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Syair Perang Mengkasar?


2. Apa isi Syair Perang Mengkasar?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah sastra melayu


2. Untuk menjelaskan apa itu Syair Perang Mengkasar
3. Untuk menjelaskan isi dari Syair Perang Mengkasar.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Syair Perang Mengkasar


Syair Perang Mengkasar adalah syair yang dikarang oleh Encik Amin, juru tulis
Sultan Hasanuddin. Versi yang dikenal saat ini merupakan suntingan C. Skinner. Syair
yang panjangnya 2.136 baris ini menceritakan perang antara VOC dengan kerajaan
Gowa yang berlangsung antara tahun 1667-1668. Syair ini ditulis dalam bahasa Melayu.
Meskipun ditulis di Makassar, syair ini tidak memperlihatkan pengaruh bahasa Bugis
atau bahasa Makassar. Sebaliknya ditemukan kosakata Aceh dan bahasa Minangkabau di
dalamnya.1

Perang Makassar yang berlangsung pada 1667-1668, yang diakhiri dengan


penandatanganan Perjanjian Bungaya, menelan korban begitu banyak. Dari segi hukum
humaniter, perang ini sangatlah tidak manusiawi, lantaran dari satu babak ceritanya
disebutkan bahwa ribuan orang di Pulau Makassar (sebuah pulau di perairan Teluk
Buton) ditinggalkan begitu saja tanpa makanan dan bekal lain.

Menurut Nurhady, terdapat kemungkinan bahwa syair itu ditujukan komunitas


Melayu yang tersisa di Makassar dan di kawasan lain. “Dia bisa jadi bukan penulis
sejarah, melainkan lebih seperti orang yang menulis reportase kepada jaringan-
jaringannya,” jelas Nurhady.2

Karena tak lama setelah jatuhnya Gowa, Heather Sutherland memaparkan bahwa
masyarakat Melayu yang ada segera menghambur ke daerah lain, di Spermonde,
Masalembo, Sabutung, Maros, Mandar, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Ambon—kota
yang ditengarai sebagai tempat Enci’ Amin merampungkan syair tersebut lantaran SPM
lebih banyak ditemukan dan tersebar di Maluku. Berdasarkan catatan Speelman, ada 33
pria Melayu yang masih bermukim di Makassar begitu perang usai.

Orang-orang Melayu yang ada di Makassar ketika itu memiliki dua peran, yaitu
membawa jaringan dan pengetahuan dagang yang luas. Tradisi dagang inilah yang juga
menyertakan pengajaran agama di kalangan masyarakat Gowa. Ketika raja-raja di
Sulawesi Selatan memeluk Islam di awal 1600-an, orang Melayu kemudian memegang
peranan semakin besar. Bukan saja menjadi konsultan dan rekan dagang, tapi juga
sebagai pendidik agama Islam bagi anak-anak bangsawan Gowa dan Tallo.

1 https://pd.wipippddp..wrg /ipip/ya.pgPedg.n Pedn i.s.g

2 R.n ium.n dpsiusp bdd.h buiu rldh tujuh pdm.i.l.h dp Gddun eus.t Kd p.t.n edndlpt.n nh.s, 27-29
Oitrbdg 2010.w eg.n.l. : https://s.pntjpmpd.wblr sprt.wcrm/2010/08/mdnc.gp-a.n -hpl.n -d.l.m-sa.pg-
pdg.n .whtml

5
2. Isi Syair Perang Mengkasar

Bismiâllah itu suatu firman


Fardulah kita kepadanya iman
Muttasil pula dengan rahman
Hasil maksudnya pada yang budiman

Rahman itu sifat


Tiada bercerai dengan kunhi zat
Nyatanya itu tiada bertempat
Barang yang bekal sukar mendapat

Rahim itu sifat yang sedia


Wajiblah kita kepadanya percaya
Barang siapa yang mendapat dia
Dunia akhirat tiada berbahaya

Al-hamduliâllah tahmid yang ajla


Nyatanya dalam kalam Allah ala
Madah terkhusus bagi hak taâ ala
Sebab itulah dikarang oleh wali Allah

Setelah sudah selesai pujinya


Salawat pula akan nabi-Nya
Di sanalah asal mula tajallinya
Kesudahan tempat turun wahyunya

Muhammad itu nabi yang khatam


Mengajak ke hadrat rabbi al-alam
Sesungguhnya dahulu nyatanya (kelam)
Dari pada pancarnya sekalian alam

Salawat itu masyhur lafaznya


Telah termazhur pada makhluknya
Allahumma salliâalaihi akan agamanya
Di sanalah nyata sifat jamalnya

Tuanku sultan yang amat sakti


Akan Allah dan rasul sangatlah bakti
Suci dan ikhlas di dalam hati
Seperti air ma’al-hayati.

