Anda di halaman 1dari 1

Tuanku Imam Bonjol

 Asal Usul Tuanku Imam Bonjol


Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1 Januari 1772. Ibunya bernama dan
Hamatun Sementara ayahnya Khatib Bayanuddin Shahab adalah ulama yang berasal dari Sungai
Rimbang. Muhammad Shahab kemudian memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan
Tuanku Imam. Kemudian Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam salah satu pemimpin dari Harimau
nan Salapan menunjuknya sebagai Imam bagi kaum Padri di Bonjol. Inilah yang membuat nama
Muhammad Shabab akhirnya lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.

 Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol di Perang Padri


Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol di Perang Padri Perseteruan Kaum Padri yaitu para ulama dengan
Kaum Adat dalam penerapan agama Islam di bumi Minang sempat menimbulkan perpecahan. Perpecahan
ini begitu serius di tengah pembahasan mengenai ritual adat yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Pada
1803, Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobangingin memperbaiki syariat Islam yang belum
sempurna yang dijalankan oleh masyarakat Minangkabau. Perseteruan membawa penyerangan
Pagaruyung oleh Tuanku Pasaman pada tahun 1815, dengan pecahnya pertempuran di Koto Tangah dekat
Batu Sangkar. Kekuatan Kaum Padri membuat Kaum Adat bersekutu dengan Belanda dan dimulailah
campur tangan sekutu pada peperangan ini. Sebagai imbalan, Belanda meminta beberapa daerah untuk
diberikan sebagai daerah kekuasaan mereka. Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch kemudian
membuat taktik dengan mengadakan Perjanjian Masang pada 1824 dengan Tuanku Imam Bonjol untuk
berdamai. Namun kemudian perang berubah di mana Kaum adat dan Kaum Padri bersatu dengan
dibuatnya Plakat Puncak Pato di Tabek Patah. Mereka bersatu untuk melawan Belanda karena kenyataan
bahwa keberadaan penjajah justru menyengsarakan Rakyat Minangkabau. Pengepungan terhadap Tuanku
Imam Bonjol berlangsung sangat lama hingga membutuhkan pasukan dari Batavia. Pada akhirnya Tuanku
Imam Bonjol menyerah dengan syarat agar sang anak Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat
kolonial Belanda.

 Akhir Hayat Tuanku Imam Bonjol


Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah pada 25 Oktober 1837 dan diasingkan ke Cianjur. Setelah itu,
Tuanku Imam Bonjol kembali dipindah ke Ambon pada tahun 1839 dan kemudian ke Minahasa hingga
akhir hayatnya. Tuanku Imam Bonjol meninggal pada 8 November 1864 dalam usia 92 tahun dan
dimakamkan di Desa Lota, Pineleng.

Anda mungkin juga menyukai