Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA

DISUSUN OLEH
BAGAS DIAN PRAYOGA
SANDITA TAAJ RAIHAN

SMA NEGERI 2 DUMAI


TA 2022/2023
PERANG PADRI
Perang Padri terjadi dari tahun 1821 sampai 1838 di Sumatera Barat. Dimana
perang ini melibatkan 2 kaum yaitu: kaum padri yang dipimpin oleh Tuanku Imam
Bonjol melawan kaum adat.

TOKOH TOKOH PENTING DALAM PERANG PADRI :

1. Tuanku Imam Bonjol

2. Tuanku Tambusai
Latar Belakang Perang Padri
1. Adanya gerakan Wahabi di Sumatera Barat yang dilakukan kaum Padri.
Tujuan dari gerakan ini untuk mengajarkan syariah di Sumatera sesuai
ajaran Islam.
2. Ajaran agama ini ditentang oleh kelompok penghulu yang menganggap
dirinya keturunan raja Minangkabau. Kelompok penentang ini adalah Kaum
Adat.
3. Kebiasaan dan tradisi kaum adat bertentangan dengan hukum Islam.
Sehingga para ulama ingin menerapkan cara-cara Islam di masyarakat.
4. Adanya campur tangan Belanda yang mengawali terjadinya perang Padri.
Kolonial Belanda ketika itu berpihak pada kaum Adat.
5. Perjanjian dengan Belanda ini ditandatangani di Padang. Belanda mendapat
keuntungan atas wilayah penguasaan pedalaman Minangkabau.

Jalannya perang
Perang Padri disebabkan karena adanya perbedaan pandangan antara
kaum Padri dengan kaum Adat. Peperangan terjadi selama 3 masa yaitu
tahun 1821-1825. Tahun tersebut ditandai dengan perlawanan kaum Padri
di daerah Minangkabau. Masa kedua antara 1825-1830, pertempuran mulai
mereda karena Belanda melakukan perjanjian. Awalnya perjanjian
dilakukan dengan kaum Padri.

Akhirnya kaum adat terdesak lalu meminta bantuan kepada Belanda untuk
melawan kaum Padri. Masa ketiga di tahun 1830-1838 terjadi perlawanan
kaum Padri hingga Belanda melakukan penyerbuan besar-besaran. Selama
perlawanan perang padri dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Pasukan
Tuanku Imam Bojol menghadapi pasukan Belanda yang menyerbu di
benteng Bonjol.
Belanda kesulitan untuk mengalahkan kaum Padri. Tahun 1824 terjadi
perjanjian damai dalam maklumat Perjanjian Masang. Gubernur Jenderal
Johannes van den Bosch melakukan perdamaian bersama pemimpin
Tuanku Imam Bonjol. Perjanjian dilakukan karena Belanda mengalami
kerugian di Jawa. Ketika itu terjadi perang Diponegoro sehingga Belanda
kehabisan dana dalam peperangan. Tahun 1833 terjadi perubahan perang
antara kaum Adat dan kaum Paderi melawan Belanda. Kaum Adat
menyadari Belanda merugikan masyarakat Minangkabau sendiri. Pada 16
Maret sampai 17 Agustus 1837 terjadi penyerangan dan pengepungan
benteng yang dilakukan oleh Belanda. Ketika itu perwira Belanda datang
dengan pasukan yang lebih besar. Belanda membawa jenderal dan para
perwira besar. Selain itu Belanda mendatangkan tentara dari berbagai suku
seperti Jawa, Madura, Bugis, dan Ambon.

Selain itu Belanda membawa tentara dari Eropa namun serangan tersebut
masih gagal. Pada 20 Juli 1837, Belanda membawa beberapa tentara dari
Eropa dan Afrika untuk mengepung Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya.
Belanda sampai tiga kali menyerang benteng Bonjol untuk mengalahkan
pasukan Tuanku Imam Bonjol. Belanda akhirnya berhasil menguasai
benteng pada 16 Agustus 1837.

AKHIRNYA PERANG
Tuanku Imam Bonjol akhirnya menyerah kepada Belanda pada Oktober
1837. Imam Bonjol kemudian dipindahkan ke Cianjur, Jawa Barat kemudian
ke Ambon, hingga ke Minahasa. Tuanku Imam Bonjol meninggal dunia pada
8 November 1864 di tempat pengasingan. Beliau dimakamkan di desa Lota
Pineleng. Perjuangan Tuanku Imam Bonjol menentang penjajahan
diapresiasi hingga mendapat penghargaan oleh pemerintah Indonesia. Pada
6 November 1973, Tuanku Imam Bonjol diangkat menjadi Pahlawan
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai