Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 2

Anggota Kelompok :

s Andre Fransiscus Masalle


of slide Ezra Kansya Tumatar
first set Kalvario Marhaen Justitia Bolang
with the Maurina Chasimira Edenie
start Pangalasen
Let’s
Rafael Kent Anggung
PERANG PADRI
Apa itu
Padri?
Padri adalah
1. Aceh : padir “Tempat persinggahan para jamaah haji”
2. Belanda : padre “Bapa / Pendeta” (diambil dari bahasa
Portugis)

4
Pendahuluan
Perang Padri adalah perang yang terjadi
karena perlawanan 2 kelompok yaitu kaum
padri dan kaum adat alam praktek
keagamaan. Perang padri ini terjadi di tanah
Minangkabau, Sumatera Barat pada tahun
1821-1837.

6
Perang ini terjadi karena adanya pertentangan antara kaum
padri dan kaum adat. Perlu diketahui, meskipun masyarakat
Minangkabau telah memeluk agama islam namun kaum adat
tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Dalam
melaksanakan pemurnian praktik ajaran islam, kaum padri
mementang praktek berbagai adat dan kebiasaan kaum adat
yang memang memang dilarang dalam ajaran islam. Kaum
adat yang mendapat dukungan dari beberapa pejabat penting
kerajaan menolak gerakan kaum padri. Terjadilah pertentangan
antara kedua belah pihak. Peperangan ini menjadi pintu masuk
bagi Belanda untuk ikut campur dalam urusan Minangkabau.
7
FASE
PERTAMA
1821 - 1825
Kaum Padri menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap patroli-patroli
Belanda. Bulan September 1821 pos-pos Simawang, Soli air, dan Sipinang
menjadi sasaran serbuan kaum Padri yang dipimpin oleh Tuanku Pasaman, ia
mengadakan serangan disekitar hutan di sebelah timur gunung. Pertempuran
ini memakan banyak korban termasuk putra Tuanku Pasaman. Tuanku
Pasaman dan pasukannya mengundurkan diri ke Lintau sementara pasukan
Belanda menguasai seluruh lembah tanah datar dan mendirikan benteng di
batu sangkar . Pada perang ini Belanda bergabung atau memihak pada kaum
adat untuk melawan kaum padri, kaum padri mmenggunakan senjata-senjata
tradisional, seperti tombak dan parang. Sedangkan Belanda dengan kekuatan
200 orang serdadu Eropa ditambah sekitar 10.000 pasukan orang pribumi
termasuk kaum adat, Belanda menggunakan senjata yang lebih modern,
seperti meriam dan senjata api lainnya Belanda ataupun Pihak Tuanku
Pasaman
9
FASE
KEDUA
1825-1830
Kolonel De Stures yang merupakan penguasa sipil dan militer di
Sumatera Barat berusaha mengadakan kontrak dengan tokoh-tokoh
kaum Padri untuk menghentikan perang dan sebaliknya perlu
mengadakan perjanjiandamai. Kaum Padri tidak begitu menghiraukan
ajakan damai Belanda, karena Belanda sudah biasa bersikap licik.
Belanda kemudian minta bantuan kepada seorang saudagar keturunan
Arab yang bernama Sulaiman Aljufri untuk mendekati dan membujuk
para pemuka kaum Padri agar dapat diajak berdamai. Sulaiman Aljufri
menemui Tuanku Imam Bonjol agar bersedia berdamai dengan Belanda,
namum ajakannya ini ditolak oleh Tuanku Imam Bonjol. Kemudian
menemui Tuanku Lintau yang ternyata merespon ajakan damai itu. Hal
itu juga didukung Tuanku Nan Renceh. Itulah sebabnya pada tanggal 15
November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang.
11
Perjanjian Padang
1. Belanda mengakui kekuasaan pemimpin Padri di Batusangkar,
Saruaso, Padang Guguk Sigandang Agam, Bukittinggi dan
menjamin pelaksanan system agama di daerahnya.
2. Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang.
3. Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang orang-
orang yang sedang melakukan perjalanan.
4. Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam.

12
FASE
KETIGA
1830-1837/1838
Pada fase ketiga ini, Kaum Padri, atau kaum Muslimin ingin
memberlakukan Hukum Syariah di Sumatera Barat tetapi ditolak oleh
Adat, atau orang-orang yang masih menjunjung tinggi tradisi. Kaum Padri
ingin melarang tradisi yang tidak islami termasuk sabung ayam dan
perjudia. Pada tahun 1820-an kaum Padri mulai mendapatkan simpati dari
kaum Adat. Dengan demikian, kekuatan para pejuang di Sumatera Barat
meningkat. Orang-orang Padri yang mendapatkan dukungan kaum Adat
itu bergerak ke pos-pos tentara Belanda.
Ini merupakan perang puncak dari perang Padri dan menjadi salah satu
perang semesta yang melegenda dimana semua rakyat minang kabau
dan kaum padri melakukan penyerangan dengan menyeluruh. Tuanku
Imam Bonjol melakukan pengungsian dari Bonjol ke Marapak karena, Bojol
dikuasai secara keseluruhan oleh pemerintah Belanda. Perang Padri ini
berakhir dengan penangkapan dari Tuanku Imam Bonjol yang pada
akhirnya diasingkan ke Cianjur dan pada tahun 1389 dia dipindahkan ke
daerah Ambon.
14
Tokoh
Perang Padri
Tuanku Imam Bonjol
Siapa yang tidak kenal Tuanku Imam Bonjol? Pahlawan yang
menghiasi dompet kita dalam bentuk 5rb rupiah merupakan salah
satu tokoh terpenting dalam sejarah perang padri. Tuanku Imam
Bonjol dengan nama asli Muhammad Shahab (lahir di Bonjol,
Pasaman, Sumatra Barat, Indonesia, 1772-wafat dalam pengasingan
dan dimakamkan di Lotta, Pineleng, Minahasa, 6 November 1864)
adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang yang berperang
melawan Belanda dalam peperangan yang dikenal dengan nama
Perang Padri pada tahun 1803-1838. Sebagai ulama dan pemimpin
masyarakat setempat, Muhammad Shahab memperoleh beberapa
gelar, yaitu Peto Syarif, Malin Basa, dan Tuanku Imam. Tuanku nan
Renceh dari Kamang, Agam sebagai salah seorang pemimpin dari
Harimau nan Salapan adalah yang menunjuknya sebagai Imam
(pemimpin) bagi kaum Padri di Bonjol. Ia akhirnya lebih dikenal
dengan sebutan Tuanku Imam Bonjol.
16
Terima kasih atas
perhatiannya!
MERDEKA

17
18

Anda mungkin juga menyukai