Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

1. Riwayat Hidup Tuanku Imam Bonjol

Pahlawan Nasional Dari Minangkabau - Nama tokoh yang satu ini mungkin tidak
asing lagi bagi kita semua, apalagi bagi kita yang berasal dari Sumatera Barat
(Minangkabau). Beliau merupakan salah satu dari pahlawan nasional Republik
Indonesia dari tanah Sumatra. Kita semua mengenalnya dengan nama Tuanku
Imam Bonjol. Sejatinya sosok Imam Bonjol merupakan seorang ulama. Namun
karena pada saat itu terjadi tindakan yang semena-mena dari Belanda membuat
Tuanku Imam. Bonjol berontak kepada pihak Belanda hingga terjadi perang
antara rakyat minang yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol melawan Belanda.
Pepeperangan ini kita kenal dengan nama Perang Padri yang terjadi pada tahun
1803-1838,

Biografi Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat
dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak. Pineleng, Minahasa, 6 November
1864), adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda, peperangan itu dikenal dengan nama Perang Padri di tahun
1803-1837. Tuanku Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
berdasarkan SK Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November
1973, Nama dan gelar

Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab, yang lahir di
Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat pada tahun 1772. Sebagai ulama dan pemimpin
masyarakat setempat, ia memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin
Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang sebagai salah seorang
pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam
(pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal dengan sebutan
Tuanku Imam Bonjol.

2. Asal Nama Tuanku Imam Bonjol

Setelah dewasa, Tuanku Imam Bonjol menjadi seorang ulama dan pemimpin
setempat. Tuanku Imam Bonjol memiliki beberapa gelar, yang diantaranya Peto
Syarif, Malin Basa dan Tuanku Imam. Hingga akhirnya Tuanku nan Renceh dari
Kamang, Agam yaitu seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan menunjuknya
sebagai Imam bagi kaum Padri di Bonjol. Akhirnya masyarakat lebih mengenalnya
dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

3. Perjuangan Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol terkenal ketika ia melakukan perlawanan terhadap penjajah


Belanda dalam perang Padri. Perang Padri merupakan perang terlama yang
berlangsung dari tahun 1803 hinggan 1838 yang melibatkan sesama orang Minang
dan Mandailing atau Batak.

Pada awalnya perang tersebut dikenal sebagai perang saudra di Sumatera, Perang
tersebut terjadi karena adanya pertentangan antara kaum Padri dengan kaum dari
kerajaan padaruyung. Dalam perang ini kaum Padri menginginkan agar hukum di
daerahnya dijalankan sesuai dengan syariat Islam yang berpegang teguh pada Al-
Quran dan Sunnah Nabi Muhammmad SAW. Terjadinya perang Padri karena
masyarakat disana masih memiliki kebiasaan buruk seperti melakukan perjudian,
sabung ayam, penggunaan madat, minuman keras serta hukum yang terlalu longgar,
padahal masyarakat disana sudah banyak yang beragama Islam. Karena tidak
adanya kesepakatan antara kedua pihak, sehinggan meletuslah perang Padri yang
terkenal.

Awalnya perang Padri dipimpin oleh Tuanku Pasaman. Tuanku Pasaman kemudian
menyerang kaum adat yang dipimpin oleh Sultan Arifin Muningsyah. Serangan
pertama di Padaruyuh terjadi pada tahun 1815 dan pertemuran selanjutnya terjadi
di kota tengah dekat Batu Sangkar. Pertempuran ini kemudian membuat Sultan
Arifin Muningsyah menjdai terdesak dan terpaksa melarikan diri dari kerajaanya ke
Lubuk Jambi.

4. Tuanku Imam Bonjol Memimpin Perang Padri

Akibat merasa terdesak, akhirnya kaum adat meminta bantuan Belanda, dan secara
resmi Belanda membantu kaum adat untuk berperang melawan kaum Padri melalui
sebuah perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1821 di Padang. Dalam
perjanjian tersebut menyatakan bahwa Belanda akan mendapat penguasaan wilayah
di pedalaman Minangkabau. Perjanjian tersebut dihadiri oleh Sultan Tangkal Alam
Bagagar. Adanya campur tangan Belanda yang membantu kaum adat untuk
melawan kaum Padri membuat situasi menjadi semakin sulit.

Meskipun Belanda turut campur dalam perang tersebut, Belanda cukup kesulitan
dalam melawan Kaum Padri yang ketika itu sudah dipimpin oleh Tuanku Imam
Bonjol. Akibatnya Belanda yang merasa kesulitan kemudian mengajak Tuanku
Imam Bonjol untuk berdamai. Perdamaian tersebut kemudian dituangkan dalam
perjanjian Masang tahun 1824.

Perjanjian tersebut dilakukan oleh Belanda karena mengingat saat itu Belanda
sudah kehabisan dana untuk melakukan perang, sebab Belanda juga harus
memadamkan perang yang terjadi di daerah lain seperti perang Diponegoro. Tetapi
perjanjian tersebut tidak berlangsung lama sebab Belanda kemudian kembali
menyerang Nagari Pandai Sikek.

Hingga pada tahun 1833, perang Padri memasuki babak baru, yaitu pada akhirnya
kaum adat dan kaum Padri bersatu untuk melawan Belanda. Mereka menyadari
ternyata perang tersebut hanya menyengsarakan rakyat Minangkabau. Bersatunya
Kaum Adat dan Kaum Padri ditandai dengan Plakt Puncak Pati di Tabek Patah.