Daulatnya bukan barang-barang


Seperti manikam yang sudah di karang

6
Jikalau dihadap sengala hulubalang
Cahaya durjanya gilang gemilang

Raja berani sangatlah bertuah


Hukumannya ‘adil kalbunya murah
Segenap tahun zakat dan fitrah
Fakir dan miskin sekalian limpah

Sultan di Goa raja yang sabar


Berbuat ‘ibadat terlalu gemar
Menjauhi nahi mendekatkan amar
Kepada pendeta baginda belajar.

Baginda raja yang amat elok


Serasi dengan adinda di telo’
Seperti embun yang sangat sejuk
Cahayanya limpah pada segala makhluk

Tiadalah habis gharib kata


Sempurnalah baginda menjadi sultan
Dengan saudaranya yang sangat berpatutan
Seperti emas mengikat intan

Bijaksana sekali berkata-kata


Sebab berkapit dengan pendeta
Jikalau mendengar khabar berita
Sadarlah baginda benar dan dusta

Kekal ikrar apalah tuanku


Seperti air zamzam di dalam sangku
Barang kehendak sekalian berlaku
Tenteranya banyak bersuku-suku

Patik persembahkan suatu rencana


Mohon ampun dengan karunia
Aturnya janggal banyak ta’kena
Karena ‘akalnya belum sempurna

Mohonkan ampun gharib yang fakir


Memcatatkan asma di dalam sya’ir
Maka patik pun berbuat sindir
Kepada negeri asing supaya lahir

Tuanku ampun fakir yang hina

7
Sindirnya tidak betapa bena
Menyatakan asma raja yang ghana
Supaya tentu pada segala yang bijaksana

Maka patik berani berdatang sembah


Harapkan ampun karunia yang limpah
Tuanku ampuni hamba Allah
Karena aurnya banyak yang salah

Tamatlah sudah memuji sultan


Tersebutlah perkataan Welanda syaitan
Kornilis Sipalman penghulu kapitan
Raja Palakka jadi panglima

Demikian asal mula pertama


Welanda dan Bugis bersama-sama
Kornilis Sipalman ternama
Raja Palakka menjadi panglima

Berkampunglah Welanda sekalian jenis


Berkatalah Jendral Kapitan yang bengis
Jikalau alah Mengkasar nin habis
Tunderu’ kelak raja di Bugis

Setelah didengar oleh si Tunderu’


Kata jenderal Welanda yang mabuk
Berbangkitlah ia yang duduk
Betalah kelak di medan mengamuk

Akan cakap Bugis yang dusta


Sehari kubedil robohlah kota
Habis kuambil segala harta
Perempuan yang baik bahagian beta

Jika sudah kita alahkan


Segala hasil beta persembahkan
Perintah negeri kita serahkan
Kerajaan di bone’Tunderu’ pohonkan

Setelah didengar oleh jenderal


Cakap Tunderu’ orang yang bebel
Disuruhnya berlengkap segala kapal
Seorang kapitan dijadikan amiral

8
Putuslah sudah segala musyawarat
Welanda dan bugis membawa alat
Beberapa senapang dengan bangat
Sekalian soldadu di dalam surat.

Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda


Memakai kamsol cara Welanda
Rupanya sikap seperti Garuda
Bermuatlah ke kapal barang yang ada

Delapan belas kapal yang besar


Semuanya habis menarik layer
Turunlah angin barat yang besar
Sampailah ia ke negeri Mengkasar

Di laut Barombong kapal berlabuh


Kata si Bugis nati dibunuh
Jikalau raja yang datang menyuruh
Semuanya tangkap kita perteguh

Pada sangkanya Bugis dan Welanda


Dikatanya takut gerangan baginda
Tambahan Bugis orang yang bida’ah
Barang katanya mengada-ngada

Segala ra’yat yang melihat


Ada yang suka ada yang dahsat
Sekalian rakyat berkampung musyawarat
Masuk mengadap duli hadrat

Daeng dank are masuk ke dalam


Mengadap duli mahkota ‘alam
Berkampunglah segala kaum Islam
Menantikan titah Syahi ‘alam

Akan titah baginda sultan


Siapatah baik kita titahkan
Tanyakan kehendak Welanda syaitan
Hendak berkelahi kita lawan

Menyahut baginda Karaeng Ketapang


Karaeng we jangan hatimu bimbang
Jikalau Welanda hendak berperang
Kita kampungkan sekalian orang

