Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PERANG BANJAR”

Disusun oleh:

KELOMPOK 4

o Davin Ivander Kumila


o Dhenada Glein Titus
o Elviani
o Fitri
o Lira virna
o Makaylah Nurfatiha M

XI MIPA 1

UPT SMA NEGERI 3 LUWU UTARA

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata pelajaran SEJARAH
INDONESIA dengan judul “Perang Banjar”.

Penyusun tentu menyAdari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penyusun mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perang Banjar .................................................................... 3


B. Jalannya Perang Banjar .............................................................................. 5
C. Hasil Akhir dengan Kekalahan Kesultanan Banjar .................................... 7
D. Tokoh Pahlawan Perang Banjar ................................................................. 8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kalimantan adalah salah satu pulau terbesar di Indonesia. Kalimantan Selatan


dengan ibukotanya Banjarmasin juga punya kisah tersendiri dalam sejarah. Di
Kalimantan Selatan, dulu pernah ada sebuah kerajaan bernama Kerajaan Banjar.
Wilayah Kesultanan Banjarmasin di abad ke 19 ini meliputi wilayah Kalimantan
Selatan dan Kalimantan Tengah. Pusat kerajaan ini ada di Martapura. Kesultanan
Banjar ini punya posisi yang cukup strategis di dalam kegiatan perdagangan dunia pada
masa itu. Apalagi Kalimantan saat itu punya banyak banget sumber daya alam seperti
emas, intan, lada, rotan dan damar.

Melihat banyaknya sumber daya alam yang dimiliki oleh Kerajaan Banjar,
Belanda semakin ingin menguasai wilayah Kerajaan Banjar ini. Setelah melakukan
berbagai macam paksaan dan tipu daya, Belanda berhasil melakukan sebuah perjanjian
dengan Sultan Banjar atau Sultan Sulaiman di tahun 1817. Dalam perjanjian itu, Sultan
Sulaiman harus mau untuk menyerahkan sebagian wilayah Banjar seperti daeah Dayak,
Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir
Kutai dan Beran. Dengan adanya perjanjian itu, wilayah Kesultanan Banjar semakin
sedikit dan wilayah Belanda semakin besar.

Bahkan, ada sumber sejarah yang mengatakan bahwa sisa wilayah Banjar hanya
tinggal Hulu Sungai, Martapura dan Banjarmasin. Penyempitan wilayah itu
menyebabkan perubahan kondisi ekonomi Kerajaan Banjar. Penghasilan para
pemimpin kerajaan juga semakin mengecil. Masuknya pola hidup Barat semakin
membuat biaya hidup yang harus dikeluarkan semakin besar. Dengan kesulitan hidup
ini, para pejabat Kerajaan dan Belanda menaikkan jumlah pajak harus dibayarkan oleh
rakyat. Hal ini membuat rakyat semakin menderita dan hal ini juga yang menjadi awal
dari terjadinya perang Bajnar yang terjadi di Kalimantan ini.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penyusun merumuskan masalah sebagai


berikut:

1. Apa latar belakang terjadinya perang banjar?


2. Bagaimana jalnnya perang banjar?
3. Siapa saja pahlawan perang banjar?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai tugas mata pelajaran
SEJARAH INDONESIA dan juga untuk menambah pengetahuan penyusun tentang
sejarah Perang Banjar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perang Banjar

Pada abad keenam belas, Belanda atas nama East United India Company sudah
datang dan menjalin kontrak di Pulau Kalimantan. Tepatnya pada tahun 1606. Pada
tahun 1635, kontrak pertama perdagangan lada ditandatangani bersama dengan
Kesultanan Banjar. Waktu itu, lada merupakan produk mewah di Eropa dan tentunya
menjadi alasan utama Belanda berada di tempat ini. Beberapa dekade berikutnya sudah
muncul peperangan kecil dan bentrokan senjata karena kontrak lada yang tidak
dipenuhi. Yang paling serius adalah insiden pembunuhan 64 orang Belanda dan 21
orang Jepang di Kota Waring pada tahun 1638.

