Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Menganalisis Struktur Novel Sejarah


“Perang Makassar: Prahara Benteng Somba Opu”
S.M Noor

Kelompok :
1. Faishal Muhammad Farhan
2. Ilyas Musyaffa Ramadhan
3. M.Fadhil Abdullah
4. Meisya Paulina

SMA NEGERI 1 CIBARUSAH


Jalan Cikoronjo, Kampung Cikoronjo RT01/RW05 Desa Sindang Mulya
Kecamatan Cibarusah Kabupaten Bekasi Kode Pos 17340
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah yang
berjudul "Menganalisis Struktur Novel Sejarah" ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Bapak Mohamad Sofyandi S.pd pada XII MIPA 7 Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Mohamad Sofyandi S.pd selaku
guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia XII MIPA 7 yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya menyadari, Makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan Makalah ini.

Bekasi, 16 Maret 2022

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………. i
Kata Pengantar……………………………………………… ii
Daftar Isi…………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………… 1
1.1 Latar Belakang…………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………. 2
2.1 Struktur Novel Perang Makassar………………… 2
2.1.1 Orientasi………………………………. 2
2.1.2 Urutan Peristiwa………………………. 4
2.1.3 Komplikasi……………………………. 5
2.1.4 Resolusi……………………………….. 6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sastra dapat diartikan sebagai tulisan, karangan, bahasa atau kata-kata yang
memiliki nilai estetika atau keindahan. Beberapa fungsi sastra diantaranya adalah
menghibur dan bermanfaat. Sastra menghibur dengan cara menyajikan keindahan,
memberikan makna terhadap kehidupan (kematian, kesengsaraan, maupun
kegembiraan), atau memberikan pelepasan ke dunia imajinasi. Sehingga dapat
meracuni tanpa kita sadari. Sebagaian orang selalu menjadikan karya sastra
sebagai sarana untuk menyampaikan pesan tentang apa-apa yang terjadi pada
masanya.
Menurut Yudiono K.S. (2007:27) “Dalam hal sastra, sebuah karya sastra
dapat diterangkan atau di telaah secara tuntas apabila di ketahui asal usulnya yang
bersumber pada riwayat hidup pengarang dan zaman yang
melingkupinya”. Secara sederhana pula Sastra Indonesia dapat dikatakan sebagai
Sastra berbahasa Indonesia, sedangkan hasilnya adalah sekian banyak puisi, cerita 
pendek,novel, roman, dan naskah drama berbahasa Indonesia dan banyak
pendapat yangmengatakan bahwa Sastra Indonesia adalah keseluruhan sastra yang
berkembang diIndonesia selama ini. Dalam konteks wilayah pertumbuhan dan
perkembangannya secara nasional, berbagai sastra daerah dapat disebut juga
Sastra Indonesia
dengan pengertian sastra milik bangsa Indonesia. Apabila dihubungkan dengan us
aha mewujudkan kebudayaan nasional, jelaslah bahwa sastra daerah itu
merupakan unsurkebudayaan
nasional. Novel sebagai salah satu produk sastra memegang peranan penting dala
m memberikan pandangan untuk menyikapi hidup secara imajinatif. Hal ini
dimungkinkan karena persoalan yang dibicarakan dalam novel adalah persoalan
tentang manusia dan kemanusiaan. Novel itu merupakan salah satu jenis karya
sastra prosa yang

1
mengungkapkan sesuatu secara luas mengenai berbagai kejadian di dalam
kehidupan yang dialami oleh tokoh cerita merupakan gejala kejiwaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Struktur Pada Novel “Perang Makassar: Prahara Benteng Somba Opu “

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Novel Perang Makassar

2.1.1 Orientasi
I Makkuruni. Ia adalah seorang perwira muda yang berasal dari Kampung Bira.
Namanya mulai tersohor di seantero Kerajaan Gowa ketika berhasil
menenggelamkan lima buah kapal milik VOC/Belanda. Hal tersebut ia lakukan
karena VOC sengaja melakukan blokade jalur perdagangan laut yang

2
mengakibatkan kerajaan Gowa merugi dan Bira, kampung I Makkuruni juga
terkena imbasnya.

Cerita berlanjut dengan bergabungnya I Makkuruni bersama pasukan perang


Kerajaan Gowa. Ia datang dengan membawa18 buah kapal phinisi juga 200
perwira terbaik Kampung Bira untuk membantu pertahanan Butta Gowa. Oleh
Karaeng Intang, panglima perang Kerajaan Gowa I Makkuruni lalu dihadapkan
pada Sultan Hasanuddin, Yang merupakan Raja Gowa pada waktu itu. Karena
keberaniannya yang sudah kesohor I Makkuruni langsung ditunjuk menjadi wakil
komandan Karaeng Issong untuk memimpin Galle Karaenta, kapal perang yang
dipakai I Makkuruni untuk menenggelamkan lima kapal VOC. Karaeng Issong
sendiri adalah putra ketiga Sultan Hasanuddin.

Tanpa sepengetahuan raja, Karaeng Issong bersama wakilnya I Makkuruni juga


I Rioso seorang bangsawan Mandar yang juga loyal terhadap Kerajaan Gowa,
berencana menghadang kapal VOC yang membawa perlengkapan perang.
Dicurigai oleh Karaeng Issong, Kapal tersebut sengaja menimbun perlengkapan
perang di Ford Rotterdam untuk menyerang Kerajaan Gowa suatu saat nanti.

Perang pun pecah di perairan Masalembo.

Karena lebih siap akhirnya armada Karaeng Issong memenangi pertempuran


tersebut. Pasukan VOC mengalami kekalahan telak dengan terbunuhnya
pemimpin misi ke Ford Rotterdam tersebut, yaitu Van Den Lubbers. Beberapa
kapal dan peralatan perang disita dan pasukan VOC yang masih hidup pun
ditawan.

Perang inilah yang menjadi puncak kemarahan Gubernur Belanda di Batavia,


Johansen Joan Maetsuyker. Segera ia lakukan rapat bersama semua pejabatnya
untuk merencanakan serangan balik kepada Kerajaan Gowa. Admiral John Van
Dam ditunjuk menjadi pemimpin misi ini. Admiral John Van Dam yang memang

3
sedari dulu memiliki dendam tersendiri pada Kerajaan Gowa begitu bersemangat
menyambut tugas ini.

Melalui badan intelejennya, Kerajaan Gowa mengetahui dengan cepat niatan


VOC tersebut. Tak mau kalah para pejabat Kerajaan pun melakukan rapat untuk
melawan serangan itu. Karaeng Intang sebagai panglima perang kerajaan
mengatur strategi. Semua perwira terbaik dipersiapkan untuk turut bertarung.
Tidak terkecuali trio Karaeng Issong, I Makkuruni serta Karaeng Rioso yang
berpengalaman menghantam pasukan VOC di perang sebelumnya

Alasan :
Berisi penjelasan Pengenalan tokoh dan latar waktu serta suasana yaitu ketika I
Makkuruni Perang Di Makassar
2.1.2 Urutan Peristiwa
A. Perang pertama terjadi di Laut Masalembo, mempertemukan armada
Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh Kapal Gallek Karaenta, dalam rangka
menghadang armada kapal VOC yang dipimpin Kapal De Leuwin dalam
jalur pelayaran menuju Benteng Fort Rotterdam dari Batavia. Sedangkan
perang kedua terjadi di laut Banda mempertemukan armada Kerajaan
Gowa yang dipimpin oleh dua kapal perang Gallek Karaenta dan
Tunipallangga yang berusaha menghadang Armada VOC beserta sekutu-
sekutunya yang dipimpin oleh Kapal Van Hoyer.
B. Pada 10 Juni 1669, armada kapal Gowa itu menghadang 200 armada kapal
Belanda yang dipimpin oleh Daeng Mattawang Karaeng Bontomangape
bergelar Sultan Hasanuddin. Johan van Dam didampingi oleh seorang
perwira yang cakap yakni Kolonel Marco de Bosch dan Kapten de
Larssen. Tak hanya itu, beberapa sekutu lainnya ikut menemani antara lain
raja Admiral Johan van Daam. Dia adalah seorang pemipin yang pernah
menghadapi langsung I Mallombassi Kerajaan Bone Latenritatta
Aruppalakka, hingga perwakilan dari armada Buton dan Ambon. Para
pembesar itu berdiskusi ringan di atas kapal induk “Van Hoyer”. “Bagi

4
orang-orang Bone, Admiral, menghadapi Gowa sendirian pun kami bisa
mengalahkan.
C. Pertempuran pun tak dapat dihindari. Semua kapal siaga. Van Dam merasa
terkurung. Strateginya mulai berjalan, beberapa kapal mulai dibelokkan ke
arah Selatan untuk mengurung pasukan Gowa. Tapi itu tak berlangsung,
sebab kapal rombongan Tunipalangga yang berpisah dengan Gallek
Karaengta sejak di laut Selayar lebih dulu berbelok menghadang dari arah
belakang.
D. Lalu tibalah saatnya, meriam “anak Makassar” di ledakkan. Suaranya
menggelegar memenuhi laut Banda yang diguyur hujan deras. Meriam itu
sangat dikenal dan ditakuti oleh Kompeni. Daya jangkau ledakannya
sangat jauh dan pelurunya sangat besar. Pasukan Belanda tak menyangka
jika “anak Makassar” akan dibawa serta ke lautan, karena keberadaannya
sebelumnya adalah di dinding benteng Somba Opu pusat utama kerajaan
Gowa sebagai tameng pelindung.

