DISUSUN OLEH :
KELAS XI MIPA 6
0
BAB I
PENDAHULUAN
1. Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan rempah rempah. Maka pada akhir
abad ke-15, bangsa-bangsa Eropa datang ke kepulauan Indonesia dan berperang untuk
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku semasa zaman penjelajahan, salah
satunya Belanda datang ke Banjarmasin pada awal abad ke-17. Alasan kedatangan
bangsa Belanda tersebut karena daerah ini banyak menghasilkan lada dan batubara. Sejak
saat itu terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan orang Belanda. Sejak ke-
datangan bangsa asing ke Indonesia terdapat berbagai perlawanan bersenjata terhadap
penjajah. Seperti yang kita ketahui, bentuk- bentuk perlawanan bangsa Indonesia ter-
hadap penjajah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Kalimantan
Selatan. Perang Banjar (1859-1905) merupakan bentuk perlawanan yang dilakukan oleh
para pejuang di Kalimantan Selatan. Perang ini juga disebut juga perang Banjar-Barito.
Perang Banjar memunculkan sejumlah tokoh seperti Pangeran Hidayatullah dan
Pangeran Antasari dari Kesultanan Banjar, serta Aling (Panembahan Muning) yang
merupakan tokoh perjuangan dari pedalaman Borneo. Pada tahun 1817, Belanda berhasil
melakukan sebuah perjanjian dengan Sultan Banjar atau Sultan Sulaiman dan pada 4 Mei
1826, Sultan Adam Al-Watsiq Billah (penerus Sultan Sulaiman) juga melakukan perjan-
jian dengan Belanda. Inti dari dari Kedua perjanjian itu sama yaitu, Mereka harus mau
untuk menyerahkan sebagian wilayah Banjar. Wilayah yang semakin sempit ini menjadi
masalah dalam kehidupan sosial ekonomi Kesultanan Banjar. Akibat dari perang ini san-
gat dahsyat karena tidak sedikitnya jumlah korban tewas baik di pihak Belanda maupun
rakyat Banjar Barito.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan batasan masalah, maka penulis merumuskan masalah
dalam kajian ini sebagai berikut:
1. Kapan perang Banjar terjadi?
2. Apa penyebab dari perang Banjar?
3. Bagaimana jalannya perang Banjar?
4. Siapa saja tokoh tokoh yang terlibat di perang Banjar?
5. Apa saja dampak dampak dari perang Banjar?
1
6. Apa yang menyebabkan akhir dari perang Banjar ?
3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perincian rumusan masalah di atas maka tujuan penulis dari tulisan
ini sebagai berikut:
6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat di peroleh dalam tulisan ini adalah:
Bagi penulis agar lebih memahami sejarah dari perang Banjar yang pernah terjadi
di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sultan Hidayatullah II, terlahir sebagai anak dari Ratu Siti dan Sultan Muda
Abdurrahman bin Sultan Adam Al-Watsiq Billah, lahir dengan nama Gusti Andarun,
dengan gelar mangkubumi Pangeran Hidayatullah kemudian bergelar Sultan Hidayatul-
lah Halil Illah lahir pada tahun 1822 di Martapura dan wafat di usia 82 tahun pada tang-
gal 24 November 1904 di Cianjurn, Jawa Barat. Pangeran Hidayatulloh dinobatkan men-
jadi pemimpin Kesultanan Banjar pada tahun 1859 di Banua Lima masa jabatannya dari
tahun 1859 sampai 1862. Pangeran dikenal sebagai salah seorang tokoh pemimpin
Perang Banjar melawan pemerintahan Hindia Belanda. Sebenarnya, ia adalah kandidat
utama pewaris takhta Kesultanan Banjar untuk menggantikan kakeknya Sultan Adam,
namun posisi tersebut malah diisi oleh kakak tirinya Tamjidullah II yang mendapat
dukungan dari pemerintah Hindia Belanda. Pangeran Hidayatullah adalah Sultan Ban-
jar yang dengan tipu muslihat Penjajah Belanda ditangkap dan kemudian diasingkan
bersama dengan anggota keluarga dan pengiringnya ke Cianjur. Di sana dia tinggal
dalam suatu pemukiman yang sekarang dinamakan Kampung Banjar/Gang Banjar. Sul-
tan Hidayatullah pada tahun 1999 mendapat Bintang kenegaraan (Bintang Mahaputera
Utama) dari pemerintah RI karena berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara.