Pada abad kesembilan belas, Herman Willem Daendels selaku Gubernur Hindia
Belanda, memutuskan untuk meninggalkan Banjarmasin atas pertimbangan tidak
ekonomis. Kemudian Inggris mengambil alih Kalimantan sebagai akibat dari Perang
Napoleon pada tahun 1811. Namun, pada Desember 1816, kewenangan Kalimantan
kembali dari Inggris ke Belanda. Belanda menandatangi kontrak baru dengan Sultan.
Pada Januari 1817, bendera Sultan diganti dengan bendera Belanda. Perlahan,
kekuasaan Sultan digantikan oleh Hindia Belanda. Di tahun-tahun berikutnya, timbul
pemberontakan kecil dan ada kontrak tidak adil yang ditandatangani.

Sultan Tahmidillah I memiliki tiga orang anak yang bisa menggantikan


kedudukannya sebagai sultan yaitu Pangeran Amir, Pangeran Abdullah dan Pangerah
Rahmat. Muncullah Pangeran Nata yang merupakan saudara Sultan Tahmidillah I.
Antagonis ini membunuh Pangeran Abdullah dan Pangeran Rahmat atas bantuan
Belanda. Hanya Pangeran Amir yang selamat. Belanda lalu mengangat Pangeran Nata
menjadi Sultah Tahmidillah II.

Pangeran Amir yang selamat tentu tidak menerima Sultan Tahmidillah II


menjadi Sultan Banjar. Konflik pun meletus selama beberapa tahun. Namun dengan
mudahnya Sultan Tahmidillah II dan Belanda mengalahkan Pangeran Amir. Pangeran
Amir ditangkap dan dibuang ke Ceylon atau Sri Lanka. Tapi kemenangan atas
Pangeran Amir

3
ini tidaklah gratis. Sultan Tahmidillah II harus membayar daerah Kotawaringin,
Bulungan, Pasir dan Kutai kepada Belanda.

Pangeran Antasari adalah putra dari Pangeran Amir yang lahir di tahun 1809.
Pangeran Antasari kecil sudah membenci kehidupan istana yang penuh politik, intrik
dan pengaruh kekuasaan kolonial Belanda. Dia lebih sering hidup di masyarakat biasa,
bermain bersama rakyat biasa, hidup bertani dan berdagang serta mempelajari agama
Islam pada para ulama.

Agama Islam sangat berpengaruh ke kehidupan Pangeran Antasari. Tak heran


Pangeran Antasari memiliki akhlak yang baik. Seperti jujur, ikhlas dan pemurah. Tak
hanya itu, Pangeran Antasari juga sangat tabah dalam menghadapi cobaan dan memiliki
pandangan yang cukup luas dan jauh sehingga dia sangat disukai oleh rakyat. Sehingga
Pangeran Antasari menjadi pemimpin yang baik bagi rakyat Kalimantan Selatan.

Kondisi Kesultanan cukup memprihatinkan, tidak stabil dan kacau. Sultan


Tahmidillah II wafat dan diganti oleh Sultan Sulaiman yang hanya dua tahun
memerintah. Lalu Sultan Adam yang melanjutkan pemerintahan. Wilayah Kesultanan
Banjar sekarang tinggal sedikit yaitu Banjarmasin, Hulusungai dan Martapura. Wilayah
yang dimiliki sebelumnya sudah diambil oleh Belanda karena suatu perjanjian.

Perjanjian yang ditandatangani tahun 1826 itu cukup merugikan Kesultanan


Banjar. Isinya yaitu Kesultanan Banjar tidak bisa membuka hubungan diplomasi
dengan negara selain Belanda. Pengecilan wilayah Kesultanan Banjar karena beberapa
bagian wilayah menjadi milik dan diawasi oleh Belanda. Tokoh yang memangku
jabatan Mangkubumi pun harus disetujui oleh pemerintah Belanda. Padang perburuan
yang menjadi tradisi dan penuh dengan menjangan pun harus diserahkan ke Belanda.

