PERANG BANJAR
Disusun Oleh :
Jasmine Zealadies Asfara (XIA6/13)
Ramah Fakhrul Rifqi Bakhtian (XIA6/26)
0
LATAR BELAKANG PERANG BANJAR AWAL MULA PERANG BANJAR
ii
KATA PENGANTAR
Tidak ada yang layak di ucapkan kecuali rasa syukur kehadirat Illahi Robbi
sehingga tulisan bisa terselesaikan.
Terima kasih kepada kedua orang tua dan teman-teman saya yamg memberi
peluang waktu, juga kepada yang telah menberi dorongan serta peluang
mengembangkan pengetahuan.
Tulisan ini ditunjukan kepada Guru Bidang Sejarah saya dan teman-teman yang
ingin memdalami ilmu lewat metode ini. Segala kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk kesempurnaan tulisan.
1 September 2018
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .........................................................................................i
PETA KONSEP.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.......................... ...............................................2
BAB 2. PEMBAHASAN ...................................................................................3
2.1 Latar Belakang Perang Banjar.................................................... 3
2.1.1 Faktor-Faktor dari luar Kerajaan Banjar ................................. 8
2.1.2 Faktor-Faktor dari dalam Kerajaan Banjar.............................. 8
2.2 Proses Jalannya Perang Banjar Terhadap Kolonial Belanda
Dalam Perebutan Kerajaan Banjar ............................................ 13
2.2.1 Perlawanan Ofensif Yang Berlangsung Dalam Jangka Pendek
(1859- 1863 M) ....................................................................... 13
2.2.2 Perlawanan Defensif Yang Berlangsung Dalam Jangka Panjang
(1863- 1905 M) ....................................................................... 16
BAB 3. PENUTUPAN ....................................................................................... 19
3.1 KESIMPULAN ............................................................................. 19
3.2 SARAN ........................................................................................... 19
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad ke-17. Alasan kedatangan bangsa
Belanda tersebut karena daerah ini banyak menghasilkan lada dan batubara. Sejak saat
itu terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan orang Belanda. Pada
perkembangan selanjutnya, Belanda memonopoli perdagangan lada, bahkan ingin
menguasai wilayah kerajaan Banjar. Pada tanggal 14 Februari 1606 kapal dagang VOC
Belanda datang dibawah pimpinan Gillis Michieszoon. Ia dikirim oleh J.W. Verschoor,
penguasa VOC pada saat itu, untuk mengadakan hubungan dagang. Setibanya di
Banjarmasin anak buahnya berbuat hal-hal yang menyinggung perasaaan orang Banjar,
dan semua awak kapal yang naik ke darat dibunuh oleh orang Banjar. Setelah kejadian
tersebut, Belanda segera mengirimkan armada perang menuju Banjarmasin. Dalam
rangka pembalasan dan mempamerkan kekuatan (Show of force) beberapa kapal
Belanda pada tahun 1612 secara tiba-tiba membakar kota, kapal-kapal yang berlabuh
di bandar, dan keraton Banjar yang tidak jauh dari sungai.
Setelah peristiwa tersebut, rakyat Banjar menjadi anti terhadap Belanda di tanah
Banjar. Akan tetapi, Belanda terus campur tangan dalam urusan kerajaan, ekonomi,
sosial, dan keagamaan. Pada tahun 1857 Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah
sebagai sultan secara sepihak dengan mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang
menghendaki Pangeran Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda
Abdurrahman. Pangeran Hidayatullah berhak atas jabatan sebagai Sultan Banjar sesuai
dengan tradisi kerajaan dan dikuatkan dengan surat wasiat Sultan Adam. Sultan Adam
meninggal dunia pada tanggal 01 November 1857. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah
menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan dikalangan masyarakat dan para pembesar
kerajaan. Sultan Tamjidillah memiliki cacat dalam tingkah laku. Ia dikenal gemar
bermabukmabukan dan berjudi, sehingga wajar apabila rakyat tidak menerimanya
1
2
Perang Banjar disebut gerakan perlawanan semesta rakyat Banjar, karena dalam
waktu yang singkat telah meliputi daerah perlawanan yang lebih luas dari daerah
Kerajaan Banjar sendiri, yaitu daerah Barito (Muara Teweh) di Utara sampai Tabonia
di Selatan, pulau Petak disebelah Barat (dekat Kuala Kapuas) sampai Sebuhur di
sebelah Timur. Perang ini berlangsung dari tahun 1859-1865 M. Perlawanan rakyat
masih tetap berlangsung walaupun terputus-putus dan baru selesai pada tahun 1905 M
setelah kekuasaan Pagustian di Menawing habis dan Sultan Muhammad Seman
meninggal dunia dalam pertempuran itu. Kerajaan Banjar sendiri telah dihapus sepihak
oleh Belanda pada tahun 1860 M.
