Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

“RAKYAT KALIMANTAN ANGKAT SENJATA”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. MUHAMMAD ALFIAN

2. NURYANI

3. RANI PUSTINA SARI

4. REVI MARISKA

SMA NEGERI 1 KELAPA

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGHANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Rakyat Kalimantan Angkat Senjata”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
DAFTAR ISI

Halaman judul…………………………………………………………..1

Kata pengantar………………………………………………………….2

Daftar isi……………………………………………………………….. 3

Bab I . Pendahulaun

- Latar belakang……………………………………………… 4

- Rumusan masalah…………………………………………… 4

- Tujuan…………………………………………………………4

Bab II. Pembahasan

- Rakyat Kalimantan angkat senjata………………………....... 5

Bab III. Penutup

- Kesimpulan………………………………………………….. 9

- Saran…………………………………………………………. 9

Daftar pustaka ……………………………………………………………10


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perlawanan rakyat terhadap kekejaman jepang terjadi di banyak tempat. Begitu juga di
Kalimantan, disana terjadi peristiwa yang hampir sama dengan apa yang terjadidi jawa dan Sumatra.
Rakyat melawan jepang karena himpitan penindasan yangdirasakan sangat besar. Salah satu perlawanan
di Kalimantan adalah perlawanan yangdipimpin oleh pang suma, sorang pemimpin suku dayak.
Pemimpin suku dayak inimemiliki pengaruh yang luas dikalangan orang-orang atau suku-suku dari
daerah tayan,meliau dan sekitarnya.

Pang suma dan pengikutnya melancarkan perlawanan terhadap jepang dengantaktik perang
gerilya. Mereka hanya berjumlah sedikit, tetapi dengan bantuan rakyatyang militant dengan
memanfaatkan keuntungan alam seperti rimba belantara, sungai,rawa dan daerah yang sulit ditempuh.
Perlawanan berkobar dengan sengitnya,. Namunharus dipahami bahwa dikalangan penduduk juga
berkeliaran mata-mata jepang yang berasal dari orang-orang indonesia sendiri. Lebih menyedihkan lagi
para mata-mata itu juga tidak segan-segan menagkap rakyat, melakukan penganiayaan, dan
pembunuhan, baik terhadap orang-orang yang dicurigai atau bahkan saudaranya sendiri. Adanya
paramata-mata inilah yang sering membuat perlawanan para pejuang indonesia dapatdikalahkan oleh
penjajah. Demikian juga perlawanan rakyat yang dipimpin pang sumadi Kalimantan ini mengalami
kegagalan juga.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun beberapa rumusan masalah yang kami angkat, yaitu :

- Apa hasil dari perlawanan rakyat Kalimantan terhadap jepang ?

- Apa saja penyebab dari timbulnya perlawanan rakyat Kalimantan ?

C. TUJUAN

Adapun tujuan kami, yaitu :

- Mengetahui hasil dari perlawanan rakyat Kalimantan terhadap jepang

- Mengetahui apa yang menyebabkan timbulnya perlawanan rakyat Kalimantanterhadap jepang


BAB II

PEMBAHASANRAKYAT KALIMANTAN ANGKAT SENJATA

Di berbagai tempat di Kalimantan terjadi perlawanan rakyat menetang kekuasaan tentara


Jepang yang bertindak kejam dan sewenang-wenang. Di Kalimantan Barat kurang lebih 21.000orang
dibunuh dan dibantai secara kejam oleh tentara Jepang. Selain rakyat yang tidak berdosa, banyak di
antara mereka adalah raja-raja, tokoh-tokoh masyarakat terkemuka, dan tokoh-tokoh pergerak-an
nasional turut terbunuh dalam aksi perlawanan tersebut. Untuk mengenang peristiwatersebut maka
didirikanlah sebuah Monumen Mandor, di desa Mandor.