Alasan :
Pada bagian ini penulis menyajikan Peristiwa Kewalahannya belanda pada
Perang pertama dan Perang kedua Makassar. Karena perang ini lah yang
menjadi penyebab munculnya permasalahan selanjutnya.

2.1.3 Komplikasi

Perang ketiga adalah perang di Laut Banda. Perang ini dipicu oleh kemarahan
VOC di Batavia akibat penyergapan Kerajaan Gowa atas kapal-kapal VOC di
Massalembo yang dianggap sebagai deklarasi perang terhadap VOC. Apalagi
setelah mengetahui bahwa Lubbers tewas. Dalam perang ini VOC dipimpin oleh
Admiral John Van Dam yang memiliki reputasi tangguh dan pengalaman yang

5
banyak dalam perang-perang melawan Kerajaan Gowa di laut. Karena keberadaan
Van Dam inilah, pasukan Gowa mengikutsertakan meriam keramat andalan
Kerajaan Gowa bernama “Anak Makassar” buatan para arsitek Prancis yang
sangat ditakuti VOC karena ketepatan bidikan dan efek yang ditimbulkannya
terhadap sasaran.

Awalnya, Raja Gowa keberatan mengizinkan meriam ini dibawa serta, karena
meriam ini adalah tameng utama Somba Opu. Dalam perang ini, Karaeng Intang,
Panglima Perang Kerajaan Gowa, menjadi komandan utama, sementara wakilnya
adalah Karaeng Issong, sang putra raja.

Perang di laut Banda lebih dahsyat daripada perang sebelumnya. Dengan


kekuatan 10.000 prajurit dan 250 kapal, Kerajaan Gowa melawan VOC yang
dibantu oleh Kerajaan Bone, Buton, dan Ambon yang memang berhasrat ingin
menghancurkan Kerajaan Gowa. Pasukan VOC dan kompanyonnya berjumlah
300 buah kapal dan lebih dari 10.000 prajurit. Dengan sangat dramatis, SM Noor
menggambarkan perang di laut Banda ini. Di bawah guyuran hujan deras di Laut
Banda, gelombang laut yang besar dan angin yang kencang disertai halilintar dan
suara guntur di langit bersahut-sahutan, tembakan-tembakan meriam, denting
suara bayonet dan pedang beradu, suara-suara ledakan, lengking jerit kematian,
dan kesakitan, terdengar bersahutan. Perang dahsyat di Laut Banda akhirnya
dimenangi Kerajaan Gowa, meski salah satu komandan terbaiknya, I Memang,
gugur.

Alasan :

Peristiwa yang diungkapkan pada Bagian ini merupakan peristiwa yang akan
menyebabkan terjadinya konflik-konflik berkepanjangan dalam novel.

2.1.4 Resolusi
Detik-detik terakhir keruntuhan Somba Opu sungguh memilukan. Pusat
Kerajaan Gowa itu dicabik-cabik dan dibumihanguskan pasukan kompeni

6
Belanda yang dibantu bala tentara Bone, Buton, dan Ambon. Demi martabat dan
harga diri, segenap prajurit dan perwira Kerajaan Gowa berjuang
mempertahankan benteng Somba Opu dengan gagah perkasa, hingga tetes darah
terakhir.

Alasan :
Penyelesaian Masalah atau konflik Di Makassar dengan kekalahan Kerajaan
Somba Opu Oleh Belanda yang dibantu pasukan tentara Bone, Buton, dan
Ambon.

2.1.5 Koda

“Sesungguhnya karena kesabaran rakyatku bersedia memberikan apa yang


mereka inginkan dalam perjanjian Bungaya melalui aku; tetapi mereka
menghendaki jantungku, dan hati ini adalah martabat dan harga diri setiap
manusia!”

Perkataan di atas adalah sebuah ekspresi yang keluar dari sesuatu jiwa heroik,
radikal, tetapi dalam pengertian lain begitu nelangsa, karena, diucapkan ditengah-
tengah nuansa yang sangat berkabung oleh I Malombassi Daeng Mattawang
Karaeng Bontomangape yang kemudian marak dikenal dengan gelar Sultan
Hasanuddin kira-kira sekitar abad ke-17 atau tepatnya 1669 pasca jatuhnya
benteng Somba Opu yang dengan demikian berarti pula kekalahan Kerajaan
Gowa di tangan pasukan gabungan VOC-Bone-Ternate.

7
Alasan :

Pada bagian akhir Novel, penulis memberikan pernyataan dari perkataan


Sultan Hasanuddin yang menggambarkan Rakyatnya dan Jiwa heroik sultan
hasanuddin Dalam Perang Makassar

8
9
10

Anda mungkin juga menyukai