Anda di halaman 1dari 9

Makalah Perang Belanda

oleh kelompok 3 :
- Rafly Riyadi
- Dina Nur Zahra
- Sri Juliyanti
- Selviyani

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berisikan sejarah tentang “Perlawanan
Bangsa Indonesia Terhadap Bangsa Barat” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena
pengetahuan yang kami miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan
saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.

Penyusun

Kelompok 3

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 Sejarah merupakan yang sangat penting untuk pembelajaran dalam  kehidupan.
Karena dengan sejarah, kita bisa mengetahui bagaimana pejuang bangsa Indonesia

2
dalam memperjuangkan tanah air Indonesia ini, yang sejak abad ke-18 penetrasi
kekuasaan Belanda semakin besar dan meluas, bukan hanya dalam bidang ekonomi dan
politik saja, tetapi juga meluas ke bidang-bidang lainnya seperti kebudayaan dan agama.
Hal itu menyebabkan terjadinya berbagai peristiwa perlawanan dan peperangan melawan
penindasan dan penjajahan Bangsa Barat.
 Oleh karena itu kita haruslah sangat bersyukur karena bisa menikmati hidup di
Indonesia hingga saat ini tanpa harus ikut berjuang melawan penjajah. Sehingga kita tetap
harus menghargai akan perjuangan para pahlawan kita dengan bisa menjadi penerus
bangsa yang bisa menjunjung tinggi nama Indonesia. Mengingat pentingnya akan bahasa
sejarah, kita sebagai warga negara Indonesia dituntut untuk lebih memahami mengenai
sejarah Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya adalah belajar dengan
sebaik mungkin.
Untuk itulah materi ini sangat penting dipelajari, karena sangat disayangkan jika
sebagai warga negara Indonesia tetapi tidak memahani mengenai negaranya sendiri.

   
  B.   Rumusan Masalah.

a. Perang Tondano
b. Perlawanan Pattimura
c. Perang padre
d. Perang Diponegoro

BAB II
PEMBAHASAN

1. Perang tondano I
Orang-orang Spanyol sudah ada di Minahasa terlebih dahulu. Orang-orang
Minahasa dan Spanyol sudah menjalin hubungan perdagangan. Pada abad ke XVII
hubungan dagang mereka terganggu karena VOC datang. VOC sudah menanamkan
pengaruhnya di ternate dan sampai gubernur Ternate Simon Cos mendapatkan

3
kepercayaan bahwa orang Minahasa terbebas dari pengaruh Spanyol. Simon Cos
mengawasi Pantai timur Minahasa sehingga para pedagang Minahasa dan Spanyol yang
tadinya bebas berdagang mulai tersingkir. VOC memaksa agar pedagang Mihasa menjual
beras kepadanya, tetapi Minahasa menolaknya. Terjadilan perang antara VOC Vs
Minahasa. Untuk melemahkan Minahasa, VOC membendung sungai Temberen, akibatnya
aliran sungai meluap dan membanjiri tempat tinggal penduduk. Orang Minahasa kemudian
pindah ke Danau Tondano dengan rumah-rumah apung. Pasukan VOC mengepung
Tondano dan Simon Cos mengultimatum bahwa:
1.    Para pemberontak dari Tondano harus diserahkan kepada VOC
2.  Orang Tondano harus ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak karena banyak
tanaman padi yang rusak gara-gara luapan sungai temberan

Ultimatum VOC tersebut di acuhkan oleh Tondano, akibatnya VOC ditarik mundur
ke Manado. Tetapi, rakyat Tondano mempunyai masalah karena hasil-hasil pertaniannya
tidak ada yang beli. Akhirnya rakyat Tondano mendekati VOC agar mau membeli hasil
pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah Minahasa terhadap keberadaan VOC.
Berakhirlah perang tondano I.