9
Dititirlah nobat gendering pekanjar
Bunyinya gemuruh seperti tagar
Berhimpunlah ra’yat kecil dan besar
Adalah geger negeri Mengkasar

Bercakaplah baginda Keraeng Popo


Mencabut sunderikyang amat elok
Barang di mana ketumbukan si Tunderu’
Daripada tertawan remaklah habi

Karaeng garasi’ raja yang tua


Barcakap di hadapan anakanda ke dua
Barang kerja akulah bawa
Karena badanku pun sudahlah tua

Karaeng Bonto Majanang saudara Sultan


Sikapnya seperti harimau jantan
Barang ke mana patik dititahkan
Welanda dan Bugis saja kulaawan

Bercakap pula Karaeng Jaranika


Merah padam warnanya muka
Welanda Bugis anjing celaka
Haramlah aku memalingkan muka

Karaeng Panjalingang raja yang bijak


Melompat mencabut keris pandak
Jikalau undur patik nin kelak
Kepada perempuan suruh tempelak

Keraeng Bonto Sunggu raja elok


Bercakap di hadapan Raja Telo’
Biarlah patik menjadi cucuk
Welanda dan Bugis saja kuamuk

Keraeng Balo’ raja yang muda


Bercakap di hadapan paduka kakanda
Jikalau sekadar Bugis dan Welanda
Barang dititahkan patiklah ada

Akan cakap Keraeng Sanderabone


Mencabut sunderik baru dicanai
Jikalau sekadar Sopeng dan Bone

10
Tambah lagi Sula’ dengan Burne

Jikalau ia mau kemari


Sekapur sirih ia kuberi
Jikalau Allah sudah memberi
Si la'nat Allah kita tampari

Bercakap bage Keraeng Mandale


Ia berkanjar mencabut sunderik
Berdiri melompat seraya bertempik
Barang di mana dititahkan patik

Keraeng Mamu berani sungguh


Bercakap dengan kata yang teguh
Jikalau patik bertemu musuh
Pada barang tempat hambah bertutuh3

3 https://pd.wipippddp..wrg /ipip/ya.pgPedg.n Pedn i.s.g

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Syair Perang Mengkasar karya Encik Amin adalah sebuah karya sastra yang dicipta
kan dengan pondasi emosional. Kualitas emo sional yang muncul sangat terkait dengan posisi
Encik Amin sebagai pengarang yang berada dalam struktur politik penting kerajaan Gowa.
Kekuatan emosional dalam teks Syair Perang Mengkasar juga menunjukkan keterlibatan
psikologis langsung Encik Amin sebagai pengarang dengan prosesi terjadinya perang
Makassar. Pada sisi lain, situasi emosional yang dimunculkan dalam teks Syair Perang
Mengkasar menunjukkan eksistensi historis yang sangat kuat komunitas Melayu di kerajaan
Gowa. Teks Syair Perang Mengkasar adalah sebuah objek emosional yang lebih bersifat in-
ferior dari komunitas Melayu, terutama dalam perspektif orang Melayu memandang kerajaan
Islam Gowa dan perlakuan istimewa kerajaan Gowa terhadap komunitas Melayu. Terlepas
dari reaksi emosional yang tertuang dalam. Syair Perang Mengkasar tersebut, sastra telah
membuktikan kekuatan reaksi yang berbeda terhadap sebuah peristiwa. Sastra bisa menjadi
sebuah "perang" yang lebih manusiawi.

Bagi orang Makassar, teks Syair Perang Mengkasar adalah penanda estetik dari
runtuh nya sebuah spirit sekaligus menjadi "penjaga" spirit itu sendiri. Kehadiran teks Syair
Perang Mengkasar menunjukkan pentingnya Kerajaan Gowa sebagai sebuah kekuatan Islam
atau kesultanan Islam ternama pada abad ke XVII. Posisi teks Syair Perang Mengkasar juga
me nunjukkan peran besar komunitas Melayu di Kerajaan Gowa pada rentang abad XVI
hingga abad XVII. Namun, kualitas emosi dan subjekti vitas yang menonjol dalam
keseluruhan teks Syair Perang Mengkasar membuat posisi objek tivitas nilai dan standar
kebaikan dan keburu kan tokoh-tokoh di dalamnya tidak dapat dijadi kan sebagai referensi
nilai secara historis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahyar Anwar, 2009. Jurnal “Syair Perang Mengkasar: Antara otentas sejarah,
tranformasi emosi, dan eksistensi komunitas melayu di Gowa”.

https://id.wikipedia.org/wiki/Syair_Perang_Mengkasar

https://saintjimpe.blogspot.com/2010/08/mencari-yang-hilang-dalam-syair-
perang.html

13

Anda mungkin juga menyukai