Perang Dayak Desa, Perang Sengit yang Tak Banyak Diungkit 21 November 201517:41:27
Diperbarui: 22 November 2015 04:33:40 Dibaca : 8,862 Komentar : 16 Nilai : 15 DurasiBaca : 5 menit
Hari Pahlawan telah sepekan berlalu, rasanya hingar-bingar perayaannya masihterpusat di wilayah Jawa,
terutama Surabaya. Banyak pertempuran-pertempuran heroik di pelosokyang seolah luput kisahnya
dalam lipatan-lipatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.Bukan karena kebenaran sejarahnya
yang belum jelas, namun karena penutur dan sumber bacaanyang semakin hari semakin terbatas.
Apalagi kini, orang sedikit alergi dengan sesuatu berbausejarah. Kita mungkin mafhum benar dengan
berdarah-darahnya peristiwa 10 November diSurabaya, Palagan Ambarawa di Jawa Tengah atau gilang
gemilangnya Serangan Umum 1 Maretdi Yogyakarta, namun diantara kita adakah yang mengetahui
tentang peristiwa Mandor? Atau peristiwa Perang Dayak Desa melawan Jepang yang berlangsung sengit
antara tahun 1944-1945?Pertempuran melawan kekejian kolonialisme tentu tak hanya milik kaum
nasionalis Jawa kala itu,segenap rakyat, dari semua lapisan agama serta suku di semesta nusantara
rasanya tak mauketinggalan mempertahankan kehormatan dan keutuhan kerajaan, kesultanan atau
bahkan sekadarmempertahankan keutuhan desa masing-masing dari cengkraman pemerintah kolonial.
Bulan lalusaya beruntung mendapat kesempatan mengunjungi Museum Negeri Kalimantan Barat. Dari
sinisaya mulai mendapat wawasan baru mengenai bagaiamana Suku Dayak, etnis Tionghoa danMelayu
bahu membahu mempertahankan dan merebut Bumi Kalimantan Barat dari kekejaman pemerintahan
kolonial, baik dari kekuasaan kerajaan Belanda maupun Kekasiaran Jepang. Sebuahkisah peperangan
yang jarang sekali dituturkan. Meski museum yang berdiri sejak tahun 1974 inilebih mengangkat tema
budaya suku Dayak dan Melayu, namun saya tak henti menanyakan kisahsejarah peperangan di
Kalimantan Barat kepada guide sekaligus kurator yang saat saya berkunjungsabar sekali menjawab
pertanyaan saya satu per satu.

