Anda di halaman 1dari 10

PAHLAWAN DARI KALIMANTAN SELATAN

“IDHAM CHALID”

DISUSUN OLEH :

GURU MATA PELAJARAN :

SMA NEGERI 1 BANJARBARU


XI IPS 2

2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada guru Sejarah Indonesia Ibu Dra. Ridianingsih
selaku guru pembimbing dalam tugas ini karena telah membantu kelancaran
dalam pembuatan karya tulis ini.

Dalam rangka memenuhi Tugas Sejarah Peminatan yang di bimbing langsung


oleh guru saya Dra. Ridianingsih, maka karya tulis ini dibuat dengan judul
“Pahlawan Kalimantan Selatan ‘Idham Chalid’ ” dengan karya tulis ini saya
berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya.

Saya juga mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.
Selain itu, saya berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan tercapainya tujuan dari penulisan karya tulis ini.

Banjarbaru, 24 - Januari-2021

Hanida Aulia Santi

2
Daftar Isi

Kata Pengantar..................................................................................................... 2

Daftar Isi.............................................................................................................. 3

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3. Tujuan Pembahasan .................................................................................... 4

BAB 2 PEMBAHASAN (Idham Chalid) ........................................................... 5

2.1 Riwayat Hidup ............................................................................................. 5

2.2 Latar Belakang Tokoh yang Terlibat dalam Perjuangan ............................. 5

2.3 Peran dalam Perjuangan Tokoh ................................................................... 6

2.4 Berakhirnya Perjuangan Tokoh ................................................................... 7

2.5 Penghargaan yang didapat dari Perjuangan Tokoh ..................................... 8

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 9

3.1 Saran ............................................................................................................ 9

DAFTAR RUJUKAN ....................................................................................... 10

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya
dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Setiap wilayah memiliki
tokoh pahlawan nasiona, seperti Bapak Idham Chalid dari Kalimantan Selatan. Selain
satu tokoh tersebut ada banyak tokoh lain yang perlu dikenal dengan keberanian dan
pernngorbanan yang berbeda setiap tokoh. Oleh karena itu selain untuk tugas sekolah,
pembuatan makalah ini pertujuan untuk mengenalkan tokoh pahlawan dari Kalimantan
Selata

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana riwayat hidup salah satu tokoh pahlawan Kalimantan Selatan?
2. Bagaimana perjalanan salah satu tokoh pahlawan Kalimantan Selatan dalam
perjuangan kemerdekaan?
3. Bagaimana kisah akhir hidup salah satu tokoh pahlawan Kalimantan Selatan?

1.3 Tujuan Pembahasan


Setelah menyelesaikan pembahasan, saya dan pembaca dapat memahami serta
mengenal salah satu tokoh pahlawan dari Kalimantan Selatan yaitu Bapak Idham Chalid.
Serta dapat mengambil nilai-nilai positif dan menghargai semua perjuangan para
pahlawan.

4
BAB 2
PEMBAHASAN (IDHAM CHALID)

2.1 Riwayat Hidup


Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809 – meninggal
di Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia. Meskipun dikenal dengan nama Pangeran Antasari, ia
memiliki nama asli Gusti Inu Kartapati.
Pangeran Antasari merupakan keturunan langsung dari penguasa Kesultanan Banjar yang
memiliki pengaruh dari Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Timur bagian selatan.
Kakeknya adalah Pangeran Amir yang gagal naik takhta karena campur tangan Belanda.
Ayahnya bernama Pangeran Masohut (Mas’ud) dan ibunya bernama Gusti Khadijah binti
Sultan Sulaiman. Ia juga memiliki seorang adik perempuan bernama Ratu Sultan Abdul
Rahman, yang nantinya menikah dengan seorang pangeran Banjar bernama Sultan Muda
Abdurrahman bin Sultan Adam. Adik Pangeran Antasari meninggal lebih dulu ketika
melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga
meninggal semasa masih bayi.
Meskipun berdarah biru, Pangeran Antasari di didik untuk tumbuh berbaur dengan
pedagang dan petani di luar lingkungan istana. Ia juga sering mendalami agama dari ulama-
ulama. Tidak heran kalau ia tumbuh menjadi sosok yang memiliki jiwa sosial tinggi dan
berpengetahuan agama luas.
Sejak kecil, Pangeran Antasari selalu diajari untuk tidak pernah percaya pada pemerintah
Belanda. Alasannya adalah insiden kegagalan Pangeran Amir yang gagal naik takhta
bertahun-tahun yang lalu.
Pangeran Antasari memiliki dua orang istri, yaitu Ratu Anta sari (Ratoe Idjah) binti Sultan
Adam dan Nyai Fatimah yang merupakan adik dari Tumenggung Surapati. Dari
dua pernikahan tersebut, ia memiliki delapan putri dan dua putra.
Sayangnya, tidak banyak informasi yang bisa didapatkan seputar nama-nama
anak Pangeran Antasari. Beberapa nama yang cukup dikenal hanyalah Panembahan
Muhammad Said, Sultan Muhammad Seman, Putri Kaidah, dan Putri Hasiah.
Panembahan Muhammad Said dan Sultan Muhammad Seman adalah putra-putra Pangeran
Antasari yang nantinya akan meneruskan perjuangan ayahnya dalam melawan kolonial
Belanda. Selain itu, setelah sang ayah meninggal dunia, Sultan Muhammad Seman
menggantikan posisinya sebagai pemimpin Kesultanan Banjar dengan gelar Tuan Kebawah
Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Sultan Muhammad Seman.

2.2 Latar Belakang Tokoh yang Terlibat dalam Perjuangan


Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia juga
merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung,
Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang
Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun Kaharingan.
Awal mula perjuangan Pangeran Antasari berada pada Perang Banjar yang terjadi karena
pemerintah Belanda dengan sengaja mendukung Sultan Tamjidillah II untuk naik takhta pada

5
tahun 1857. Padahal, Sultan Tamjidillah II tidak disukai oleh rakyat Banjar karena terlalu
memihak Belanda dan sering kali merugikan masyarakat.
Selain memaksakan kekuasaan, Belanda juga membuat banyak keluarga di Banjar terpecah
belah dan bermusuhan. Usaha tersebut banyak dikenal dengan istilah Devide et impera atau
politik adu domba.
Pangeran Antasari tentu saja tidak menginginkan perpecahan itu terjadi pada orang-orang
di kampung halamannya. Ia langsung mengumpulkan beberapa kepala daerah dan sepakat
untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari Banjar. Kepala daerah yang ia ajak di
antaranya adalah Tumenggung Singapati, Kyai Adipati Mangkunegara, Demang Leman, Kiai
Serta Kara, Tumenggung Surapati, dan Cakrawati.

2.3 Peran dalam Perjuangan Tokoh


Pangeran Antasari berperan penuh dalam peperangan dengan mengajak para kepala daerah
untuk ikut melakukan perlawanan pada tanggal 25 April 1859. Perang Banjar pecah saat
Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang tambang batu bara milik Belanda di
Pengaron, salah satu kecamatan di Banjar.
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Pangeran Antasari dengan
pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda yang ditopang oleh
bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern.
Semangat perlawanan yang dikobarkan oleh Pangeran Antasari pada rakyat Banjar sempat
membuat Belanda merasa kewalahan. Pihak pemerintah Belanda kemudian berusaha
menyuap dan memberi hadiah padanya agar berhenti melakukan perlawanan. Namun, sang
pangeran tak menghentikan usahanya untuk melawan Belanda.
Bahkan, ia mulai menyerang pos-pos penjagaan Belanda di Martapura, Hulu Sungai,
Tanah Laut, Tabalong, Riam Kanan, dan sepanjang sungai Barito hingga Puruk Cahu.
Meskipun berhasil menyerang dan merebut pos-pos penjagaan juga benteng pertahanan
Belanda, mereka tak bisa merebut pasokan persenjataan.
Untuk mengatasi masalah persenjataan dan makanan yang mulai menipis, Pangeran
Antasari menulis surat pada beberapa kerabatnya di Kerajaan Kutai. Surat yang dibuat pada
tanggal 18 Februari 1860 itu dikirimkan pada Pangeran Purbasari, Pangeran Nata Kusuma,
Pangeran Anom, dan Kerta.
Dengan bantuan tersebut, ia semakin membakar api semangat rakyatnya. Pada tanggal 26
Desember 1859, ia berhasil memimpin pasukannya untuk meledakkan dan menenggelamkan
kapal Onrust milik Belanda.
Peledakkan tersebut membuat 10 perwira, 40 marinir, dan 43 anak buah kapal di dalamnya
tewas. Beberapa di antaranya adalah Letnan Van der Velde, Letnan Banger C., Letnan I Van
Perstel, dan Letnan II Frederick Hendrik Van der Kop.
Penyerangan itu membuat pemerintah Belanda marah dan membuat keputusan untuk
menghapus Kesultanan Banjar secara resmi pada tanggal 11 Juni 1860. Mereka juga
mengirim seorang Residen dari Hindia Belanda sebagai pemimpin Banjar yang baru.
Keputusan itu membuat semangat juang pasukan Antasari semakin terbakar dan melanjutkan
perlawanan itu hingga ke Kalimantan Tengah.
Sayangnya, ketika pasukan Belanda mendapatkan bantuan persenjataan modern pada
tanggal 9 Agustus 1860, pasukan Antasari mulai terdesak. Pusat pertahanan rakyat Banjar

6
sampai harus dipindahkan ke Muara Teweh. Untungnya, hingga akhir tahun 1861 mereka
masih berhasil melindungi benteng Tundakan dan Mount Tongka.
Upaya untuk mengalahkan dan menjatuhkan pasukan Antasari sering kali mengalami
kegagalan, Belanda berusaha mengajak sang pangeran berunding. Melalui perundingan itu,
Belanda menjanjikan hidup mewah dan terjamin selama Pangeran Antasari berhenti
melakukan perlawanan.
Surat tersebut berisi tentang pernyataan kalau ia nggak akan pernah meminta ampun dan
akan terus berjuang hingga Belanda pergi dari tanah kelahirannya.
Masih belum berhenti menyerah, Belanda lalu menawarkan imbalan sebesar 10.000
gulden untuk siapa saja yang bisa menangkap dan membunuh Pangeran Antasari. Namun,
tidak ada orang yang pernah menerima tawaran tersebut.
Akhir tahun 1862, Pangeran Antasari berencana melakukan serangan besar-besaran di
sebuah benteng milik Belanda. Sayangnya, saat itu tengah ada wabah cacar yang menyebar di
Kalimantan dan ia menjadi salah satu korban.
Dampak dari peperangan tersebut adalah pemerintah Belanda tak akan memberikan
pengampunan pada beberapa golongan di Banjar. Golongan tersebut adalah Kiai Djaya
Lalana, Amin Oellah, Demang Lehman, Goesti Kassan, Soero Patty, dan Pangeran Antasari
beserta keturunannya.
Di tengah-tengah upayanya memimpin peperangan, ia diangkat sebagai pemimpin untuk
seluruh rakyat Banjar. Saat menyerang Pengaron, secara diam-diam pemerintah Belanda
menyandera keluarga Pangeran Hidayatullah Khalilullah. Agar keluarganya itu tak terbunuh,
secara terpaksa Pangeran Hidayatullah keluar dari arena gerilya. Namun, keputusan itu justru
membuat sang pangeran ditangkap lalu dikucilkan di Cianjur.
Adanya kekosongan kekuasaan di Kesultanan Banjar, Pangeran Antasari diangkat sebagai
pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang
gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan
adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung
Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja. Upacara penobatan tersebut dilaksanakan pada
tanggal 14 Maret 1862 atau bertepatan dengan tanggal 13 Ramadhan 1278 Hijriah. Seruan
yang ia lakukan saat penobatan itu, Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah,  menjadi
terkenal hingga sekarang.
Dengan jabatan sebagai pemimpin, ia diberi gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin yang berarti pemimpin pemerintahan, panglima perang, dan pemuka agama
tertinggi. Para kepala suku Dayak dan adipati wilayah Dusun Atas, Kahayan, dan Kapuas
turut serta menghadiri penobatan tersebut.
Tak hanya menjadi pemimpin untuk wilayah suku Banjar saja, tetapi juga suku-suku lain di
sekitarnya. Di antaranya adalah suku Ngaju, Maanyan, Siang, Kutai, Sihong, Murung, Pasir,
Bakumpai, dan suku-suku lain di sekitar sungai Barito. Suku-suku yang dipimpinnya juga
bukan hanya yang mayoritas warganya beragama Islam saja, tetapi juga pemilik keyakinan
Kaharingan.

2.4 Berakhirnya Perjuangan Tokoh

7
Usia Pangeran Antasari semakin bertambah, tetapi tetap saja semangat juangnya masih
menggebu-gebu. Bahkan, ia masih merencanakan penyerangan-penyerangan selanjutnya.
Namun, mendadak ia menderita sakit paru-paru dan cacar setelah pulang dari pertempuran di
kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-
tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu
Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam
usia lebih kurang 75 tahun. Perjuangannya yang masih belum berakhir dilanjutkan oleh
putranya, Sultan Muhammad Seman.
Setelah dimakamkan di daerah hulu Sungai Barito selama 91 tahun, atas keinginan Banjar
dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka
Pangeran Antasari. Kerangka yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan
beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang
Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.

2.5 Penghargaan yang didapat dari Perjuangan Tokoh


Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan Kemerdekaan
oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di Jakarta,
tertanggal 27 Maret 1968. Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan
untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk lebih mengenalkan P.
Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) telah
mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran Antasari dalam uang kertas
nominal Rp 2.000

8
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi Di masa modern ini, kamu mungkin berpikiran berjuang untuk mengusir
penjajah dari Indonesia sudah tidak diperlukan lagi. Namun, kamu tetap harus
menjaga lingkunganmu. Karena hal tersebut bisa menjadi salah satu
usahamu di masa modern ini untuk berjuang demi kampung halaman tercinta.

Terkadang masalah akan menghambat segala usahamu itu, tetapi tidak


berarti kamu bisa langsung menyerah begitu saja. Akan lebih baik jika
kamu bersabar dan mengingat kutipan bijak dari Pangeran Antasari yang kini
menjadi moto Provinsi Kalimantan Selatan: “Haram menyarah, waja sampai
kaputing,” yang memiliki arti “Haram (atau pantang) menyerah, berjuanglah
sampai titik darah penghabisan.”

3.2 Saran
Setiap hal yang saya kerjakan memiliki kekurangan dan kelebihan baik itu dalam isi
makalah maupun kekeliruan tulisan sehingga saya meminta saran membangun pada para
pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya yang akan lebih baik dari sebelumnya.
Dari makalah ini saya dapat mengambil banyak sekali pelajaran, diantara pelajaran itu ada
beberapa pertanyaan dibenak saya. Saya akan tanyakan itu nanti pada guru pembimbing saya
begitu juga kalian, untuk mengonfirmasi jawaban yang benar. Dalam menulispun kita harus
membuktikan fakta dari media yang kita gunakan untuk menemukan informasi.

9
DAFTAR RUJUKAN

https://www.kepogaul.com/tokoh/biografi-pangeran-antasari/

osok-tokoh.blogspot.com/2016/05/biografi-singkat-pangeran-antasari.html

10

Anda mungkin juga menyukai