Perang Padri
Pada 1803 datang 3 ulama lain, yaitu: Hj. Miskin, Hj.
Sumanik, dan Hj. Piabang. Mereka melanjutkan gerakan
pembaruan atau pemurnian pelaksanaan ajaran Islam.
Orang yang melakukan permunian pelaksaan ajaran
Islam disebut Kaum Padri. (Padir : tempat persingahan
para jamaah haji) ; (Padre dari bahasa Portugis untuk
menunjukkan orang orang islam berpakaian putih,
sedangkan orang Minangkabau berpakaian hitam.)
Dalam melaksanakan pemurnian, kaum Padri
menentang berbagai adat dan kebiasaan kaum Adat.
Sehingga terjadilah bentrok antar kedua pihak.
Perang Padri
Pada 1821, Belanda mengangkat James Du Puy
sebagai residen di Minangkabau.
Tanggal 10 Februari 1821, beliau mengadakan
perjanjian persahabatan dengan Tuan Suruasu dan 14
Penghulu Minangkabau.
Pada 18 Februari 1821, Belanda telah diberi kemudahan
oleh Kaum adat sehingga berhasil menduduki
Simawang, daerah tersebut ditempatkan 2 meriam dan
100 pasukan Belanda.
Hal tersebut sangat ditentang oleh Kaum Padri sehingga
meletus lah Perang Padri.