Anda di halaman 1dari 2

Biografi Tuanku Imam Bonjol

Ayah Tuanku Imam Bonjol, Khatib Rajamuddin adalah seorang guru agama yang taat
menjalankan ibadah agama islam. Hal itu mengakibatkan Tuanku Imam Bonjol memiliki
pandangan yang sangat teguh terhadap ajarang islam. Sebagai pemimpin beliau memiliki
pendirian yang teguh, tegas dan tidak mudah berubah.
Khatib Rajamuddin meninggal pada tahun 1799, saat Tuanku Imam Bonjol berusia 7
tahun. Pendidikan Tuanku Imam Bonjol dilanjutkan oleh neneknya bernama Tuanku Bandaharo.
Nama Muhammad Syahab (Tuanku Imam Bonjol) ditukar menjadi Peto Syarif. Karena
kecerdasan dan kecakapannya, Peto Syarif dapat menyelesaikan pendidikannya bersama Tuanku
Bandaharo dengan cepat. Beliau yang masih haus akan ilmu islam pergi berkeliling untuk
mencari ilmu islam.
Pada tahun 1803 gerakan Paderi dimulai. Malin Basa dan keluarganya pergi ke Kamang,
Minangkabau. Di sana, beliau memiliki guru bernama Tuanku Nan Tuo yang menitik beratkan
ilmunya pada perang. Malin Basa menjadi murid kepercayaan Tuanku Nan Tuo. Bahkan beliau
diperintah untuk mendirikan benteng di Batusangkar dan mendapat ilmu militer lebih lanjut dari
Haji Piobang pada tahun 1805. Malin Basa juga berpengaruh pada gerakan Paderi yang
dicetuskan oleh Tuanku Nan Tuo. Gerakan Kaum Paderi sebelum partisipasi aktif Tuanku Imam
Bonjol berpusat di Kemang. Gerakan ini bertempur dengan penghulu dan anak buahnya di Bukit
Betabuh, dan akhirnya kemenangan diperoleh oleh kaum Paderi. Setelah Kemang, Luhak Agam
pun berhasil dikuasai kaum Paderi.
Setelah peperangan Belanda dengan Pangeran Diponegoro selesai Belanda mengirim
pasukan dan memusatkan perhatiannya di Minangkabau. Tahun 1831 pertahanan kaum Paderi
mulai diserang oleh Belanda secara serentak. Banyak wilayah yang berhasil dikuasai oleh
Belanda. Keadaan Tuanku Imam Bonjol pada akhir tahun 1832 sangat terjepit. Belanda sudah
menguasai seluruh Minangkabau. Bonjol sudah dikepung dari segala arah. Tuanku Imam Bonjol
beserta pasukannya mati-matian bertahan di dalam benteng Bonjol yang kuat itu.
Pengepungan Benteng Tuanku Imam Bonjol berlangsung selama 7 bulan. Hingga akhirnya
Belanda mengirim surat perdamaian, tapi Tuanku Imam Bonjol membalasnya dengan sebuah
perundingan yang bersyarat. Karena dianggab merugikan pihak Belanda, perundingan tidak
disetujui oleh Jendral Mayor Cleerens, maka terjadilah perang besar-besaran pada tanggal 3
Desember 1836. Walaupun Belanda menggunakan Meriam-meriam besarnya, tetap saja Benteng
Tuanku Imam Bonjol tidak dapat ditembus.
Karena sulit menaklukan Benteng Tuanku Imam Bonjol, samppai-sampai Belanda harus
mengirim Panglima Militer Hindia Belanda yaitu Mayor Jendral Coclius, prajurit dan peralatan
didatangkan ke Minangkabau. Pada tanggal 18 Agustus 1837 akhirnya Benteng jatuh ke tangan
Belanda tapi Tuanku Imam Bonjol dapat melarikan diri bersama keluarganya dan pengikut-
pengikut setianya.
Beliau melarikan diri ke Merapak, Belanda terus mengejar Tuanku Imam Bonjol, sehingga
terjadilah aksi kejar buntut yang mengakibatkan Tuanku Imam Bonjol harus berpindah-pindah
mencari tempat persembunyian yang baru. Hingga suatu saat surat datang dari Belanda kepada
Tuanku Imam Bonjol, untuk berunding di Pelupuh, karena keaadan beliau memutusakan untuk
bersedian menghadiri perundingan. Ternyata beliau ditipu lalu ditangkap pada tanggal 28
Oktober 1837.
Tuanku Imam Bonjol dipenjarakan di Bukittinggi, lalu dipindah ke penjara di Padang.
Kemudian di asingkan ke Cianjur di Keresidenan Periangan. Di Periangan beliau sempat menjadi
Guru Agama. Pada akhir tahun 1838 beliau diasingkan ke Ambon. 19 Januari 1939 diasingkan
ke Manado, Sulawesi Utara . Hingga akhirnya pada 8 November 1864 beliau meninggal dengan
damai setelah mengalami masa pengasingan selama 27 tahun, beliau dimakamkan di Lutak,
Minahasa. Tuanku Imam Bonjol merupakan Pahlawan Nasional Republik Indonesia dan
tentunya pemimpin yang tak terkalahkan dari Minangkabau.
Kelebihan tokoh Tuanku Imam Bonjol
1. Pintar
2. Cinta damai
3. Tak pernah puas dengan Ilmu yang didapatkan
4. Dapat dipercaya
5. Pantang menyerah
6. Rela Berkorban
7. Berpengetahuan tinggi tentang Islam
8. Jujur
9. Alim

Kekurangan tokoh Tuanku Imam bonjol


1. Mudah percaya dengan omongan Belanda

Anda mungkin juga menyukai