Anda di halaman 1dari 13

Perang Padri

(1821-1837)
Kelompok 6 XI MIPA 1
Angela Ayu Sandra P (03)

Fatikha Nur Fadillah (17)

Radinka Rafi’Ie Achmad (29)

Wulan Nur Anggreini (35)

2
✘ Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau,
Sumatera Barat, pada tahun 1821-1837.
✘ Perang Padri sebenarnya merupakan
perlawanan kaum Padri terhadap dominasi
pemerintahan Hindia Belanda di Sumatera
Barat yang dimulai dengan pertentangan
antara kaum Padri dengan kaum Adat
dalam masalah Pratik keagamaan

3
Latar Belakang
✘ Dilatarbelakangi perseteruan antara kaum Padri dan kaum Adat. Pulangnya Haji
Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piobang dari tanah suci untuk memurnikan agama
islam di tanah Minangkabau membuat Teuku Nan Renceh tertarik, yang kemudian
membentuk kelompok Harimau Nan Salapan. Pada saat itu, kaum Adat memiliki
kebiasaan yang bertentangan dengan ajaran islam (berjudi, sambung ayam, dan
minum minuman keras).
✘ Kaum Padri berupaya mengadakan perundingan dengan kaum Adat agar kaum
Adat berhenti menjalankan kebiasaan yang bertentangan dengan islam.
Perundingan mereka tidak kunjung mencapai kesepakatan. Yang Dipertuan
Pagaruyung tampaknya tidak sepakat dengan kaum Padri. Pada tahun 1803 Kaum
Padri akhirnya menyerang Kerajaan Pagaruyang. Penyerangan kaum Padri
membuat kaum Adat terdesak.
Kronologi Perang Padri
Perang jilid pertama (1821-1825)
Dimulai dari gerakan kaum padri melakukan pencegatan terhadap patrol-patroli Belanda dan
menyerang pos-pos (pos-pos Simawang pos-pos Soli Air, Sipinang, dan lain-lain).
Tuanku Pasaman menggerakkan sekitar 20.000-25.000 pasukan dengan senjata tradisional dan
melakukan serangan di sebelah timur gunung. Sementara, Belanda menggerakkan 200 orang
serdadu Eropa dan 10.000 pasukan kaum Adat menggunakan senjata modern. Pihak Tuanku
Pasaman kehilangan sekitar 350 prajurit termasuk putra Tuanku Pasaman. Belanda juga tidak
sedikit kehilangan pasukan. Tuanku Pasaman dengan sisa pasukannya memutuskan untuk mundur
ke Lintau. Sementara pasukan Belanda terus maju menguasai seluruh lembah Tanah Datar,
kemudian mendirikan benteng Front Van der Capellen di Batusangkar.
5
Kronologi Perang Padri
Perang jilid kedua (1825-1830)
Pada fase ini tanggal 15 November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang yang berisi :
1. Belanda mengakui kekuasaan Kaum Padri yang meliputi daerah Batusangkar, Padang Guguk
Sigandang, Bukittingi, Agam, dan Saruaso, serta menjamin berjalannya sistem keagamaan di
daerah tersebut.
2. Kedua Pihak yang berperang sepakat untuk menahan diri dan tidak akan saling menyerang.
3. Kedua pihak akan melindungi orang yang melintas di daerah-daerah tersebut dan menjamin
keamanan para pedagang.
4. Belanda akan melarang praktik sabung ayam yang saat itu ramai dilakukan

