penjajahan.
Asal - Usul Nama Padri
Perang Padri dilatarbelakangi oleh kepulangan tiga orang Haji dari Mekkah sekitar tahun 1803,
yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piobang yang ingin memperbaiki syariat Islam yang
belum sempurna dijalankan oleh masyarakat Minangkabau (kaum adat). Mengetahui hal tersebut,
Tuanku Nan
Renceh sangat tertarik lalu ikut mendukung keinginan ketiga orang Haji tersebut bersama dengan
Belanda menganggap perang Diponegoro lebih penting maka Belanda ingin memberhentikan sementara
perang. Belanda kemudian minta bantuan kepada seorang saudagar keturunan Arab yang bernamaSulaiman
Aljufri. Sulaiman Aljufri menemui Tuanku Imam Bonjol agar bersedia berdamaidengan Belanda. Tuanku
Imam Bonjol menolak. Kemudian menemui Tuanku Lintau ternyatamerespon ajakan damai itu. Hal ini juga
didukung Tuanku Nan Renceh. Pada tanggal 15 November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang. Isi
Perjanjian Padang itu antara lain :
1. Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar, Saruaso, Padang GugukSigandang, Agam,
Bukittinggi dan menjamin pelaksanaan sistem agama di daerahnya.
2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang
3. Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
4. Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam.
pada fase ini adalah perang semesta rakyat
minangkabau, semsnjak tahun 1831kaum adat dan kaum
paderi bersatu dibawah pimpinan tuanku imam
FASE KE 3 bonjol.pertempuran ini berakhir saat tuanku imam
bonjol ditangkap dan dibawa ke padang. selanjutnya
(1831-1838) diasingkan ke cianjurpada tahun 1838, kemudian pada
tahun 1893 dipindahkan ke Ambon. 3 tahun kemudian
dipindahkan ke Manado hingga pada tanggal 6 november
1964 pada usia92 beliau meninggal
PERLAWANAN
RAKYAT BALI
PUPUTAN JAGARAGA
TERHADAP BELANDA
(PUPUTAN JAGARAGA
1848-1850)
LATAR BELAKANG PERANG BALI
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali, pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi
militer secara besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846) dengan kekuatan
1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat Bali.
Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang pertama dan disambut
dengan perlawanan oleh I Gusti Ktut Jelantik, yang telah mempersiapkan pasukannya di
Benteng Jagaraga sehingga dikenal dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga
berhasil digagalkan.
Pada ekspedisi ketiga (1849) dengan kekuatan yang lebih besar lagi yakni 4.177 orang
pasukan, kemudian menimbulkan Perang Jagaraga II. Perang berlangsung selama dua hari
dua malam (tanggal 15 dan 16 April 1849)
Dalam pertempuran ini, pihak Belanda mengerahkan pasukan darat dan
laut yang terbagi dalam tiga kolone. Kolone 1 di bawah pimpinan Van
Swieten; kolone 2 dipercayakan kepada La Bron de Vexela, dan kolone
3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya
Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda. Prajurit Bali dan para
pemimpin mereka termasuk I Gusti Jelantik, berhasil meloloskan diri.
PUPUTAN JAGARAGA
PERLAWANAN
RAKYAT KALIMANTAN
TERHADAP BELANDA
(PERANG BANJAR
1859-1905)
LATAR BELAKANG
PERANG BANJAR PERANG BANJAR
Perang Banjar merupakan perang yang
diawali dengan adanya konflik internal dalam
Kesultanan Banjar tentang penentuan ahli
waris penerus tahta pada tahun 1857. Saat
itu secara sepihak, Belanda menunjuk
Pangeran Tamjidillah yang memiliki
kedekatan dengan Belanda sebagai sultan
Banjar. Hal ini menimbulkan pro dan kontra
di kalangan istana sehingga memicu perang.
Sebab Umum
PERANG BANJAR
dipasok berbagai persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak,
Pangeran Antasari memindahkan markas komando di Sungai Teweh.
Pangeran Antasari juga dibantu oleh dua putranya, Gusti Muhammad Said dan Gusti
Muhammad Seman. Selain itu, ia juga dibantu oleh keluarga kerajaan yaitu Kiai Demang
Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa hari kemudian, Pangeran Antasari
jatuh sakit.
AKHIR DARI PERANG
BANJAR
Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mengidap penyakit keras yang
menyerang paru-paru hingga cacar. Meskipun dalam keadaan sakit keras, keinginan
Pangeran Antasari untuk menjadikan Kesultanan Banjar sebagai wilayah berdaulat tidak
padam.
Pangeran Antasari meninggal pada Oktober 1862 dan menitipkan pesan kepada para
pengikutnya untuk terus berjuang hingga titik darah penghabisan.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan Pangeran
Antasari dan Kesultanan Banjar. Korban di pihak Banjar lebih dari enam ribu jiwa.
Sementara pihak Belanda, kehilangan hingga lima ribu orang dan dua kapal uap yang
tenggelam
Thank
you!!