Tuanku Imam Bonjol memiliki nama asli Muhammad Shahab, yang lahir pada
tahun 1772. Ia lahir dari pasangan Bayanuddin (ayah) dan Hamatun (ibu).
Ayahnya merupakan seorang alim ulama yang berasal dari sungai Rimbang,
Suliki. Imam Bonjol belajar agam di Aceh pada tahun 1800-1802, dan dia
mendapatkan gelar Malin Basa.
Perjanjian tersebut dilakukan oleh Belanda karena mengingat saat itu Belanda
sudah kehabisan dana untuk melakukan perang, sebab Belanda juga harus
memadamkan perang yang terjadi di daerah lain seperti perang Diponegoro.
Tetapi perjanjian tersebut tidak berlangsung lama sebab Belanda kemudian
kembali menyerang Nagari Pandai Sikek.
Hingga pada tahun 1833, perang Padri memasuki babak baru, yaitu pada
akhirnya kaum adat dan kaum Padri bersatu untuk melawan Belanda. Mereka
menyadari ternyata perang tersebut hanya menyengsarakan rakyat
Minangkabau. Bersatunya Kaum Adat dan Kaum Padri ditandai dengan Plakt
Puncak Pati di Tabek Patah.