3
2.4.2. Pangeran Antasari
Terlahir sebagai anak dari Pangeran Masud bin Pangeran Amir dan Gusti Khadi-
jah binti Sultan Sulaimandi lahir pada tahun 1797 di Kayu Tangi Kesultanan Banjar dan
di usia 53 tahun ia wafat pada tanggal 11 Oktober 1862 di Bayan Begok, Hindia Belanda,
ia dikenal sebagai seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Pada 14 Maret 1862, dia dino-
batkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar)
dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin dihadapan para
kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas, Kapuas dan
Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
4
panglima Dayak yang berdarah Banjar. Bapaknya bernama Kendet (Pambakal Kendet),
juga seorang pejuang dan pemimpin suku Bakumpai. Ibunya bernama Ulan berasal dari
Amuntai seorang suku Banjar. Dalam membicarakan perlawanan di daerah Bakumpai
perlu disebut tokoh Demang Wangkang yang juga berpengaruh. Di Marahaban ia sepakat
dengan Tumenggung Surapati untuk menyerang ibu kota Banjarmasin. Pada tanggal 25
November 1870 ia bersama pengikutnya sebanyak 500 orang meninggalkan Marahaban
menuju Banjarmasin. Pertempuran terjadi di dalam kota, tetapi karena kekuatana Be-
landa cukup besar, Demang Wangkang menarik kembali pasukaannya keluar kota.
Tommengoeng Soera Pattie atau Kiai Dipati Jaya Raja, kemudian bergelar
Pangeran Dipati lahir di Kalimantan Tengah, wafat pada tahun 1875, Kalimantan Tengah
dan wafat pada tahun 1875. Ia merupakan kepala suku Dayak Bakumpai-Siang yang
memihak kepada Pangeran Antasari, Ia menjadi panglima perang dalam Perang Barito
yang merupakan bagian dari Perang Banjar.
Ratu Zaleha/Djaleha lahir Muara Lawung pada tahun 1880 dan wafat di Banjar-
masin pada tanggal 24 September 1953, ia adalah puteri dari Sultan Muhammad Seman
bin Pangeran Antasari yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam Perang Ban-
jar melanjutkan perjuangan Pangeran Antasari. Ratu Zaleha berjuang bersama wanita-
wanita suku Dayak yang sudah memeluk Islam seperti Bulan Jihad atau Wulan Djihad,
5
Illen Masidah dan lain-lain. Ratu Zaleha (nama lahir Gusti Zaleha) merupakan tokoh
emansipasi wanita di Kalimantan.
Sultan Muhammad Seman Bin Pangeran Antasari adalah Sultan Banjar (Raja Ker-
ajaan Kastapura) dalam pemerintahan pada masa 1862-1905 (versi lain mengatakan
1875-1905). Nama lahirnya Gusti Matseman. dilahirkan sekitar tahun 1897, ia adalah
putra dari Pangeran Antasari yang disebut Pagustian (Kesultanan Banjar yang Baru) dan
Nyai Fatimah. Nyai Fatimah adalah saudara perempuan dari Tumenggung Surapati, pan-
glima Dayak (Siang) dalam Perang Barito. Sultan Muhammad Seman merupakan Sultan
Banjar yang berdarah Dayak dari pihak ibunya. ia sebagai penerus Kesultanan Banjar
yang telah dihapuskan Belanda. Di zaman Sultan Muhammad Seman, pemerintahan Ban-
jar berada di Muara Teweh, di hulu sungai Barito.
6
dan Pangeran Antasari, ia baru berusia kira-kira 20 tahun. Jadi nyatanya ia masih muda
sekali. Tetapi Demang Lehman telah melihat adanya sifat-sifat kepahlawanan yang dimi-
liki oleh Hadji Boeijasin yang masih sangat muda itu.
BAB III
KESIMPULAN