Belanda kemudian melakukan pengepungan dan penyerangan ke Benteng Kaum


Padri. Pengepungan dan Penyerangan tersebut berlangsung selama enam bulan.
Agar pengepungan dan penyerangan tersebut berhasil, Belanda terus menerus
meminta bantuan pasukan dari Batavia. Hal ini membuat posisi Tuanku Imam
Bonjol menjadi semakin terjepit. Namun Tuanku Imam Bonjol tetap melakukan
perlawanan dan tidak mau menyerah.

5. Penangkapan Tuanku Imam Bonjol Menjadi Akhir Perang Padri

Setelah sekian lamanya dikepung hingga akhirnya pada tanggal 16 Agustus 1837
benteng Bonjol dapat dikuasai oleh Belanda. Untuk menangkap Tuanku Imam
Bonjol, Belanda mengajak Tuanku Imam Bonjol untuk berunding di Palupuh pada
bulan Oktober 1837. Di tempat itu kemudian ia ditangkap dan oleh Belanda
kemudian di asingkan di Cianjur, Jawa Barat. Dari Cianjur, ia kemudian dibawa ke
Ambon hingga kemudian dipindahkan di Lotak, Minahasa, dekat Manado. Hingga
pada tanggal 8 November 1864, ia kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di
tempat tersebut.

Berkat perjuangannya melawan penjajah Belanda, pemerintah Belanda kemudian


mengangkay Tuanku Imam Bonjol sebagai pahlawan nasional. Ia diberi gelar
sebagai pahlawan nasional pada tanggal 3 November 1973. Untuk mengenang jasa
beliau, nama Tuanku Imam Bonjol banyak diabadika sebagai nama jalan, dan
digambarkan dalam uang pecahan 5.000 rupiah.
6. Penghargaan

yang telah dilakukan oleh Tuanku Imam Bonjol dapat menjadi apresiasi akan
kepahlawanannya dalam menentang penjajahan, sebagai penghargaan dari
pemerintah Indonesia yang mewakili rakyat Indonesia pada umumnya, Tuanku
Imam Bonjol diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 6
November 1973.

Selain itu nama Tuanku Imam Bonjol juga hadir di ruang publik bangsa sebagai
nama jalan, nama stadion. nama universitas, bahkan pada lembaran Rp 5.000
keluaran Bank Indonesia 6 November 2001.

7. Nilai kejuangan

Tuanku Imam Bonjol adalah pahlawan dari Sumatra Barat, Tuanku Imam Bonjol
adalah pahlawan Perang Padri (awalnya perang saudara yg dilandasi agama,
ahirnya menjadi perang kemerdekaan karena adanya campur tangan

belanda) peran Tuanku Imam Bonjol pada perang Padri adalah sebagai ulama' yang
menentang Belanda, juga sebagai pemimpin dalam perang Padri keteladanan yang
dapat diambil dari Tuanku Imam Bonjol adalah:

1) Memiliki jiwa pemberani dan ksatria

2) Memegang teguh ajaran Agama dan gigih menegakkan kalimat Allah

3) Gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan


Bab lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuanku Imam Bonjol (lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 - wafat
dalam pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6 November
1864. Nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah Muhammad Shahab. Sebagai
ulama dan pemimpin masyarakat setempat, ia memperoleh beberapa gelar, yaitu
Peto Syarif. Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan Renceh dari Kamang
sebagai salah seorang pemimpin dari Harimau nan Salapan adalah yang
menunjuknya sebagai Imam (pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. la akhirnya
lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol
Perang Padri ini muncul dengan adanya gerakan Kaum Padri atau bisa di sebut
pula dengan Kaum Ulama yang menentang tentang perbuatan-perbuatan yang
marak terjadi di kalangan masyarakat pada saat itu yang sangat tidak
mencerminkan masyarakat yang beragama di dalam kawasan kerajaan Paguyuban
yang merupakan tempat Tuanku Imam Bonjol berasal. pihak kerajaan yang
termasuk di dalamnya kaum adat meminta bantuan kepada Belanda untuk
mengirimkan pasukan militer untuk membantu dalam peperangan antar saudara
ini. Namun dengan bantuan yang di kirim Belanda ini, kaum adat dan kerajaan
pun harus menelan kenyataan bahwa imbas dari bantuan yang di kirim Belanda
tersebut adalah dengan menguasai sebagian wilayah dari kaum adat tersebut.

Dengan kekuatan dan trik-trik yang di lancarkan oleh Kaum Padri yang di pimpin
oleh Imam Bonjol ini, maka pihak Belanda yang dipimpin oleh Kapten Goffinet
dan Kapten Dienema pun mengalami kekalahan. Selanjutnya pihak Belanda pun
menawarkan suatu perjanjian yang dikenal sebagai perjanjian Masang pada tahun
1824 yang di langgar sendiri oleh pihak Belanda tersebut.

Akhirnya Kedua kaum antara kaum adat dan kaum Padri pun bersatu untuk
mengusir pasukan Belanda yang sangat merugikan tersebut, sehingga pasukan
Belnada pun akhirnya berhasil di kalahkan oleh kaum Padri.

B. Saran

Semoga dengan dibuatnya makalah ini, kita bisa mengetahui bagaimana susahnya
pejuang Indonesia zaman dahulu merebut NKRI, dari bertaruh harta maupun
nyawa. Janganlah melupakan jasa pahlawan yang telah gugur dalam membela
Indonesia dan semoga kita bisa mengambil nilai-nilai luhur dari mereka.
Daftar Pustaka

https://fikmakalah.blogspot.com/2017/01/kliping-sciarah-tentang-biografi-
imam.html#
https://wardymaliky.blogspot.com/2016/12/biografi-tuanku-imam-bonjol.html
http://mis-permata.blogspot.com/2014/01/sejarah-biografi-tuanku-imam-
bonjol.html

Anda mungkin juga menyukai