Patung selamat datang di Museum Kalimantan Barat, menggambarkan kerukunan dan persatuan
Suku Dayak dan Suku Melayu, dua suku terbesar di Kalbar.(Dok. Pribadi) Berawal dariPeristiwa Mandor
Berdarah Kesultanan Pontianak telah berdiri paling tidak sejak 1711 masehi,diprakarsai oleh Sultan
Syarif Abdurahman Alkadrie, Kesultanan bercorak Islam ini menjadi cikal bakal tumbuh dan
berkembangnya peradaban Melayu di tepi muara Sungai Kapuas dan SungaiSungai Landak.
Di bawah wangsa Alkadrie, Kesultanan berulang kali mendulang masa-masa
keemasan.Kehidupan kerajaan yang damai, bumi yang melimpah dan raja yang arif bijaksana menjadi
faktor berkembangnya wilayah ini. Terlebih, siasat Sultan-Sultan Pontianak untuk melakukan
hubungandiplomatis yang sehat dengan pemerintah kolonial Belanda membuat Kesultanan Pontianak
tak banyak dirundung perkara perang dengan Kerajaan Orange itu. Keadaan itu berlangsung lama,hingga
saat pemerintah Kolonial Kerajaan Belanda tekuk lutut di hadapan kekaisaran Jepang,keadaan berubah
haluan. Nampaknya cara penjajahan Jepang di seluruh wilyah tanah air lebih keji,tak terkecuali di
Pontianak kala Itu. Jepang lebih pedas menentang segala sesuatu yang berlawanandengan haluannya.
Jepang tak senang dengan kesultanan dan segala aktivitas di dalamnya.Pemerintahan Jepang selalu
menaruh curiga terhadap perkumpulan para cendikia dan kehidupanlingkungan Sultan serta kekuasaan
para pemilik modal. Kecurigaan ini tersulut akibat tersiarnyakabar bahwa kelak Kesultanan dan Tokoh
Masyarakat akan melakukan pemberontakan masif.Jepang mendengar kabar ini, upaya antisipasi pun
dilakukan pemerintahan dan pasukan militerJepang. Hari kelam itu pun datang, 28 Juni 1944. Berawal di
daerah Mandor, Kabupaten Landak,Kalimantan Barat, Pasukan militer Jepang melakukan pembantaian
yang keji terhadap golongan-golongan cendikia, raja-raja dan feodal feodal etnis Tionghoa yang memiliki
harta dan kekuasaanmelimpah. Menurut sumber sejarah, tak kurang dari 21 ribu nyawa meregang
akibat pembantaianini. Namun demikian, Kekaisaran Jepang hanya mengklaim bahwa korban yang jatuh
tak lebihdari 2000 orang. Diyakini bahwa korban tak hanya jatuh dari golongan raja dan aristrokrat,
namun juga dari rakyat jelata dan tak memiliki kuasa apapun. Pasukan jepang mendobrak pintu-pintu
rumah dan melakukan pembunuhan dengan sadis, konon korban-korban ini diminta untukmenggali
kuburannya sendiri, setelah itu, mereka dipancung dengan pedang samurai di ataskuburan yang telah
digali tersebut. Situs sejarah pembantaian ini dapat kita temui di daerah Mandor.

Diantara tokoh penting yang turut terbunuh dengan cara dipancung adalah PangeranAdipati dan
Pangeran Agung, keduanya adalah putra Sultan Pontianak. Sedangkan SultanMuhammad Alkadrie dan
Keluarga Sultan banyak yang tewas saat di tahan di Penjara. Monuemendi Makam Juang Mandor
(Tripadvisor.com) Amarah membuncah Kabar mengenai PeristiwaMandor semakin tersiar, meski sedikit
korban yang jatuh dari etnis Dayak di pelosok, namun rasakebangsaan dan rasa senasib nampaknya
mulai tumbuh di seluruh Kalimantan Barat. Terlebih,kala itu kekejian Jepang terhadap komunitas Dayak
Desa di beberapa wilayah di Barat Kalimantankian memuncak. Usaha-usaha pemotongan kayu hasil
hutan yang dikuasai Jepang tengahmerajalela. Pribumi dijadikan pekerja kasar tanpa bayaran oleh
pasukan Jepang. Kejadian-kejadiantak mengenakan ini kemudian dilaporkan kepada salah satu
pemimpin adat di desa, Pang Dandan.Maka dengan segenap niat baik untuk berunding, beberapa
petinggi Suku Dayak Desa di daerahSikucing (kini: Tayan Hilir) seperti Pang Suma dan Pang Lingan
menemui seorang mandor Jepang bernama Osaki untuk meredakan benturan antara Suku Dayak dan
Pekerja Jepang. Saat akan berdiskusi dan menemukan mufakat, Osaki justru melakukan kekerasan dan
perlawanan sepihak.Pang Suma dan Pang Linggan berhasil mengelak. Alih-alih membunuh Pang Suma
dan PangLinggan, Osaki justru terbunuh terlebih dahulu oleh kedua tokoh Dayak tersebut, hampir tanpa
perlawanan.
Pihak jepang semakin kalang kabut dengan terbunuhnya Osaki, Nagatani sebagai salah satu
petinggi Militer. Jepang menyusun strategi balas dendam dengan mempersiapkan persenjataan dan
pasukan yang memadai. Mendengar kabar ini, warga segera mengadakan tradisi mangkok merah.

Anda mungkin juga menyukai