Seperti Padang Bajingah, Padang Pacakan, Padang Simupuran, Padang Ujung


Karangan dan Padang Atirak. Penduduk sekitar dilarang berburu di menjangan itu.
Pajak penjualan intan pun didapat oleh Belanda dengan jumlah sepuluh persen dari
harga intan dan harga pembeliannya juga diatur oleh Belanda. Satu-satunya yang
terlihat baik adalah Belanda melindungi Kesultanan Banjar apabila diserang oleh
musuh. Baik musuh dari dalam negeri maupun luar negeri. Kelihatannya Belanda
melindungi kedaulatan Kesultanan Banjar. Tapi justru musuh Kesultanan Banjar adalah
Belanda sendiri.

4
Perjanjian yang tidak seimbang ini tentu dipengaruhi oleh tindakan pendahulu
Sultan Adam yaitu Pangeran Nata. Pangeran Nata yang dibantu oleh Belanda untuk
merebut kekuasaan bagaikan bersekutu dengan setan. Akibatnya, Pangeran Nata harus
membalas budi Belanda dengan perjanjian yang sangat menguntungkan Belanda baik
dari jangka pendek maupun jangka panjang.

B. Jalannya Perang Banjar

Setelah Sultan Adam mangkat, Pangeran Tamjidillah diangkat oleh Sultan


Banjar. Padahal rakyat Banjar ingin agar Pangeran Hidayatullah yang menjadi sultan
karena dia adalah putra dari Sultan Adam. Tapi Belanda tetap memaksa agar Pangeran
Tamjidillah tetap menjadi Sultan dan Pangeran Hidayatullah hanya sebagai
Mangkubumi. Penindasan dan perlakuan Belanda yang seenaknya sendiri pada rakyat
Kesultanan banjar membuat rakyat marah.

Pemerintah Hindia Belanda mulai waspada akan kemunculan pemberontakan.


Penduduk Banjar mulai melawan Belanda dan membawa semangat Perang Agama.
Kelemahan Sultan Tamjidillah mulai mengakibatkan kekacauan. Kondisi yang semakin
panas membuat Pangeran Antasari tampil menjadi pemimpin rakyat Banjar. Awalnya,
Pangeran Antasari menghimpun kekuatan rakyat yang sudah muak pada Belanda. Tak
lupa Pangeran Hidayatullah juga diajak yang kini menjadi Mangkubumi. Pangeran
Hidayatullah pun setuju.

Gambar: Letak Kesultanan Banjar

Pada tanggal 28 April 1859 pecahlah Perang Banjar. Pihak Kesultanan Banjar
dipimpin oleh pahlawan nasional yang sangat dikenal yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran
5
Antasari dibantu oleh Pangeran Hidayatullah, Demang Lehman, Haji Buyasin,
Tumenggung Antaluddin, Pangeran Amrullah dan lain-lain. Serangan mengarah ke
tambang Nassau Oranje milik belanda dan Benteng Pengaron. Sebagai reaksi,
Pemerintah Hindia Belanda melakukan intervensi dan mengutus Kolonel Augustus
Johannes Andersen untuk mengambil alih komando militer. Dia dibantu oleh Letnan
Kolonel G. M. Verspyck.

Setelah berhasil menguasai dua tempat tersebut, muncullah pertempuran di


beberapa tempat lain. Pertempuran Benteng Tabanio di Agustus 1859, Pertempuran
Benteng Gunung Lawak pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada
Desember 1859, Pertempuran Amawang pada Maret 1860. Tumenggung Surapati
sukses merusakkan kapal Onrust di Sungai Barito.

