Anda di halaman 1dari 8

PERANG BANJAR

DISUSUN OLEH :

Afifah Dzatil Izzah


Siti Mutia Nurshiamni
Diva Permatasari
M. Rizki

KELAS XI MIPA 6

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 KOTA PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2022/2023

0
BAB I

PENDAHULUAN

1. Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan rempah rempah. Maka pada akhir
abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa datang ke kepulauan Indonesia dan berperang untuk
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku semasa zaman penjelajahan, salah
satunya Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad ke-17. Alasan kedatangan
bangsa Belanda tersebut karena daerah ini banyak menghasilkan lada dan batubara. Sejak
saat itu terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan orang Belanda. Sejak ke-
datangan bangsa asing ke Indonesia terdapat berbagai perlawanan bersenjata terhadap
penjajah. Seperti yang kita ketahui, bentuk- bentuk perlawanan bangsa Indonesia ter-
hadap penjajah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Kalimantan
Selatan. Perang Banjar (1859-1905) merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh
para pejuang di Kalimantan Selatan. Perang ini juga disebut juga perang Banjar-Barito.
Perang Banjar memunculkan sejumlah tokoh seperti Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, serta Aling (Panembahan Muning) yang
merupakan tokoh perjuangan dari pedalaman Borneo. Pada tahun 1817, Belanda berhasil
melakukan sebuah perjanjian dengan Sultan Banjar atau Sultan Sulaiman dan pada 4 Mei
1826, Sultan Adam Al-Watsiq Billah (penerus Sultan Sulaiman) juga melakukan perjan-
jian dengan Belanda. Inti dari dari Kedua perjanjian itu sama yaitu, Mereka harus mau
untuk menyerahkan sebagian wilayah Banjar. Wilayah yang semakin sempit ini menjadi
masalah dalam kehidupan sosial ekonomi Kesultanan Banjar. Akibat dari perang ini san-
gat dahsyat karena tidak sedikitnya jumlah korban tewas baik di pihak Belanda maupun
rakyat Banjar Barito.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan batasan masalah, maka penulis merumuskan masalah
dalam kajian ini sebagai berikut:
1. Kapan perang Banjar terjadi?
2. Apa penyebab dari perang Banjar?
3. Bagaimana jalannya perang Banjar?
4. Siapa saja tokoh tokoh yang terlibat di perang Banjar?
5. Apa saja dampak dampak dari perang Banjar?

1
6. Apa yang menyebabkan akhir dari perang Banjar ?

3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perincian rumusan masalah di atas maka tujuan penulis dari tulisan
ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kapan perang Banjar terjadi


2. Untuk mengetahui penyebab dari perang Banjar terjadi
3. Untuk mengetahui jalann perang
4. Untuk mengetahui tokoh tokoh yang terlibat di perang Banjar
5. Untuk mengetahui penyebab dari akhir perang Banjar

6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dalam tulisan ini adalah:
Bagi penulis agar lebih memahami sejarah dari perang Banjar yang pernah terjadi
di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Sejak kedatangan bangsa asing ke Indonesia terdapat berbagai perlawanan


bersenjata terhadap penjajah. Pada awal kedatangannya, tujuan bangsa asing ke
Indonesia adalah untuk melakukan perdagangan yang kemudian berubah menjadi
monopoli perdagangan dengan mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya,
hingga kemudian melakukan penjajahan. Di samping itu, mereka juga berusaha
untuk menyebarkan agama yang mereka peluk. Salah satunya adalah Belanda
yang datang dan menyebabkan terjadinya peristiwa perang Banjar.

2.1 Penyebab Terjadinya Perang Banjar

2.4 Tokoh Tokoh Terlibat

2.4.1 Pangeran Hidayatulloh

Sultan Hidayatullah II, terlahir sebagai anak dari Ratu Siti dan Sultan Muda
Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah, lahir dengan nama Gusti Andarun,
dengan gelar mangkubumi Pangeran Hidayatullah kemudian bergelar Sultan Hidayatul-
lah Halil Illah lahir pada tahun 1822 di Martapura dan wafat di usia 82 tahun pada tang-
gal 24 November 1904 di Cianjurn, Jawa Barat. Pangeran Hidayatulloh dinobatkan men-
jadi pemimpin Kesultanan Banjar pada tahun 1859 di Banua Lima masa jabatannya dari
tahun 1859 sampai 1862. Pangeran dikenal sebagai salah seorang tokoh pemimpin
Perang Banjar melawan pemerintahan Hindia Belanda. Sebenarnya, ia adalah kandidat
utama pewaris takhta Kesultanan Banjar untuk menggantikan kakeknya Sultan Adam,
namun posisi tersebut malah diisi oleh kakak tirinya Tamjidullah II yang mendapat
dukungan dari pemerintah Hindia Belanda. Pangeran Hidayatullah adalah Sultan Ban-
jar yang dengan tipu muslihat Penjajah Belanda ditangkap dan kemudian diasingkan
bersama dengan anggota keluarga dan pengiringnya ke Cianjur. Di sana dia tinggal
dalam suatu pemukiman yang sekarang dinamakan Kampung Banjar/Gang Banjar. Sul-
tan Hidayatullah pada tahun 1999 mendapat Bintang kenegaraan (Bintang Mahaputera
Utama) dari pemerintah RI karena berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara.

