Anda di halaman 1dari 8

PERANG

PADRI
GROUP MEMBER

Nisa N. A Elis S. E Nadila Cahya Robby S. P


LIST OF CONTENT
Introduction Dampak Perang padri

Penyebab Perang padri

Kronologi Perang padri


INTRODUCTION

Perang padri adalah sebuah peristiwa sejarah yang


melibatkan kelompok ulama yang di sebut kaum padri
dengan kaum adat di kawasan kerajaan Pagaruyung
dan sekitarnya. Perang padri di ketahui di Sumatera
Barat, tepatnya di wilayah kerajaan Pagaruyung pada
tahun 1803-183
PENYEBAB
PERANG PADRI

Perang Padri pada mulanya disebabkan adanya perbedaan prinsip mengenai ajaran
agama antara Kaum Padri dengan Kaum Adat. Pertentangan terjadi karena kaum Padri
atau kelompok ulama ingin mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada di masyarakat
Kaum Adat.
Kaum Padri terdiri atas ulama-ulama yang memiliki tujuan untuk memurnikan ajaran
Islam di Minangkabau, sedangkan kaum Adat merupakan kelompok masyarakat di
Minangkabau yang masih memegang teguh adat istiadat dari leluhur mereka
KRONOLOGI PERANG
PADRI
Setelah Kaum Padri melakukan berbagai cara untuk mengajak masyarakat adat meninggalkan perbuatan maksiat dan
mengikuti syariat Islam, meletuslah perang pada tahun 1803. Puncak perang saudara ini terjadi pada tahun 1815, di mana
Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman menyerang Kerajaan Pagaruyung sehingga pecah peperangan di Koto
Tangah. Pada tanggal 4 Maret 1822, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letnan Kolonel Raaff berhasil memukul mundur
Kaum Padri keluar dari Pagaruyung. Pada tanggal 10 Juni 1822 pergerakan pasukan Belanda di Tanjung Alam dihadang oleh
Kaum Padri, namun pasukan Belanda dapat terus melaju ke Luhak Agam. Pada tanggal 14 Agustus 1822 dalam pertempuran
di Baso, yang membuat pemimpin pasukan Belanda yaitu Kapten Goffinet menderita luka berat kemudian meninggal dunia
pada 5 September 1822.
Pada bulan September 1822 pasukan Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar karena terus tertekan oleh serangan Kaum
Padri yang dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh. Pada 13 April 1823, setelah mendapat tambahan pasukan maka Letnan
Kolonel Raaff mencoba kembali menyerang Lintau. Namun Kaum Padri dengan gigih melakukan perlawanan, sehingga pada
tanggal 16 April 1823 Belanda terpaksa kembali ke Batusangkar. Pada tahun 1824, raja terakhir Minangkabau yaitu Yang
Dipertuan Pagaruyung Sultan Arifin Muningsyah kembali ke Pagaruyung atas permintaan Letnan Kolonel Raaff, namun
pada tahun 1825 beliau wafat dan kemudian dimakamkan di Pagaruyung. Pada 15 November 1825, disepakati Perjanjian
Masang yaitu periode gencatan senjata yang disepakati antara pasukan Belanda dengan Kaum Padri yang dipimpin oleh
Tuanku Imam Bonjol. Perang saudara yang berlangsung dari tahun 1803 hingga tahun 1821 dan telah merugikan kedua belah
pihak baik harta maupun korban jiwa pun berakhir.
DAMPAK PERANG PADRI

1. Jatuhnya Wilayah Sumatra ke Tangan


Belanda
2. Kerugian Manusia dan Harta Benda
3. Pengasingan Tuanku Imam Bonjol
4. Persatuan Pemimpin Tradisional dan Agama
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai