“IDHAM CHALID”
DISUSUN OLEH :
2019/2020
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada guru Sejarah Indonesia Ibu Dra. Ridianingsih
selaku guru pembimbing dalam tugas ini karena telah membantu kelancaran
dalam pembuatan karya tulis ini.
Saya juga mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini.
Selain itu, saya berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan tercapainya tujuan dari penulisan karya tulis ini.
Banjarbaru, 24 - Januari-2021
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................... 2
Daftar Isi.............................................................................................................. 3
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 4
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
BAB 2
PEMBAHASAN (IDHAM CHALID)
5
tahun 1857. Padahal, Sultan Tamjidillah II tidak disukai oleh rakyat Banjar karena terlalu
memihak Belanda dan sering kali merugikan masyarakat.
Selain memaksakan kekuasaan, Belanda juga membuat banyak keluarga di Banjar terpecah
belah dan bermusuhan. Usaha tersebut banyak dikenal dengan istilah Devide et impera atau
politik adu domba.
Pangeran Antasari tentu saja tidak menginginkan perpecahan itu terjadi pada orang-orang
di kampung halamannya. Ia langsung mengumpulkan beberapa kepala daerah dan sepakat
untuk mengangkat senjata mengusir Belanda dari Banjar. Kepala daerah yang ia ajak di
antaranya adalah Tumenggung Singapati, Kyai Adipati Mangkunegara, Demang Leman, Kiai
Serta Kara, Tumenggung Surapati, dan Cakrawati.
6
sampai harus dipindahkan ke Muara Teweh. Untungnya, hingga akhir tahun 1861 mereka
masih berhasil melindungi benteng Tundakan dan Mount Tongka.
Upaya untuk mengalahkan dan menjatuhkan pasukan Antasari sering kali mengalami
kegagalan, Belanda berusaha mengajak sang pangeran berunding. Melalui perundingan itu,
Belanda menjanjikan hidup mewah dan terjamin selama Pangeran Antasari berhenti
melakukan perlawanan.
Surat tersebut berisi tentang pernyataan kalau ia nggak akan pernah meminta ampun dan
akan terus berjuang hingga Belanda pergi dari tanah kelahirannya.
Masih belum berhenti menyerah, Belanda lalu menawarkan imbalan sebesar 10.000
gulden untuk siapa saja yang bisa menangkap dan membunuh Pangeran Antasari. Namun,
tidak ada orang yang pernah menerima tawaran tersebut.
Akhir tahun 1862, Pangeran Antasari berencana melakukan serangan besar-besaran di
sebuah benteng milik Belanda. Sayangnya, saat itu tengah ada wabah cacar yang menyebar di
Kalimantan dan ia menjadi salah satu korban.
Dampak dari peperangan tersebut adalah pemerintah Belanda tak akan memberikan
pengampunan pada beberapa golongan di Banjar. Golongan tersebut adalah Kiai Djaya
Lalana, Amin Oellah, Demang Lehman, Goesti Kassan, Soero Patty, dan Pangeran Antasari
beserta keturunannya.
Di tengah-tengah upayanya memimpin peperangan, ia diangkat sebagai pemimpin untuk
seluruh rakyat Banjar. Saat menyerang Pengaron, secara diam-diam pemerintah Belanda
menyandera keluarga Pangeran Hidayatullah Khalilullah. Agar keluarganya itu tak terbunuh,
secara terpaksa Pangeran Hidayatullah keluar dari arena gerilya. Namun, keputusan itu justru
membuat sang pangeran ditangkap lalu dikucilkan di Cianjur.
Adanya kekosongan kekuasaan di Kesultanan Banjar, Pangeran Antasari diangkat sebagai
pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang
gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan
adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung
Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja. Upacara penobatan tersebut dilaksanakan pada
tanggal 14 Maret 1862 atau bertepatan dengan tanggal 13 Ramadhan 1278 Hijriah. Seruan
yang ia lakukan saat penobatan itu, Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah, menjadi
terkenal hingga sekarang.
Dengan jabatan sebagai pemimpin, ia diberi gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin yang berarti pemimpin pemerintahan, panglima perang, dan pemuka agama
tertinggi. Para kepala suku Dayak dan adipati wilayah Dusun Atas, Kahayan, dan Kapuas
turut serta menghadiri penobatan tersebut.
Tak hanya menjadi pemimpin untuk wilayah suku Banjar saja, tetapi juga suku-suku lain di
sekitarnya. Di antaranya adalah suku Ngaju, Maanyan, Siang, Kutai, Sihong, Murung, Pasir,
Bakumpai, dan suku-suku lain di sekitar sungai Barito. Suku-suku yang dipimpinnya juga
bukan hanya yang mayoritas warganya beragama Islam saja, tetapi juga pemilik keyakinan
Kaharingan.
7
Usia Pangeran Antasari semakin bertambah, tetapi tetap saja semangat juangnya masih
menggebu-gebu. Bahkan, ia masih merencanakan penyerangan-penyerangan selanjutnya.
Namun, mendadak ia menderita sakit paru-paru dan cacar setelah pulang dari pertempuran di
kaki Bukit Bagantung, Tundakan.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat di tengah-
tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu oleh bujuk rayu
Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan Begok, Sampirang, dalam
usia lebih kurang 75 tahun. Perjuangannya yang masih belum berakhir dilanjutkan oleh
putranya, Sultan Muhammad Seman.
Setelah dimakamkan di daerah hulu Sungai Barito selama 91 tahun, atas keinginan Banjar
dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11 November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka
Pangeran Antasari. Kerangka yang masih utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan
beberapa helai rambut. Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang
Banjar, Kelurahan Surgi Mufti, Banjarmasin.
8
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi Di masa modern ini, kamu mungkin berpikiran berjuang untuk mengusir
penjajah dari Indonesia sudah tidak diperlukan lagi. Namun, kamu tetap harus
menjaga lingkunganmu. Karena hal tersebut bisa menjadi salah satu
usahamu di masa modern ini untuk berjuang demi kampung halaman tercinta.
3.2 Saran
Setiap hal yang saya kerjakan memiliki kekurangan dan kelebihan baik itu dalam isi
makalah maupun kekeliruan tulisan sehingga saya meminta saran membangun pada para
pembaca untuk pembuatan makalah selanjutnya yang akan lebih baik dari sebelumnya.
Dari makalah ini saya dapat mengambil banyak sekali pelajaran, diantara pelajaran itu ada
beberapa pertanyaan dibenak saya. Saya akan tanyakan itu nanti pada guru pembimbing saya
begitu juga kalian, untuk mengonfirmasi jawaban yang benar. Dalam menulispun kita harus
membuktikan fakta dari media yang kita gunakan untuk menemukan informasi.
9
DAFTAR RUJUKAN
https://www.kepogaul.com/tokoh/biografi-pangeran-antasari/
osok-tokoh.blogspot.com/2016/05/biografi-singkat-pangeran-antasari.html
10