Anda di halaman 1dari 3

RESUME RELA BERKORBAN UNTUK BANGSA DAN NEGARA

DISUSUN OLEH :

JUANDA FOR TRIO

J0403231036

TEKNOLOGI REKAYASA PERANGKAT LUNAK

SEKOLAH VOKASI

IPB UNIVERSITY
Perjuangan tuanku imam bonjol dalam perang padri

Tuanku Imam Bonjol lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat pada 1 Januari 1772.
Ibunya bernama dan Hamatun Sementara ayahnya Khatib Bayanuddin Shahab
adalah ulama yang berasal dari Sungai Rimbang. Muhammad Shahab kemudian
memperoleh beberapa gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam.
Kemudian Tuanku nan Renceh dari Kamang, Agam salah satu pemimpin dari
Harimau nan Salapan menunjuknya sebagai Imam bagi kaum Padri di Bonjol. Inilah
yang membuat nama Muhammad Shabab akhirnya lebih dikenal dengan sebutan
Tuanku Imam Bonjol. Keterlibatan Tuanku Imam Bonjol di Perang Padri Perseteruan
Kaum Padri yaitu para ulama dengan Kaum Adat dalam penerapan agama Islam di
bumi Minang sempat menimbulkan perpecahan. Perpecahan ini begitu serius di
tengah pembahasan mengenai ritual adat yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
Pada 1803, Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobangingin memperbaiki syariat
Islam yang belum sempurna yang dijalankan oleh masyarakat Minangkabau.
Perseteruan membawa penyerangan Pagaruyung oleh Tuanku Pasaman pada tahun
1815, dengan pecahnya pertempuran di Koto Tangah dekat Batu Sangkar. Kekuatan
Kaum Padri membuat Kaum Adat bersekutu dengan Belanda dan dimulailah campur
tangan sekutu pada peperangan ini. Sebagai imbalan, Belanda meminta beberapa
daerah untuk diberikan sebagai daerah kekuasaan mereka. Gubernur Jenderal
Johannes van den Bosch kemudian membuat taktik dengan mengadakan Perjanjian
Masang pada 1824 dengan Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai. Namun kemudian
perang berubah di mana Kaum adat dan Kaum Padri bersatu dengan dibuatnya
Plakat Puncak Pato di Tabek Patah. Mereka bersatu untuk melawan Belanda karena
kenyataan bahwa keberadaan penjajah justru menyengsarakan Rakyat Minangkabau.
Pengepungan terhadap Tuanku Imam Bonjol berlangsung sangat lama hingga
membutuhkan pasukan dari Batavia. Pada akhirnya Tuanku Imam Bonjol menyerah
dengan syarat agar sang anak Naali Sutan Chaniago, diangkat sebagai pejabat
kolonial Belanda. Akhir Hayat Tuanku Imam Bonjol Melansir dari laman
Kemendikbud, Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah pada 25 Oktober 1837 dan
diasingkan ke Cianjur. Setelah itu, Tuanku Imam Bonjol kembali dipindah ke Ambon
pada tahun 1839 dan kemudian ke Minahasa hingga akhir hayatnya. Tuanku Imam
Bonjol meninggal pada 8 November 1864 dalam usia 92 tahun dan dimakamkan di
Desa Lota, Pineleng.

nahh dari kisah tuanku imam bonjol ini kita dapat mempelajari bagaimana
semangat juangnya untuk negara dan tanah airnya,hal tersebut dapat saya rasakan
karena tempat tuanku imam bonjol berjuang adalah tanah kelahiran saya,dengan
itu saya sebagai mahasiswa akan berjuang sebagai mahasiswa seperti apa yang
telah tuanku imam bonjol ,tetapi dengan cara saya seperti belajar dan
meningkaykan sdm di indonesia

Anda mungkin juga menyukai