Anda di halaman 1dari 13

KRONOLOGI PERANG TONDANO DAN PERLAWANAN RAKYAT

MALUKU TERHADAP VOC

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Mata Pelajaran Sejarah

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5 XI-P6-IA
1. CANTIKA NAILLA WILUJENG (06)
2. NOVENTA KARUNA (22)
3. SEGA FAJAR RAMDHAN (29)
4. YUSSI SUKMA YUSTANTI (35)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
UPT SMA NEGERI 1 PARE
Jalan Pahlawan Kusuma Bangsa 41 Telp/Fax : (0354) 391132 Pare
Website : www. sman1pare.sch.id ; Email : info@sman1pare.sch.id
Tahun 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Sejarah “ Kronologi Perang Tondano dan Perlawanan Rakyat Maluku
Terhadap VOC” ini. Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi mata pelajaran
Sejarah. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pemahaman diri penyusun tentang mata pelajaran ini. Makalah ini jauh dari
kesempurnaan, karena itu sangat diharapkan kritik dan saran yang membangun
agar kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada guru pembimbing
mata pelajaran Sejarah Bapak Gigih Satrio Wicaksono, S. Pd. dan semua pihak
yang turut membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Harapan penyusun
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun sendiri
dan umumnya bagi siapa saja yang membaca.

Kediri, 2 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................................................

1.4 Manfaat...........................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Perang Tondano..............................................................................................................

2.2 Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap VOC..................................................................

2.3 Dampak dari perang Tondano dan perlawanan rakyat Maluku terhadap
VOC.......................................................................................................................................

BAB 3 KESIMPULAN...........................................................................................8

1.5 Kesimpulan.....................................................................................................................

1.6 Saran...............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya perang Tondano atau
perang antara masyrakat Minahasa dengan Belanda, antara lain
dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di Minahasa khususnya
Walak Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap
sama dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela
(Portugis dan Spanyol) yang telah membunuh beberapa Tona'as antara
lain Monomimbar dan Rakian dari Tondano dan Tona'as Umboh dari
Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan (Wewene)
Minahasa. Hal ini membuktikan kesan bahwa semua orang kulit putih
memiliki perangai yang sama alias kejam. Demikian juga pada perang
ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung Pangalila Kepala Walak
Tondano dan Ukung Sumondak Kepala Walak Tampomas. Salah satu
penyebab terjadinya perang Tondano yang terakhir adalah bahwa
Minahasa tidak mau menyiapkan/menyediakan tentara untuk
kepentingan militer Hindia Belanda.
Jika dilihat secara kritis makna terjadinya perang Tondano
sesungguhnya bukan tagihan hutang lama dan tafsiran yang mengada-
ada dari sejarawan kolonial tersebut. Akan tetapi masalahnya terletak
pada pelanggaran-pelanggaran kolonial Belanda terhadap ketentuan
ikatan persahabatan Minahasa-Belanda Verbond 10 Januari 1679. Hal
ini menunjukan bahwa secara antropologis orang Minahasa sudah
sejak dahulu tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai budaya yang
tidak mengenai kompromi dengan pelanggaran adat, siapapun pihak
yang melakukan pelanggaran adat yang dimaksud (sei'reen). Bagi
orang Minahasa Verbond sudah menjadi bagian dari adat Minahasa
yang menjamin kelanjutan hidup orang Minahasa. Hal ini dianggap
oleh para pemimpin Minahasa merupakan pengingkaran suatu
penghinaan yang fanatisme terhadap kebenaran dan keadilan. Apalagi

1
mereduksi nilai-nilai kepemimpinan sosial orang Minahasa, dimana
posisi kepala walak dikondisikan sedemikian rupa dalam perubahan
perjanjian Verdrag 10 September 1699/Amandemen pasal 9, sebagai
bawahan yang harus tunduk terhadap semua kebijakan kompeni
Belanda. Padahal dalam konteks status peranan, menjadi kepala
walak, bukanlah jabatan yang diberikan atas dasar turunan (ascribed)
tetapi menjadi kepala walak diperoleh secara demokratis/dipilih
secara adat atas dasar kinerja.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana Perang Tondano I dan II terjadi?
1.2.2 Bagaimana perlawanan dari rakyat Maluku?
1.2.3 Bagaimana dampak negatif dari perang Tondano dan
perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui terjadinya
perang Tondano I dan Perang Tondano II serta perlawanan dari
Pattimura atau perlawanan masyarakat Maluku terhadap VOC.
1.4 Manfaat
Penulisan karya ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari
berbagai pihak yaitu sebagai sarana untuk memberikan pengetahuan
mengenai sejarah erlawanan bangsa Indonesia terhadap Belanda dan
juga sebagai tambahan wawasan dan informasi kepada pembaca dari
karya tulis ini.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perang Tondano


Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat
datangnya bangsa barat orang-orang Spanyol sudah sampai di
Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara). Orang Spanyol di samping
berdagang juga menyebarkan Agama Kristen dengan tokohnya
Franciscus Xaverius. Hubungan dagang mereka mengalami
perkembangan, tetapi pada abad ke-17 hubungan dagang mereka
terganggu dengan munculnya VOC. Pada waktu itu VOC berhasil
menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Guberbur Ternate,
Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk
membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian
menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk mengawai pantai timur
Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga pedagang Makasar bebas
berdagang mulai tersingkir oleh VOC. Apalagi Spanyol harus
meninggalkan Indonesia menuju Filipina.
VOC berusaha memaksakan orang-orang Minahasa untuk
monopoli berusaha di Sulawesi Utara. Orang Minahasa kemudian
menentang usaha tersebut maka VOC berupaya untuk memerangi
orang minahasa dengan membendung Sungai Temberan. Akibatnya
tempat tinggal tergenang dan kemudian tempat tinggal di danau
Tondano dengan rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung
orang Minahasa di Danau Tondano. Simon Cos mengeluarkan
ultimatum yang berisi 1) orang Tondano harus menyerahkan tokoh
pemberontak kepada VOC, 2) orang Tondano harus membayar ganti
rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi rusaknya
tanaman padi. Simon Cos kecewa karena ultimatum tidak diindahkan
Pasukan VOC kemudian dipindahkan ke Manado. Setelah itu rakayat
Tondano menghadapi masalah dengan hasil panen yang menumpuk

3
tidak laku terjual kepada VOC. Dengan terpaksa kemudian mereka
mendekaati VOC, maka terbukalah tanah Tondano bagi VOC.
Berakhirlah perang Tondano dan orang Tondano memindahkan
perkampungannya kedataran baru yang bernama Minawanua (Ibu
Negeri).
Perang Tondano II terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni
pada masa kolonial Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh
kebijakan Gubernur Jenderal Daendels. Deandels yang mendapat
mandat untuk memerangi Inggris, dan memerlukan pasukan dalam
jumlah besar. Untuk menambah pasukan maka direkrut pasukan dari
kalangan pribumi. Mareka yang dipilih adalah suku-suku yang
memiliki keberanian yaitu orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas
perintah Deandels melalui Kapten Hartingh, Residen Manado
Prediger segera mengumpulkan para ukung (pemimpin walak atau
daerah setingkat distrik). Dari Minahasa ditarget untuk
mengumpulkan pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan di kirim ke
Pulau Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa tidak setuju dengan
program Deandels untuk merekrut pemuda- pemuda Minahasa
sebagai pasukan kolonial. Kemudian para ukung bertekad untuk
mengadakan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka
memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano Minahasa. Dalam
suasana Gubernur Prediger untuk meyerang pertahanan orang-orang
Minahasa di Tondano, Minawanua, dengan cara membendung Sungai
Temberan dan membentuk dua pasukan tangguh. Tanggal 23 Oktober
1808 Belanda berhasil menyerang orang-orang Minahasa. Tanggal 24
Oktober 1808 Belanda menguasai Tondano dan mengendorkan
serangan tetapi kemudian orang-orang Tondano muncul dengan
melakukan serangan. Perang Tondano II berlasung lama sampai
Agustus 1809. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuanga
Tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya tanggal 4-5
Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya hancur bersama para
pejuang. Mereka memilih mati daripada menyerah.

4
2.2 Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap VOC
Pada tahun 1605, bangsa Belanda mulai memasuki wilayah
Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis yang ada di Ambon.
Belanda melakukan kongsi dagang dan memonopoli perdagangan
rempah-rempah, Terutama dengan menggunakan sistem Pelayaran
Hongi yang menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat Maluku. Perlu
diketahui bahwa sistem Pelayaran Hongi atau Hongitochten ini adalah
pelayaran yang dilakukan oleh pihak VOC menggunakan senjata
lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli perdagangan rempah-
rempah. Dalam sistem tersebut, apabila nantinya ditemukan
pelanggaran maka akan dikenai hukuman yang dinamakan sebagai
ekstirpasi. Kemudian pada tahun 1635, muncullah perlawanan rakyat
Maluku terhadap VOC yang dipimpin oleh Kapitan Kakiali (Kapten
Hitu).
Sehingga Gubernur Jenderal Van Diemen dari Batavia dua kali
datang ke wilayah Maluku (pada 1637 dan 1638) untuk menegakkan
kekuasaan VOC. Bahkan, Van Diemen juga menjanjikan hadiah besar
bagi siapapun yang berhasil membunuh Kapitan Kakiali. Setelah
Kapitan Kakiali gugur, Belanda menumpas kembali perlawanan
rakyat Maluku untuk sementara waktu. Lalu, muncul kembali
perlawanan rakyat Maluku yang dulunya adalah orang-orang Kapitan
Kakiali di bawah kepemimpinan Telukabesi. Perlawanan tersebut
dapat dipadamkan pada tahun 1646.
Kemudian pada tahun 1650, muncullah perlawanan di wilayah
Ambon yang kala itu dipimpin oleh Saidi yang menyebabkan
perlawanan meluas hingga ke Pulau Seram dan Saparua. Atas
perlawanan tersebut, pihak Belanda merasa terdesak dan meminta
bantuan ke Batavia. Bala bantuan pihak Belanda datang pada Juli
1655 di bawah kepemimpinan Vlaming van Oasthoom hingga
terjadilah pertempuran sengit. Sayangnya, pasukan rakyat Maluku

5
terdesak dan Saidi ditangkap serta dihukum mati. Hingga saat itu,
pupuslah perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC.
Sampai akhirnya pada abad ke-17, muncul kembali perlawanan
rakyat Maluku di bawah kepemimpinan Sultan Jamaluddin, tetapi
Beliau langsung ditangkap dan diasingkan ke daerah Sri Lanka.
Menjelang akhir abad ke-18, tepatnya pada tahun 1797, muncul
perlawanan besar rakyat Maluku di bawah kepemimpinan Sultan
Nuku dari Kerajaan Tidore. Kala itu, Sultan Nuku berhasil merebut
kembali wilayah Tidore dari tangan VOC.
Namun, setelah Sultan Nuku meninggal dunia pada tahun 1805,
VOC menguasai kembali wilayah Tidore. Setelah itu, terjadilah
perlawanan yang dipimpin oleh Thomas Matulessy alias Kapitan
Pattimura di Saparua, sebuah kota kecil dekat Ambon. Pada tahun
1817, Kapitan Pattimura melangsungkan perlawanannya bersama
pasukan dengan membakar perahu-perahu milik Belanda di Pelabuhan
Porto. Protes rakyat ini dipimpin oleh Kapitan Pattimura yang kala itu
diawali dengan menyerahkan daftar keluhan-keluhan kepada pihak
Belanda. Daftar tersebut telah ditandatangani oleh 21 penguasa orang
kaya, patih, raja dari Pulau Saparua dan Nusa Laut. Saat itu, benteng
Duurstede berhasil dihancurkan oleh pasukan Maluku, hingga
akhirnya Residen Van den Berg terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Bahkan pasukan Belanda tambahan yang datang ke Ambon juga
berhasil dikalahkan. Perlawanan ini kemudian menjalar ke wilayah
Ambon, Pulau Seram, dan pulau lainnya. Untuk memadamkan
perlawanan tersebut, pihak Belanda mendatangkan kembali pasukan
dari Jawa. Untuk menyelamatkan rakyat dari kelaparan, akhirnya
Kapitan Pattimura menyerahkan diri untuk dihukum mati. Pada bulan
Oktober 1817, pasukan Belanda dikerahkan secara besar-besaran
untuk menangkap Kapitan Pattimura bersama rekan-rekannya.
Akhirnya, pada 16 November 1817, Kapitan Pattimura dijatuhi
hukuman mati di tiang gantungan tepatnya di Benteng Nieuw
Victoria.

6
Meskipun Kapitan Pattimura telah meninggal dunia, tetapi
perlawanan rakyat Maluku ini tetap berjalan dengan di bawah
kepemimpinan Christina Martha Tiahahu, seorang pejuang wanita.
Sayangnya, Beliau turut ditangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa dan
meninggal di perjalanan. Akibat perlawanan ini, pemerintah Belanda
menerapkan kebijakannya secara ketat dan bahkan rakyat Saparua
dihukum berat. Kala itu, monopoli rempah-rempah diberlakukan
kembali oleh pemerintah Belanda.
2.3 Dampak dari perang Tondano dan perlawanan rakyat Maluku
terhadap VOC
Dengan terjadinya perang Tondano pertama berdampak besar
terhadap hubungan jual beli masyarakat Tondano dengan bangsa barat
lain. Yang mana setelah VOC memutuskan untuk menarik mundur
pasukannya, masyarakat Tondano merasakan kesengasaraan. Semua
hasil beras dan perkebunan mereka menumpuk banyak, tanpa ada
yang mau membelinya. Sehingga dengan permasalahan itu,
masyarakat Tondano dengan berat hati mendekati VOC untuk
menjalin hubungan dagang bersama. Yang mana dengan keputusan
tersebut, masyarakat membuka peluang besar pada VOC untuk
menguasai wilayahnya.
Sama halnya dengan perang yang telah dilakukan di daerah-
daerah lain, pada perlawanan rakyat Maluku ini juga memberikan
berbagai akibat. Salah satunya adalah banyaknya pejuang dan rakyat
Maluku yang gugur. Bahkan beberapa di antara mereka juga
ditangkap dan disiksa terlebih dahulu, sebelum akhirnya meninggal
dunia di tangan penjajah. Akibat lainnya adalah para rakyat Saparua
dihukum berat karena dianggap telah membantu pemberontakan.
Selain itu, monopoli rempah-rempah juga diberlakukan kembali oleh
pemerintah Belanda. Namun meskipun perlawanan ini menimbulkan
ribuan korban jiwa, tetapi hal tersebut memperlihatkan bahwa bangsa
Indonesia terutama rakyat Maluku benar-benar bersatu padu untuk
mengusir penjajah yang berkuasa di tanah air mereka.

7
BAB 3
KESIMPULAN

1.5 Kesimpulan
1.5.1 Perang Tondano berawal pada abad ke-17 dan puncak
petualangan Kompeni Belanda itu dimulai, perang ini
dilaksanakan dan diakhiri di wilayah Walak Tondano.
1.5.2 Perang Tondano II dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur
Jenderal Daendels yang mendapat mandat untuk memerangi
Inggris, dan memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk
menambah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan
pribumi, tetapi masyarakat pribumi tidak setuju.
1.5.3 Pada tahun 1605, bangsa Belanda mulai memasuki wilayah
Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis yang ada di
Ambon. Belanda melakukan kongsi dagang dan memonopoli
perdagangan rempah-rempah.
1.5.4 Masyarakat Tondano merasakan kesengsaraan akibat dari
perlawanan VOC yang memutuskan untuk menarik mundur
pasukannya dan semua hasil beras dan perkebunan mereka
menumpuk banyak, tanpa ada yang mau membelinya.
1.5.5 Dari perlawanan rakyat Maluku ini juga memberikan berbagai
akibat. Salah satunya adalah banyaknya pejuang dan rakyat
Maluku yang gugur.
1.6 Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi
pengetahuan mengenai Perang Tondano dan Pattimura. Namun, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan, karena melihat masih

8
banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam makalah
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adiani, Nabil. 2023. Latar Belakang dan Jalannya Perang Tondano II. [Online].
[Diakses 2 Oktober 2023, 19.00 WIB]
Agustina, D. 2017. Makalah perang tondano. [Online]. [Diakses 17 September
202,3, 11.41 WIB]
Fandy. 2021. Perlawanan Rakyat Malku: Latar Belakan, Tujuan, dan
Krnologinya. [Online]. [Diakses 2 Oktober 2023, 16.33 WIB]
Ningsih, W. L., Nibras Nada Nailufar. 2021. Perang Tondano II: Penyebab,
Jalannya Perang, Tokoh, dan Akhir. [Online]. [Diakses 17 September
2023, 10. 33 WIB]
Setyaningrum, Puspasari. 2022. Sejarah Perang Pattimura: Tokoh, Penyebab,
Kronologi, dan Dampak. [Online]. [`Diakses 17 September
2023, 12.16 WIB]

9
10

Anda mungkin juga menyukai