6
Bersatunya kaum adat dan kaum padri
Perlawanan yang dilakukan kaum Padri membuat Belanda mengajak
pemimpin kaum padri yaitu Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan
maklumat Perjanjian Masang. Tuanku Imam Bonjol berusaha
memulihkan kekuatan dan kembali merangkul kaum Adat. Kaum Adat
bersekutu dengan kaum Padri setelah menyadari bahwa mereka hanya
diadu domba dan dimanfaatkan. Setelah perang, Belanda selalu
merampas harta milik kaum Adat. Bersatunya kaum Adat dan Padri ini
dimulai dengan adanya kompromi yang dikenal dengan nama Plakat
Puncak Pato di Tabek Patah. Dari sana lahirlah sebuah konsenus adat
basandi syarak, yakni adat berdasarkan agama.
Kronologi Perang Padri
Perang jilid ketiga (1830-1837/1838)
Setelah Perang Diponegoro berakhir, semua kekuatan Belanda dikonsentrasikan ke Sumatera Barat.
Pada fase ini kaum Adat bersekutu dengan kaum Padri setelah mereka menyadari bahwa mereka
hanya diadu domba dan dimanfaatkan. Setelah perang, Belanda selalu merampas harta milik kaum
Adat. Pada tanggal 11 Januari 1833 beberapa kubu pertahanan dari garnisun Belanda diserang secara
mendadak oleh kaum padri dan masyarakat adat yang telah bersatu. Belanda lalu berupaya
mengadakan gencatan senjata dengan mengadakan perjanjian Plakat Panjang.
Pada tahun 1834 sampai 1836 Belanda berusaha menaklukan Benteng Bonjol. Pada 3 Desember 1836
Benteng Bonjol diserbu besar-besaran. Beberapa keluarga Tuanku Imam Bonjol terbunuh. Tahun
1837 Belanda berhasil menaklukan Benteng Bonjol. Tuanku Imam Bonjol dan pasukannya mundur.
8
Berakhirnya Perang Padri
Dalam persembunyiannya, Tuanku Imam Bonjol berusaha menyatukan
pasukan yang tercerai berai. Namun, hanya sedikit yang siap berperang
kembali. Tiba-tiba datang surat tawaran dari Residen Francis di Padang
untuk mengajak berunding. Selama 14 hari berkibar bendera putih dan
gencatan senjata berlanjut. Tuanku Imam Bonjol diminta untuk datang
ke Palupuh, tempat perundingan, tanpa membawa senjata. Tapi hal itu
ternyata hanya jebakan Belanda untuk menangkap Tuanku Imam
Bonjol, peristiwa itu terjadi di bulan Oktober 1837. Tuanku Imam Bonjol
diasingkan. Perang Padri terus berlanjut. Tuanku Tambusai dan para
pasukan terdesak hingga pindah ke Negeri Sembilan di Semenanjung
Malaya, Pada tanggal 6 November 1864, Tuanku Imam Bonjol
menghembuskan nafas terakhirnya. Dengan ini berakhirlah Perang
Padri

9
Keterlibatan Belanda

✘ Perang saudara antara kaum Padri dan kaum Adat sangat menguntungkan Belanda untuk
menjalankan politik Devide et Impera. Kaum Adat yang terdesak meminta pertolongan kepada
Belanda. Keterlibatan Belanda karena undangan kaum Adat ditandai dengan penyerangan Simawang
dan Sulit Air.
✘ Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil
memukul mundur kaum Padri keluar dari Pagaruyung.
✘ Kapten Goffinet meninggal pada 5 September 1822 yang membuat Belanda terdesak.
✘ Pada bulan September 1822 pasukan Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar karena terus tertekan
oleh serangan kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. Perlawanan kaum Padri terhadap
kaum Adat yang dibantu Belanda berjalan hingga tahun 1833.
Tokoh-tokoh Perang Padri

Pihak pribumi : Belanda :


1. Tuanku Imam Bonjol 1. Mayor Jenderal Cochius
2. Tuanku Pasaman 2. Letnan Kolonel Raaf
3. Tuanku Nan Renceh 3. Letnan Kolonel Elout
4. Haji Miskin, Haji Sumanik, 4. James Du Puy
dan Haji Piabang 5. Kapten Goffnet
5. Tuanku Mensiangan 6. Kolonel De Stuers
6. Tuanku Nan Cerdik 7. Pasukan legium Sentot Ali Basah
7. Tuanku Tambusai Prawirodirjo
8. Tuanku Rao 8. dll
9. dll

11
Dampak dari Perang Padri

1. Tanah Sumatra Barat jatuh ke tangan Belanda


2. Tertangkapnya Tuanku Imam Bonjol
3. Benteng Bonjol dikuasai Belanda
4. Rakyat semakin menderita karena diterapkannya sisitem tanam paksa
5. Pembangunan monumen padri
6. Beberapa titik pertempuran dijadikan sebagai tempat wisata di Minangkabau.
7. Ditetapkannya Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Tambusai sebagai Pahlawan
Nasional.
13

Anda mungkin juga menyukai