3
4
Usaha ini gagal, ketika utusan Belanda meminta Pangeran Hidayatullah datang
menghadap Kolonel Andressen, kepadanya telah diperlihatkan salinan-salinan surat
Pangeran Aminollah. Hal ini membuat pangeran tersebut menjadi panik dan takut
dituduh. Selain itu telah pula mendapat bisikan dari Banjarmasin agar berhati-hati,
karena Belanda akan menjebaknya dalam pesta di kapal Celebes dan pasti akan
membuangnya ke luar kesultanan, seperti yang dulu juga pernah terjadi dengan Prabu
Anom. Pangeran Hidayatullah segera melarikan diri dari daerah Martapura, mula-
mula ke Martagiri kemudian mengungsi ke Amuntai. Di sini ia dinobatkan oleh para
ulama dan rakyat menjadi sultan dengan gelar Sultan Hidayatullah Halilillah, sesuai
surat wasiat Sultan Adam. Amuntai diberi nama Martapura Baru sebagai ibukota yang
baru.
Dengan adanya bukti surat-surat dan penjelasan dari para ulama terkemuka
Martapura tersebut, sebenarnya Pangeran Hidayatullah terhindar dari segala tuduhan
5
ikut campur dalam persiapan dan tindakan perang terhadap Belanda. Karena itulah
Kolonel Andressen selaku komisaris berkuasa penuh. Pemerintah Hindia Belanda
memberi kesempatan kepada Pangeran Hidayatullah untuk menjadi sultan, agar
wibawanya bisa digunakan untuk menetramkan rakyat yang telah bangkit melawan
Belanda.
Situasi dalam kesultanan semakin kacau, Sultan Tamjidillah Alwassih Billah tak
sanggup mengatasi keadaan. Maka sultan pada tanggal 25 Juni 1859 diturunkan oleh
A.J. Andressen dari tahta kesultanan Dalam hal ini Sultan Tamjidillah didesak oleh
Kolonel A. J. Andressen, maksudnya agar perang Banjar dapat dikuasai Belanda.
Berkenaan dengan itu Sultan Tamjidillah menyampaikan pernyataan tentang
penurunannya sebagai sultan Kesultanan Banjarmasin yaitu antara lain: 1). Bahwa
Kesultanan Banjarmasin sangat menderita akibat pemberotakan terhadap kesultanan
dan pemerintah Belanda; 2). Agar rakyat kembali tunduk dan patuh kepada
pemerintah yang sah, dengan ini sultan menyatakan berhenti memerintah dan
menyerahkan kekuasaan ke tangan Kolonel Andressen, kommisaris Gubernemen dan
komandan tentara afdeeling Selatan dan Timur Borneo, atas kemauan sendiri tanpa
paksaan apa-apa; 3). Atas jaminan Pemerintah Hindia Belanda, bahwa bila keamanan
telah kembali, tahta akan diberikan kepada orang yang menurut hukum kesultanan
sebenarnya berhak atas itu dan dianggap Pemerintah Hindia Belanda sesuai pula
untuk jabatan itu; 4). Sebagai hadiah sultan disebutkan dua helai tikar rotan, untuk
patuh dan menurut kepada kekuasaan yang sah, agar ketentraman dan kemakmuran
datang kembali.
Rakyat di wilayah Zuid-en 0ost afdeeling van Borneo berontak terhadap Belanda
dan sultan. Sedangkan sultan tetap bertahan di bawah perlindungan residen, tetapi
akhirnya sultan tak dapat mengatasi situasi yang demikian memuncak ini. Kemudian
sultan diturunkan sebagai penguasaan Kesultanan Banjarmasin oleh Kolonel A. J.
Andressen.
dari tahun ke tahun. Tentu saja dari kedua belah pihak banyak meminta korban,
terutama dari pihak pemberontak. Pemberontakan ini terkenal dengan sebutan Perang
Banjar/ Banjarmasin.
2.1.1 Faktor-Faktor dari luar Kerajaan Banjar
Abad ke-19 adalah abad kolonialisme dan imperialisme modern. Hal ini terjadi
akibat revolusi industri yang berkembang pesat setelah ditemukannya teknologi baru
yaitu mesin uap pada kapal api, kereta api dan pabrik-pabrik yang menggunakan mesin
uap, cepat merubah keadaan dunia. Sebagian daerah kapal-kapal Belanda yang berlayar
ke Indonesia atau berlayar interkontinental saja, baik kapal-kapal perang Pemerintah
Hindia Belanda maupun kapal dagang sipilnya, memerlukan batu bara untuk bahan
bakar mesinnya. Batubara itu di import dari Eropa dan biayanya mahal. Kemudian
Belanda mengetahui bahwa di wilyah Kerajaan Banjar terdapat batubara yang
ditambang oleh rakyat secara tradisional. Kerajaan Banjar sejak tahun 1787 M
merupakan tanah pinjaman VOC kepada raja-raja Banjar, oleh pihak Belanda dipaksa
untuk memberikan hak atau izin penambangan pada Pemerintah Hindia Belanda dan
setelah dipaksa baru mendapatkan konsesi pada tahun 1846 M.
Daerah Riam Kanan ternyata penuh dengan lapisan-lapisan batu bara. Tetapi
sebagai tanah lungguh ia adalah milik Mangkubumi Kerajaan. Akhirnya pada tahun
1849 M berdirilah tambang batubara, yang diberi nama Oranje Nassau. Tambang batu
bara ini dibuka oleh Gubernur Jenderal Ruchussen pada tanggal 21 September 1849
M. Pada tanggal 29 September 1849 Ruchussen menulis surat rahasia kepada Residen
Gallois di Banjarmasin mengenai tambang batu bara itu, yang isinya antara lain:
a. Selama Sultan aktif pada kewajibannya dan tak menghambat produksi
tambang batubara, Belanda akan tetap bersahabat, menolong dan
melindunginya.
b. Sangat menginginkan daerah tambang tersebut dan Martapura menjadi
wilayah Belanda dengan cara membelinya dari Sultan.
c. Ibukota Kerajaan dipindahkan ke Negara. Politik untuk mengambil alih
wilayah tembang batubara di Pengaron dan ibukota Martapura ini, baru bisa
dijalankan setelah Sultan Adam meninggal dunia, dan penggantinya yang
sedapat mungkin pro dengan pihak Belanda.
Pada tahun 1825 M Sultan Adam naik tahta Kerajaan Banjar. Kerajaan Banjar
menjalankan sistem pemerintahan dyarchi. Dibawah Sultan, putra mahkota diangkat
sebagai Sultan Muda, menjadi pembantunya selain dari Mangkubumi. Oleh karena itu
putra mahkota Abdurrakhman diangkat menjadi Sultan Muda. Pengangkatan ini
bertujuan untuk memperkuat kedudukan putra mahkota baik dalam pemerintahan
9
maupun dalam bidang keuangan sehingga jika Sultan meninggal tidak ada lagi orang
yang dapat menjatuhkan putra mahkota.
Ketika putra mahkota Sultan Muda Abdurahman meninggal dunia bulan Maret
1852, tidak seorang pun yang meragukan bahwa Hidayatullah yang akan
menggantikan- nya menjadi sultan Banjarmasin, bahkan Residen Gallois pun
demikian. Empat tahun sebelumnya (1848) ia telah menulis sebagai berikut:
Putra sulung Sultan Muda yaitu, dari seorang ibu keturunan raja,
adalah Pangeran Hidayatullah, yang berdasarkan atas kelahirannya
suatu hari akan memerintah mereka.
Antara lain alasan Residen van Hengst mendukung Tamjidillah menjadi sultan
adalah: 1. Tamjidillah mempunyai lebih banyak pengalaman dalam pemerintahan
daripada Pangeran Hidayatullah; 2. Tamjidillah telah mendapat dukungan dari
ayahnya Abdurahman (almarhum) dari pada Pangeran Hidayatullah; 3. Tamjidillah
lebih banyak hidup di Banjarmasin dan telah membentuk hubungan dengan
lingkungan orang-orang Eropa daripada Pangeran Hidayatullah; 4.Tamjidillah lebih
10
Pada tanggal 31 0ktober 1857, Sultan Adam Alwassih Billah sakit dan sangat
parah sekali, beliau diangkut dengan perahu ke Martapura. Setibanya di Martapura,
beberapa jam kemudian ia tutup usia pada tanggal 1 November 1857. Pangeran Prabu
Anom secara diam-diam telah meninggalkan Banjarmasin ikut ke Martapura
mengantarkan ayahnya tanpa memberi tahu residen. Hal ini dianggap Belanda sebagai
pelanggaran yang berat. Mangkubumi Hidayatullah diperintahkan oleh residen pergi
ke berkabung telah dicemari oleh mesiu. Tindakan Belanda tersebut atas usul Sultan
Tamjidillah untuk menggulingkan rivalnya15
Tamjidillah dalam memangku jabatan sultan, tak dapat bertahan dengan tenang
di istana Banjarmasin, karena keluarga istana membencinya.Ini ditandai dengan 3 kali
rencana pembunuhan atas dirinya di awal Pebruari 1858, pertama dengan racun dan 2
kali dengan senjata tajam.Ternyata usaha ini gagal, karena kesiap-siagaan pengawal-
pengawal sultan.Sultan mencurigai Mangkubumi Hidayatullah dan kelompok
pengikut Prabu Anom.Dengan demikian kedudukan sultan sudah agak goyah di
istana.20 Sedangkan di luar istana, karena tindakan anggota-anggota kerajaan yang
menaikkan berbagai macam pajak, yang sudah lama berlangsung. Akibatnya
membuat rakyat menderita antara lain, rakyat tak sanggup membayar pajak sehingga
rakyat terlibat berbagai hutang. Selanjutnya rakyat dijadikan pekerja rodi yaitu,
sebagai budak kaum bangsawan. Selama ini rakyat hanya mendendam dalam hati
tidak ada reaksi, karena masih menghargai Sutan Adam. Namun setelah Sultan Adam
meninggal dunia, dan jabatan sultan dipangku oleh Tamjidilah.Maka rakyat di daerah-
daerah mulai bersiap- siap untuk melawan terhadap kesultanan dan Pemerintah Hindia
Belanda.
Dengan Sultan Adam oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1826 M
diadakan sebuah kontrak baru yang ternyata bertahan sampai penghapusan sepihak
Kerajaan Banjar oleh Belanda pada tahun 1860 M. Kontrak itu isinya antara lain
adalah:
Dalam kontrak ini terdapat sejumlah fasal yang terlihat jelas bertentangan dengan
adat Kerajaan Banjar dan merusaknya. Sehingga menimbulkan kemarahan rakyat yang
luar biasa, seperti penunjukan putra Mahkota, penunjukan Mangkubumi, penerimaan
surat dari negara atau raja lain, atau sebaliknya sebagai negara berkurang
kedaulatannya.
Belanda terus ikut campur dalam urusan Kerajaan, ekonomi, dan sosial
keagamaan. Setelah sepeninggal Sultan Adam tanggal 1 November 1857, pada tahun
1857 M Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai Sultan secara sepihak
dengan tidak menghiraukan surat wasiat Sultan Adam yang berisi Pangeran
Hidayatullah lah sebagai pengganti ayahnya Sultan Abdurrahman. Pangeran
Hidayatullah berhak atas tahta Kerajaan. Pengangkatan Pangeran Tamjidillah menjadi
Sultan dalam Kerajaan Banjar menimbulakan banyak kekecewaan di kalangan rakyat,
para ulama dan kerabat kraton. Selain itu, Tamjidillah memiliki sifat yang buruk.Ia
dikenal gemar mabuk-mabukkan dan senang berjudi, wajar saja bila rakyat tidak
menerimanya sebagai pemimpin atas tahta Kerajaan Banjar. Kebencian dan kemarahan
rakyat Banjar terhadap pengangkatan Sultan Tamjidillah dan terhadap Pemerintah
Hindia Belanda sangatlah besar hingga memuncak, yang pada akhirnya menimbulkan
Perang Banjar.
13
oleh Belanda. Desakan Belanda, melalui suratnya yang tertanggal 7 Maret 1860 yang
berisi permintaan supaya ia menyerah dalam waktu 12 hari, telah mendapatkan
jawaban tegas dari Pangeran bahwa ia tidak akan menyerah. Dengan demikian ia
dianggap benar-benar memberontak terhadap Belanda.
Antasari berada di Ringkau Katan, dan pada tanggal 9 Agustus terjadi kontak senjata
dengan pasukan Belanda. Pasukan Belanda berkekuatan 225 orang tentara bersenjata
senapan berbayonet dan diperkuat oleh 125 orang hukuman yang dipersenjatai serta 10
orang penembak meriam. Dalam pertempuran itu pasukan Antasari dapat membunuh
dan melukai beberapa orang tentara Belanda dan kemudian Pangeran Antasari bersama
pasukannya mengundurkan diri dari Ringkau Katan. Kekalahan Pangeran Antasari ini
terutama karena datangnya bala bantuan Belanda yang bergerak dari Amuntai melalui
Awang menuju Ringkau Katan. Di Tameang Layang kemudian didirikan pos
penjagaan Belanda yang dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan masuknya
kembali pasukan Antasari ke Ringkau Katan.