Keberpihakan Pangeran Hidayatullah kepada rakyat semakin jelas dan menjadi


anti Belanda. Dia menolak tuntutan oleh Belanda agar menyerah. Hingga akhirnya
Belanda menghapus Kesultanan Banjar di Juni 1860 dan memerintahkan seorang
petinggi Belanda untuk memerintah Kesultanan Banjar.

Perang semakin meluas setelah para kepala daerah dan para ulama juga
bergabung dengan pemberontak. Mereka memperkuat tentara Pangeran Antasari dan
Pangeran Hidayatullah melawan penjajah. Sayangnya, pasukan pemberontak kalah oleh
persenjataan Belanda yang begitu canggih dan modern. Setelah terus berperang hingga
tiga tahun, Pangeran Hidayatullah menyerah ke Belanda pada tahun 1861 dan dibuang
ke daerah Cianjur.

Menyerahnya Pangeran Hidayatullah membuat Pangeran Antasari menjadi satu-


satunya pemimpin pemberontakan dan keturunan Kesultanan Banjar. Untuk
memperkuat kedudukan sebagai pemimpin tertinggi, Pangeran Antasari meneriakkan
slogan, “Hidup untuk Allah dan Mati untuk Allah,” sehingga rakyat, alim ulama dan
pejuang mengakui Pangeran Antasari sebagai Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin. Pangeran Antasari tidak bisa menolak dan dia harus mengemban kedudukan
yang dipercayakan rakyat dan kaum ulama sepenuhnya. Dia begitu tawakkal kepada
Allah. Sekarang Pangeran Antasari bertugas sebagai Kepala Pemerintahan, Komando
Tertinggi Perang dan Pemimpin Islam Tertinggi.

Sejarah Perang Banjar semakin mendekati akhir dan kekalahan Kesultanan


Banjar sedikit demi sedikit semakin tampak. Pasukan Belanda dipasok berbagai

6
persediaan dan pasukan bantuan dari Batavia. Karena terus terdesak, Pangeran Antasari
memindahkan markas komando di Sungai Teweh. Dari sana, Pangeran Antasari dibantu
oleh dua putranya seperti Gusti Muhammad Said dan Gusti Muhammad Seman. Selain
itu juga dibantu oleh Kiai Demang Lehman dan Tumenggung Surapati. Tapi beberapa
hari kemudian Pangeran Antasari wafat lalu dimakamkan di Hulu Teweh.

Meski Pangeran Antasari sudah wafat, pemberontakan pada Belanda masih


berlanjut. Sekarang dipimpin oleh dua putranya. Tapi tetap saja perlawanan melemah
karena perbedaan kekuatan yang signifikan. Di tahun-tahun akhir perang, Belanda
berhasil menangkap dan membunuh beberapa tokoh perjuangan. Contohnya yang
tertangkap seperti Tumenggung Aria Pati dan Kiai Demang Lehman. Sedangkan yang
gugur yaitu Tumenggung Macan Negara, Tumenggung Naro, Panglima Bukhari dan
Rasyid. Menantu Pangeran Antasari, yaitu Pangeran Perbatasari tertangkap di Belanda
ketika bertempur di Kalimantan Timur pada tahun 1866. Dia diasingkan ke Tondano di
Sulawesi Utara. Panglima Bakumpai juga tertangkap dan digantung pada tahun 1905 di
Banjarmasin. Gusti Muhammad Seman juga wafat di Pertempuran Baras Kuning di
daerah Barito.

C. Hasil Akhir dengan Kekalahan Kesultanan Banjar

Sejarah Perang Banjar selesai pada tahun 1906 yang ditandai dengan kekalahan
Pangeran Antasari dan Kesultanan Banjarmasin. Korban di pihak Banjar lebih dari
enam ribu jiwa. Sementara pihak kolonial kehilangan tiga ribu hingga lima ribu orang
dan dua kapal uap yang tenggelam. Pasca perang ini, Belanda semakin menusukkan
taring dan kukunya di tanah Kalimantan.

7
D. Tokoh Pahlawan Perang Banjar

1. Pangeran Hidayatullah

Sultan Hidayatullah Halil illah bin Pangeran Ratu Sultan Muda


Abdurrahman, atau lebih dikenal sebagai Pangeran
Hidayatullah atau Hidayatullah II (lahir di Martapura,1822 –
meninggal di Cianjur, Jawa Barat, 24 November 1904 pada umur
82 tahun) adalah salah seorang pemimpin Perang Banjar dan
berkat jasa-jasa kepada bangsa dan negara, pada tahun 1999
pemerintah Republik Indonesia telah menganugerahkan Bintang Mahaputera Utama.

2. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan


Banjar, 1797 atau 1809– meninggal di Bayan Begok, Hindia
Belanda, 11 Oktober 1862 pada umur 53 tahun) adalah
seorang Pahlawan Nasional Indonesia.

Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, dia dinobatkan


sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan
Banjar
(Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul
Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah
Dusun Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati
Jaya Raja.

3. Demang Lehman

Demang Lehman, kemudian bergelar Kiai Adipati


Mangku Negara (lahir di Barabai tahun 1832 –
meninggal di Martapura tanggal
27 Februari 1864 pada umur 32 tahun) adalah salah
seorang panglima perang dalam Perang Banjar.Dia
terlahir dengan nama Idies. Gelar Kiai Demang merupakan gelar untuk pejabat yang
memegang sebuah lalawangan (distrik) di Kesultanan Banjar. Demang Lehman semula
8
merupakan seorang panakawan (ajudan) dari Pangeran Hidayatullah II sejak
tahun 1857. Oleh karena kesetiaan dan kecakapannya dan besarnya jasa
sebagai panakawan dari Pangeran Hidayatullah II, dia diangkat menjadi Kiai sebagai
lalawangan/kepala Distrik Riam Kanan (tanah lungguh Pg. Hidayatullah II).Demang
Lehman memegang pusaka kerajaan Banjar yaitu Keris Singkir dan sebuah tombak
bernama Kalibelah yang berasal dari Sumbawa.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perang Banjar merupakan perang untuk melawan kolonial Belanda yang


dimulai pada tahun 1859 hingga 1906. Perang ini termasuk dalam masa penjajahan
Belanda di Indonesia. Nama lainnya adalah Perang Kalimantan Selatan atau Perang
Banjar-Barito karena letaknya Kesultanan Banjar. Wilayah perang ini meliputi
Kalimantan Selatan dan Tengah. Konflik ini dimulai ketika Belanda memonopoli
perdagangan di Kesultanan Banjar. Ternyata Belanda menginginkan hal lebih yaitu ikut
campur di urusan kerajaan yang tentu membuat situasi kerajaan bertambah kalut.
Perang ini berakhir dengan kemenangan Belanda.

B. Saran

Demikian informasi Sejarah Perang Banjar tentang perjuangan Kesultanan


Banjar melawan dominasi Pemerintah Hindia Belanda. Meskipun kalah, Perang Banjar
ini memberi kita pelajaran bahwa kegigihan para pahlawan dahulu, tokoh Islam dan
ulama dalam memperjuangkan tanahnya. Selain di Banjar, cukup banyak pula
perjuangan melawan penjajah di beberapa daerah yang menjadi titik awal
perkembangan nasionalisme di Indonesia.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://sejarahbudayanusantara.weebly.com/perang-banjar.html

http://www.guruips.com/2016/09/perlawanan-rakyat-banjar-pangeran.html

http://warofweekly.blogspot.com/2010/09/perang-banjar-1859-1905.html

https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-perang-banjar

https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/perang-belanda/kalimantan-perang-
banjar-1859-1905/

https://www.merdeka.com/pendidikan/awal-mula-terjadinya-perang-banjar-di-
kalimantan.html

https://haruai-wirang.blogspot.com/2016/11/10-daftar-pahlawan-perang-banjar_32.html

11

Anda mungkin juga menyukai