3
2.4.2. Pangeran Antasari

Terlahir sebagai anak dari Pangeran Masud bin Pangeran Amir dan Gusti Khadi-
jah binti Sultan Sulaimandi lahir pada tahun 1797 di Kayu Tangi Kesultanan Banjar dan
di usia 53 tahun ia wafat pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Hindia Belanda,
ia dikenal sebagai seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Pada 14 Maret 1862, dia dino-
batkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para
kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan
Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.

2.4.3. Penghulu Rasyid

Penghulu Rasyid lahir di desa Telaga Itar tahun 1815 dan wafat di desa Banua


Lawas, 15 Desember 1861 pada umur 46 tahun, ia adalah salah seorang di antara sejum-
lah ulama Islam yang bangkit bergerak berjuang mengangkat senjata melawan penja-
jah Belanda dalam Perang Banjar. Ayah dari Penghulu Rasyid bernama Ma’ali adalah
penduduk kampung Telaga Itar. Pada waktu terjadi Perang Banjar dan perjuangan yang
menghangat di seluruh wilayah Banua Lima tahun 1860 sampai tahun 1865, Rasyid beru-
mur 45 tahun. Sejak kecil ia memiliki ciri-ciri kepemimpinan dan mempunyai kepriba-
dian yang tinggi. Dengan pengetahuan agama Islam yang dimilikinya disertai den-
gan amaliah yang kuat, Rasyid pun dijadikan sebagai pemimpin agama dengan
sebutan Penghulu. Selanjutnya ia lantas dikenal sebagai Penghulu Rasyid. Seba-
gai seorang pimpinan agama, Penghulu Rasyid tergerak jiwa patriotismenya un-
tuk membela negara Kesultanan Banjar yang dijajah Belanda. Penghulu Rasyid
dan para ulama lainnya mengorbankan semangat juang, sebagai gerakan Baratib
Baamal. Gerakan Baratib Baamal ini meliputi hampir seluruh Banua Lima den-
gan pusat kegiatan di masjid dan langgar (surau).

2.4.4. Panglima Wangkang

Penglima Wangkang atau Demang Wangkang gelar Mas Demang adalah salah


seorang panglima perang dalam Perang Banjar dari kalangan suku Bakumpai yang mem-
pertahankan Distrik Bakumpai (sekarang Barito Kuala). Panglima Wangkang merupakan

4
panglima Dayak yang berdarah Banjar. Bapaknya bernama Kendet (Pambakal Kendet),
juga seorang pejuang dan pemimpin suku Bakumpai. Ibunya bernama Ulan berasal dari
Amuntai seorang suku Banjar. Dalam membicarakan perlawanan di daerah Bakumpai
perlu disebut tokoh Demang Wangkang yang juga berpengaruh. Di Marahaban ia sepakat
dengan Tumenggung Surapati untuk menyerang ibu kota Banjarmasin. Pada tanggal 25
November 1870 ia bersama pengikutnya sebanyak 500 orang meninggalkan Marahaban
menuju Banjarmasin. Pertempuran terjadi di dalam kota, tetapi karena kekuatana Be-
landa cukup besar, Demang Wangkang menarik kembali pasukaannya keluar kota.

2.4.5. Tumenggung Surapati

Tommengoeng Soera Pattie atau Kiai Dipati Jaya Raja, kemudian bergelar
Pangeran Dipati lahir di Kalimantan Tengah, wafat pada tahun 1875, Kalimantan Tengah
dan wafat pada tahun 1875. Ia merupakan kepala suku Dayak Bakumpai-Siang yang
memihak kepada Pangeran Antasari, Ia menjadi panglima perang dalam Perang Barito
yang merupakan bagian dari Perang Banjar.

2.4.6. Demang Lehman

Demang Lehman, kemudian bergelar Kiai Adipati Mangku Negara lahir di Barabai


tahun 1832 dan wafat tanggal 27 Februari 1864 di Martapura pada usia 32 tahun, Ia
adalah salah seorang panglima perang dalam Perang Banjar. Terlahir dengan nama
Idies. Gelar Kiai Demang merupakan gelar untuk pejabat yang memegang sebuah
lalawangan (distrik) di Kesultanan Banjar. Demang Lehman semula merupakan seorang
panakawan (ajudan) dari Pangeran Hidayatullah II sejak tahun 1857. Oleh karena keseti-
aan dan kecakapannya dan besarnya jasa sebagai panakawan dari Pangeran Hidayatullah
II, dia diangkat menjadi Kiai sebagai lalawangan /kepala Distrik Riam Kanan (tanah
lungguh Pg. Hidayatullah II).

2.4.7. Ratu Zaleha

Ratu Zaleha/Djaleha lahir Muara Lawung pada tahun 1880 dan wafat di Banjar-
masin pada tanggal 24 September 1953, ia adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman
bin Pangeran Antasari yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam Perang Ban-
jar melanjutkan perjuangan Pangeran Antasari. Ratu Zaleha berjuang bersama wanita-
wanita suku Dayak yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad atau Wulan Djihad,

5
Illen Masidah dan lain-lain. Ratu Zaleha (nama lahir Gusti Zaleha) merupakan tokoh
emansipasi wanita di Kalimantan.

2.4.8. Sultan Muhammad Seman

Sultan Muhammad Seman Bin Pangeran Antasari adalah Sultan Banjar (Raja Ker-
ajaan Kastapura) dalam pemerintahan pada masa 1862-1905 (versi lain mengatakan
1875-1905). Nama lahirnya Gusti Matseman. dilahirkan sekitar tahun 1897, ia adalah
putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian (Kesultanan Banjar yang Baru) dan
Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, pan-
glima Dayak (Siang) dalam Perang Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan Sultan
Banjar yang berdarah Dayak dari pihak ibunya. ia sebagai penerus Kesultanan Banjar
yang telah dihapuskan Belanda. Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Ban-
jar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito.

2.4.9. Gusti Muhammad Said

Goesti Mad Said bergelar Pangeran Muhammad Said kemudian Panembahan


Muda masa jabatannya pada tahun 1862 sampai tahun 1875. Ia adalah salah seorang pe-
juang Perang Banjar/Perang Barito. Panembahan Muhammad Said adalah putera sulung
Pangeran Antasari, ia bersama saudaranya Sultan Muhammad Seman meneruskan per-
juangan ayahandany Pangeran Antasari melawan kolonial Hindia Belanda. Tidak lama
setelah wafatnya Pangeran Antasari, Gusti Muhammad Said menetap di Bundang di tepi
sungai Laung. Dalam Dewan Pagustian ia menjadi mangkubumi dan wafat tahun 1875.
Setelah ia wafat posisinya digantikan oleh puteranya Gusti Muhammad Tarip yang
bergelar Pangeran Perbatasari pada 1875.

2.4.10. Haji Buyasin


Nama lengkap beliau adalah Haji Muhammad Jasin. lahir di desa Sabuhur
(Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan) pada tahun 1837. Nama aslinya Muham-
mad Yasin. Masa kecil dan remaja dilalui dengan belajar agama dan taat beribadah.
Muhammad Yasin berangkat haji dalam usia muda, dan karena itulah, pada waktu
berjuang namanya disebut Haji Buyasin. Beliau terkenal sebagai pahlawan muda yang di-
juluki oleh pihak Belanda sebagai “Berandal Licin” , karena pergerakan beliau yang san-
gat susah ditebak dan beliau pada saat melakukan penyerangan suka membakar tangsi-
tangsi Belanda. Ketika ia muncul dalam barisan perjuangan bersama Demang Lehman

6
dan Pangeran Antasari, ia baru berusia kira-kira 20 tahun. Jadi nyatanya ia masih muda
sekali. Tetapi Demang Lehman telah melihat adanya sifat-sifat kepahlawanan yang dimi-
liki oleh Hadji Boeijasin yang masih sangat muda itu.

2.5 Dampak Dampak Dari Perang Banjar


2.5.1 Bidang Sosial-Politik
Dihapuskan Kerajaan Banjar dan seluruh bekas daerah Kerajaan itu, yang dimasukkan ke
dalam tatanan baru Residentie Zuider en Ooster Afdeeling van Borneo.

BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai