Anda di halaman 1dari 2

Perang Banjar atau Perang Banjar-Barito adalah sebuah peristiwa sejarah di mana

rakyat Kalimantan khususnya Kesultanan Banjar berperang melawan para penjajah


Belanda. Perang Banjar terjadi di wilayah Kesultanan Banjar, Kalimantan Selatan pada
tahun 1859 hingga 1905.

PENYEBAB
Pertama, karena adanya penyempitan daerah kekuasaan Kerajaan Banjar. Hal inilah
yang merupakan akibat dari adanya perjanjian dengan Belanda di tahun 1817 berisikan
bahwa Sultan Sulaiman harus menyerahkan sebagian wilayah Banjar kepada Belanda.
KRONOLOGI
Perang dipimpin oleh Pangeran Antasari dan terjadi perlawanan di berbagai daerah.
Pada 28 April 1859, pos-pos Belanda di Martapura dan Pengaron diserang oleh
pasukan Antasari.

Beberapa bulan setelahnya, Pangeran Antasari bersama pasukan Haji Buyasin, Kiai
Lang Lang, dan Kiai Demang Leman berhasil merebut benteng milik Belanda di
Tabanio. Setelah itu, peperangan pun terjadi di daerah banua Lima, Martapura dan
Tanah Laut.

Dipimpin oleh beberapa pimpinan yang berbeda mereka pun berusaha


mempertahankan Benteng Tabanio yang ketika itu diserbu oleh pasukan Belanda.
Pertempuran sengit pun terjadi sampai menghabiskan banyak korban.

Pada September 1859, Kiai Deman Leman, Tumenggung Jalil, dan Pangeran
Muhammad Aminullah menuju Kandangan untuk mengadakan perundingan dengan
tokoh pejuang lain. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan tentang penolakan
perundingan pasukan dengan Belanda.

Setelah pertemuan tersebut, perlawanan terus menerus dilakukan dan bahkan semakin
luas. Pada Maret 1860, Belanda tiba-tiba mengirim surat kepada Pangeran Hidayatullah
yang berisikan pernyataan untuk segera menyerahkan diri.

Namun hal tersebut sudah jelas ditolak oleh Pangeran mengingat semua perjuangan
pasukan yang telah dikerahkan.

Pada peperangan selanjutnya, perlu diakui bahwa mereka kekurangan Hal inilah yang
kemudian membuat Pangeran Hidayatullah mundur. Pada akhirnya, Belanda
melakukan penangkapan pada Pangeran Hidayatullah.

Akhir Perang
Pada Februari 1862, belanda akhirnya berhasil menangkap Pangeran Hidayatullah.
Beliau dibawa dan diasingkan di Cianjur, Jawa Barat.

Berita ini pun lantas membuat Pangeran Antasari marah dan melakukan genjatan
kepada Belanda melalui serangan-serangan ke benteng-benteng di Tundakan.

Pada penyerangan ini Pangeran Antasari sempat menang dan memenangkan gelar
Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin atau pemimpin tertinggi agama.

Namun itu tak berselang lama, Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862.
Akhirnya perlawanan pun dilanjutkan pada teman seperjuangan dan putra beliau.

Belanda perlahan akhirnya menyadari kekuatan rakyat bergantung pada pemimpin


mereka, oleh karena itu Belanda berusaha menangkap semua pemimpin yang ada di
masa itu. Sampai akhirnya semua pemimpin gugur, dan perlawanan rakyat Banjar dan
Belanda pun berakhir.
DAMPAK
Dampak Perang Banjar adalah terjadi penyatuan gerakan rakyat di bawah pimpinan
Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II

TOKOH
Dimana perang ini dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah dengan Pangeran Antasari
selaku panglimanya bersama dengan Demang Lehman, Tumenggung Surapati,
Tumenggung Jalil, Haji Buyasin, Penghulu Rasyid, Kyai Langlang dan para tokoh-
tokoh lainnya yang memiliki peran besar dalam perlawanan ini.

Anda mungkin juga menyukai