Sejarah perang padri tidak berhenti begitu saja. Akibat kekalahan dari kaum adat
tersebut, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda. Akhirnya terciptalah perjanjian
Belanda dengan Kerajaan Pagaruyung (atas nama Sultan Tangkal Alam Bagar). Perjanjian
tersebut berisi penyerahan kerajaan kepada pihak Belanda. Kemudian dibentuklah penguasa
baru yaitu Sultan Tangkal. Sehingga terjadilah penyerangan balik oleh kaum adat yang
dibantu pihak Belanda. Mereka melakukan serangan di daerah Sulit Air dan Simawang.
Akhirnya para kaum padri berhasil di pukul mundur dari daerah Pagaruyung. Kemudian
Belanda melakukan pembangunan benteng pertahanan di Batusangkar. Benteng ini
dinamakan Fort Van Der Capellen.
Selanjutnya terdapat sejarah perang padri periode kedua. Pada perang padri periode
kedua ini terjadi perlawanan antara Belanda dengan gabungan kaum adat dan kaum padri.
Peperangan ini berlangsung di kota Minangkabau pada tahun 1833. Belanda kemudian
menangkap Sultan Tangkal Bagar karena dianggap sebagai penghianat. Pihak Belanda
melawan seluruh masyarakat minangkabau karena kaum adat dan kaum padri sudah bersatu.
Pada tahun 1833, Belanda mengeluarkan pengumuman yang isinya bahwa mereka tidak akan
menguasai daerah tersebut karena kedatangan Belanda hanya untuk berdagang dan menjaga
keamanan Minangkabau. Belanda juga membangun jalan dan sekolah untuk rakyat
Minangkabau. Namun rakyat minangkabau harus menanam kopi dan menjualnya kepihak
Belanda. Tidak hanya itu, garis bantuab ekonomi gerakan perlawanan Minangkabau dapat
dipatahkan yaitu ketika belanda menutup pesisir barat dan kemudian pesisir timur yang
merupakan pintu gerbang perdagangan Minangkabau.
Peperangan dalam sejarah perang padri periode kedua ini berlangsung selama 5
tahun. Belanda melakukan serangan secara beruntun untuk menembus benteng bonjol dan
menguasainya. Belanda melakukan pengepungan terhadap benteng bonjol selama kurang
lebih 1 tahun. Hal tersebut membuat penyetopan suplai makanan dan senjata kepada pasukan
Imam Bonjol. Karena Belanda sulit mengalahkan Imam Bonjol, kemudian ia mengirimkan
undangan genjatan senjata. Genjatan senjata tersebut di terima oleh Imam Bonjol dengan
pertimbangan yang matang. Genjatan senjata tadi berlangsung selama 14 hari. Bendera putih
akan dikibarkan selama terjadinya genjatan senjata. Kemudian Imam Bonjol diundang ke
kota Palupuh untuk melakukan perundingan namun tidak diperbolehkan membawa senjata
apapun.
Merosot atau berkurangnya peran politik keluarga raja juga disebabkan terjadinya
perubahan ekonomi warga di daerah. Sejak paruh pertama abad XVIII, emas yang
sebelumnya menjadi komoditasperdagangan utama minangkabau mulai semakin langka.
Daerah yang semula menjadi pusat penghasil emas (terutama daerah rantau sijunjung) mulai
mengalami kelesuan ekonomi. Kelesuan rantau sijunjung juga diikuti oleh daerah rantau
kuantan dan Batanghari. Kelesuan yang dialami oleh dua daerah yang disebut terakhir ini
terutama disebabkan oleh menurunya lalu lintas perdagangan emas yang melalui daerah
mereka. Ketiga daerah yang mengalami kelesuan itu adalah daerah-daerah yang memiliki
hubungan emosional yang sagat istimewa dengan keluarga raja dan raja pagaruyung. Dengan
demikian, secara langsung atau tidak, intensitas kontak dan hubungan serta pengakuan
terhadap pagaruyung juga semakin berkurang.
Berkurang atau hilangnya pengakuan daerah rantau berakibatsangat fatal bagi
keluarga raja dan raja sendiri, sebab satu-satunya peran politik yang dimilikinya hanyalah di
daerah rantau. Do daerah luhak nan tigo (daerah inti) minang kabau, raja bukanlah penguasa
yang memiliki kekuasaan actual. Keberadaanya didaerah itu lebih seperti sebuah lembaga
yang sacral, penjaga keseimbangan antara berbagai kelompok masyarakat yang unit social
politik yang ada disana (misalnya nagari). Dalam realitas, bebagai kelompok masyarakat dan
unit social politik tersebut selalu berada dalam situasi konflik antara satu dengan yang
lainnya. Peran utama raja didaerah itu sesungguhnya adalah menjadi juru damai dalam setiap
sangketa yang terjadi diantara mereka.
Belanda selalu melakukan upaya untuk penumpasan perlawanan yang dilakukan rakyat
yang tidak hanya dilakukan dengan tindakan represif dan militeristik. Setelah kedatangan
gubernur Van den Bosh pada agustus 1833, Beanda mulai menerapkan politik winning the
hear kepada masyarakat Sumatera Barat. Berbagai jenis pajak dihapuskan oleh belanda
seperti pajak pajak pasar yang tidak popular didaerah pedalaman dihapuskan, pajak
pemotongan hewan, pajak ekspor impor, pajak kepala. Kebijakan lainnya yang dibuat oleh
Belanda adalah menggantikan Elout dengan E. Franci, tidak mencampuri urusan
pemerintahan tradissional rakyatdan mengeluarkan plakat panjang. Plakat Panjang adalah
pernyataan atau janji-janji khidmat yang dinyatakan oleh Pemerintah Hindia Belanda kepada
rakyat Minangkabau. Plakat tersebut antara lain berisikan penyataan tidak akan ada lagi
peperangan antara Belanda dan orang Minangkabau, kalaupun ada perselisihan diselesaikan
dengan cara damai, pejabat belanda tidak boleh ikut campur dalam pemerintahan nagari,
beberapa pemimpin minangkabau akan menjadi wakil pemerintahan belanda dan mendapat
gaji, kedua pihak akan saling membantu jika ada salah satu pihak yang mendapat serangan
dari musuh dan pemerintahan tidak akan mengenakan pajak terhadap rakyat. Selain
menerapkan politik damai yang dapat menarik hati rakyat, van den Bosh sesungguhnya
menitipkan surat rahasia kepada Bauers, komandan militer daerah itu, yang berisikan agar
Sumatera Barat harus sepenuhnya dikuasai dengan segala cara, termasuk penggunaan Militer.
Sejak diumumkannya Plakat panjang,beberapa pemimpin rakyat mulai menghubungi
belanda untuk membicarakan perdamaian yang akan diwujudkan.banyak persyaratan yang
diajukan oleh Imam bonjol tetapi tidak dipenuhi dan ditolak oleh Francis. Dalam masa
“damai” itu kaum padre mengendorkan kewaspadaannya, sebaliknya belanda melakukan
persiapan perang melawan pasukan padri. Belanda pun melakukan serangan mendadak
terhadap matur, karena pasukan padre tidak memliki persiapan apapun maka matur dengan
mudah jatuh ketangan belanda. Dan beberapa daerah lainnya.
Semua gerakan militer dan penyerang itu terjadi, kaum padri menyadari bahwa Belanda
tidak serius dengan perjanjian damai yang ditanda tangani dalam plakat panjang.
Pertempuran demi pertempuran semakin sering terjadi. Ruang gerak kaum padre di bonjol
semakin sempit. Walaupun demikian,semakin dekat ke pusat pertahanan padre di Bonjol,
semakin banyak serdadu belanda yang terbunuh. Melihat banyak korban, belanda
membangun strategi stelling oorlog( perang kubu ). Disekeliling benteng binjol, belanda
banyak membangun kubu-kubu pertahanan.namun siasat ini tidak berhasil untuk merebut
Bonjol,bahkan mereka bnyak yang frustasi.hampir putus asa belanda menawarkan
perdamaian dengan Tuanku Imam Bonjol. Mengingat bahwa belanda selalu ingkar janji
dalam perjanjian maka Imam bonjol menolak tawaran belanda dan akan berjuang sampai titik
darah penghabisan.
Tahun 1835-1837 merupakan masa yang paling berat bagi pasukan Padri. Mereka
semakin terdesakdan terisolir. Untuk dapat bertahan hidup mereka terpaksa berjuang mati-
matian. Dalam masa genting untuk mempertahankan nasib kaum padre di minangkabau maka
Imam bonjol memainkan peran yang sangat penting,beliau menjadi harapan dan semangat
perjuangan kaum padri.
Pada suatu malam,Belanda menyusup kedalam benteng Bonjol melalui lubang bekas
tembakan meriam belanda dan langsung menuju rumah istri Tuanku Imam Bonjol , kaum
wanita dirumah itu diseret oleh Belanda ke luar dan putra bungsu Imam bonjol, Mahmud
yang menjaga benteng itu gugur tertembak pasukan Belanda. Tuanku Imam bonjol yang saat
itu tidur ditempat lain segera datang dan terlibat dalam pertempuran. Tentara belanda
terdesak dan melarikan diri ke luar Benteng. Rencana untuk membunuh Tuanku Imam Bonjol
pun gagal, dan pasukan belanda terdesak dan terpaksa mundur dengan meninggalkan banyak
korban.
Kekalahan yang bertubu-tubi dirasakan oleh belanda berdampak pada psikologis pasukan
belandasehingga menimbulkan perdebatan yang sangat sengit dikalangan pimpinan tertinggi
di Batavia. Pada 9 Maret-12 April 1837 panglima tentara hindia belanda terpaksa datang ke
Padang dan bonjol untuk mengadakan pengamatan “on the spot” belanda menawarkan
perundingan lagi. Tuanku menolak tawaran itu dengan mentah-mentah mengingat belanda
sering ingkar janji.
Pada 3 juli 1837 terjadi pertempuran sengit dibukit sebelah selatan Bonjol. Setelah
betempur mati-matian,pasukan Padri mulai terdesak,bahkan Belandaberhasil membangun
kubu yang hanya berjarak 25 meter dari dinding benteng bonjol.
AKHIR PERANG
Pada 15 Agustus 1837 Bukit Tajadi jatuh ke tangan belanda dan satu hari kemudian
benteng bonjol direbut Belanda. Setelah benteng Bonjol jatuh ketangan musuh,Tuanku Imam
Bonjol masih meneruskan perlawanan denagn siasat perang gerilya. Walaupun kemenangan
demi kemenangan telah dicapai oleh Belanda, tetapi perjuangan Tuanku Imam Bonjol tidak
mudah ditaklukan. Sekali lagi Belanda menawarkan perundingan. Melalui residen Sumatera
Barat di padang , belanda mengirim surat yang isinya mengajak Tuanku Imam Bonjol datang
ke palupuh untuk berunding. Kali ini ajakan belanda tersebut diterima oleh Imam Bonjol.
Tanggal 28 oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol datang ke tempat yang telah ditentukan.
Setibanya di tempat perundingan, Tuanku Imam bonjol ditangkap dan dibawa ke Batavia
untuk selanjutnya dijatuhi hukuman buang ke Cianjur, Jawa Barat. Oleh pemerintah hindia
belanda, pada 19 januari 1839 dari tempat pembuangannya di Cianjur ia dipindahkan ke
Ambon dan akhirnya pada 1841 diasingkan ke Manado. Tuanku Imam Bonjol, pahlawan
perjuangan yang gigih melawan imperium Belanda dari Sumatera Barat akhirnya meninggal
di tempat pembuangannya di Manado pada 6 November 1864 dan dimakamkan di kampung
Lotak
Setelah Tuanku Imam Bonjol ditangkap,perlawanan kaum Padri di Minangkabau
melemah. Walaupun demikian, di daerah-daerah tertentu di Minangkabau masih terdapat
perlawanan rakyat. Pemerintahan sipil di Sumatera Barat yang semula dijabat oleh
Francis,pada 18 januari 1838 digantikan oleh colonel Michiel. Penguasa baru berusaha keras
untuk segera mematahkan perlawanan Tuanku Tambusai. Setelah terdesak, Tuanku Tambusai
menyingkir ke Dalu-Dalu.,sebelah tenggara Portibi. Akhirnya dalam sebuah pertempuran
sengit, Tuanku Tambusai berhasil dikalahkan Belanda pada 28 Desember 1838. Hingga tahun
1845 tuntaslah usaha Belanda menaklukan seluruh Minangkabau.
Apa yang melatarbelakangi kaum adat meminta bantuan kepada belanda ?
Kenapa kaum Adat mau meminta bantuan kepada belanda seperti kita tauh bahwa
kaum belanda itu ingin mengadu domba kaum adat dan kaum padri Dan kenapa kaum adat
malah berbalik menyerang belanda ?