Gerakan cepat dari pasukan Pangeran Hidayat dari satu daerah ke daerah lain
cukup menyulitkan Belanda. Pasukan Pangeran Hidayat yang berada di gunung
Mandela dapat diketahui. Belanda mendatangkan pasukan sebanyak 140 orang dari
pantai Ambawang bersenjatakan senapan berbayonet. Akan tetapi pasukan Belanda
yang bermaksud menangkap Pangeran Hidayat tidak menjumpainya, karena pasukan
Pangeran Hidayat sudah meninggalkan Gunung Mandela menuju Haroman. Pasukan
Pangeran Hidayat dikejar oleh dua kelompok pasukan lain pada tanggal 20 Juli. Akan
tetapi pasukan Hidayat masih tidak dijumpainya. Kecepatan gerak dari pasukan
Hidayat membuat Belanda kesal. Pangeran Hidayat diancam akan tetap dianggap
sebagai pemberontak dan akan ditindas jika tidak mau menyerah secepatnya.
Menyerahnya Kyai Demeng Leman atas kemauannyan sendiri pada Belanda pada
tanggal 2 Oktober 1861 sedikit banyak memperlemah para pejuang. Kekurangan bahan
makanan merupakan salah satu sebab utama Demang Leman dan para pengikutnya
menyerah.13Tetapi penangkapan atas diri Pangeran Hidayat, yang kemudian
diasingkan ke Jawa pada tanggal 3 Februari 1862, menimbulkan kekesalan pada diri
Kyai Demang Leman. Tuntutan untuk pembatalan pengasingan ke Jawa oleh Kyai
Demang Leman dan rakyat, tidak mendapat perhatian dari pihak Belanda. Kyai
Demang Leman kesal dan melarikan diri dari lingkungan Belanda dan kemudian
mengadakan perlawanan lagi.
2.2.2 Perlawanan Defensif Yang Berlangsung Dalam Jangka Panjang (1863- 1905
M)
Gusti Matseman pada bagian akhir bulan Agustus 1883 beroperasi di daerah
Dusun Hulu. Ia dengan pasukannya kemudian bergerak ke Telok Mayang dan berkali-
kali mengadakan serangan terhadap pos Belanda di Muara Teweh. Sementara itu,
Pangeran Perbatasari, menantu Gusti Matseman mengadakan perlawanan terhadap
18
Keadaan di sekitar benteng Matseman makin kritis. Ketika itu benteng diserang
oleh pasukan Belanda. Dalam pertempuran itu pasukan Gusti Matseman terdesak
sehingga terpaksa meloloskan diri dan benteng jatuh ke pihak Belanda yang kemudian
dibakar. Gusti Matseman masih terus melakukan perlawanan walaupun teman-teman
seperjuangannya yaitu Gusti Acil, Gusti Arsat, Antung Durrakhman menyerah pada
pemerintahan Hindia Belanda.Dan akhirnya meninggal dalam pertempuran pada tahun
1905 M. Dengan menyerahnya dan meninggalnya pemimpin-pemimpin perang maka
perlawanan rakyat Banjar terhadap Belanda pun berhenti seketika dengan
meninggalnya Gusti Matseman.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui sebab terjadinya perang
Banjar :
1. Adanya campur tangan Belanda dalam urusan kerajaan, ekonomi, sosial dan
keagamaan di daerah Banjar.
2. Belanda menobatkan Pangeran Tamjidillah sebagai sultan secara sepihak dengan
mengabaikan surat wasiat Sultan Adam yang menghendaki Pangeran
Hidayatullah sebagai pengganti ayahnya Sultan Muda Abdurrahman.
3.2 Saran
1. kita sebagai anak Indonsia, harus dapat mengrtahui sejarah-sejerah yang terjadi
dalam Negara Indonesia. Karena dalam sejarah itu banyak tersimpan peristiwa
penting.
2. Dan kita harus menjaga warisan budayanya. Dari warisan itu kita dapat
mengambil makna atau hikmah dari para pewaris yang telah menjadikan
Indonesia seperti sekarang ini.
19
BAB 4 DAFTAR PUSTAKA
http://master-masday.blogspot.com/2012/06/sejarah-terjadinya-perang-
banjar_20.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Banjar
http://ghefirafira.wordpress.com/2013/02/16/rangkuman-dan-cerita-perang-
banjar/ http://liavischo.blogspot.com/2013/11/makalah-kesultanan-banjar.html
http://digilib.uinsby.ac.id/12904/22/Bab%203.pdf
http://idr.uin-antasari.ac.id/4429/1/BAB%20I.pdf
20