2. Perang tondano II
Terjadi abad ke 19. Latar belakang perang ini pada saat Daendels menjadi gubernur
belanda (dia mendapat mandat mempertahankan Jawa dari Inggris) salah satunya adalah
pada saat perekrutan tenaga pribumi untuk membantu belanda melawan inggris (mereka
yang dipilih adalah suku-suku yang memiliki keberanian berperang). Suku-suku yang
dianggap pemberani seperti orang dayak, madura dan minahasa. Dari minahasa di target
mengumpulkan pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan dikirim ke Jawa, tetapi orang-
orang Minahasa tidak setuju dengan usul tersebut. Akhirnya banyak pemimpin desa
Minahasa yang meninggalkan rumah dan memerangi VOC. Mereka memusatkan
perjuangannya di Tondano.
Salah satu pemimpin perang tersebut bernama Ukung Lonto (ia menegaskan bahwa
rakyat harus memerangi VOC sebagai bentuk penolakan perekrutan pegawai dan menolak
memberikan beras secara cuma-cuma). Akhirnya tanggal 23 Oktober 1808 terjadi perang
antara rakyat minahasa vs VOC di Tondano, Minawanua. Belanda membendung lagi
sungai temberan. Prediger (salah satu orang VOC) menyusun 2 pasukan kuat untuk
menyerang orang Minahasa. Pasukan 1 menyerang Danau Tondano, pasukan 2
menyerang Minawanua. Pasukan I berhasil merusak pagar bambu berduri yang
membatasi danau dengan perkampungan Minawanua, sehingga menerobos pertahanna
orang-orang Minahasa di Minawanua (walaupun malam, pasukan minahasa pantang
mundur menyerang VOC) danVOCpun sempat kewalahan.
Tanggal 24 Okt 1808, pasukan belanda dari Barat membordir kampung pertahanan
Minawanua (Belanda terus melakukan serangan sehingga kampung tersebut seperti tidak
ada lagi kehidupan), Prediger pun akhirnya menggendorkan serangan. Tetapi, tiba-tiba

4
orang Tondano muncul dan menyerang akibatnya banyak korban yang berjatuhan dari
VOC.
Pasukan Belanda ditarik mundur, seiring dengan itu Sungai temberan yang
dibendung meluap sehingga mempersulit VOC sendiri (tersebar berita juga bahwa kapal
besar belanda yang paling besar tenggelam di Danau. Perang Tondano II berlansung lama
sampai dengan 1809.
Dalam suasana kekurangan makanan ada pejuang Minahasa yang akhirnya
memihak belanda. Akhirnya tanggal 4-5 agustus 1809, benteng Moraya hancur bersama
pejuang yang akan mempertahankannya. Akhirnya para pejuang tersebut memilih mati
daripada menyerah kepada VOC.

3. Pattimura angkat senjata


Maluku dengan rempah-rempahnya bagaikan mutiara dari timur. Pada masa
Belanda datang ke Indonesia, belanda merusak semua tata perekonomian di Maluku
seperti memeonopoli perdagangan. Setelah Inggris di Maluku, keadaan kembali tenang
seperti semula karena Inggris membayar hasil bumi pada Maluku. Tetapi setelah Belanda
datang lagi ke maluku akhirnya maluku kembali di monopoli, rakyat kembali disuruh
membayar upeti, kerja rodi yang membuat rakyat Maluku menderita. 
Menghadapi kondisi yang demikian, tokoh dan pemuda Maluku melakukan
serangkaian pertemuan rahasia. Diadakanlah pertemuan di Pulau Haruku (pulau tang
dihuni orang islam) dan Pulau Saparua (orang kristen). Pertemuan selanjutnya di Hutan
Kayuputih, dan mereka menyimpulkan rakyat maluku tidak mau terus menderita akibat
kekejaman Belanda. Rakyat Maluku yang di pimpin oleh Thomas Matulessi ( Pattimura)
menghancurkan kapal Belanda di Pelabuhan. 
Pejuang Maluku kemudian menuju ke benteng Duurstede (pasukan belanda
berkumpul dibenteng tsb). Terjadilah pertempuran antara rakyat Maluku vs Belanda.
Belanda di pimpin oleh Van Den Berg. Selain Pattimura ada pejuang lain seperti Christina
Martha Tiahahu, Thomas Pattiwwail, dan Lucas Latumahina. Pejuang Maluku menyerbu
benteng Duurstede (mereka tidak menghiraukan tembakan dari belanda)
Sementara Para pejuang Maluku masih menggunkaan keris dan pedang. Para
pejuang Maluku dapat masuk dalam benteng, dan Duurstede dapat dikuasai pejuang
Maluku. Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari Ambon. Datanglah prajurit yang
dipimpin oleh Mayor Beetjes sebanyak 300 prajurit, namun bantuan ini digagalkan oleh
Pattimura bahkan Beetjes terbunuh.
Selanjutnya, Pattimura memusatkan perjuangannya untuk menyerang benteng
Zeelandia. Benteng Zeelandia di perkuat dibawah pimpinan Groot tetapi Pattimura gagal
menembus benteng Groot. Upaya perdamaian dilakukan Belanda tetapi tidak ada
kesepakatan. Akhirnya Belanda mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari
Batavia untuk merebut benteng Duurstede. 
Agustus 1817, Saparua di blokade benteng Duurstede dikepung dan akhirnya
benteng duurtede jatuh ke tangan belanda. Pattimura dan pengikutnya terus melawan
dengan gerilya. Bulan November, beberapa pembantu Pattimura tertangkap seperti

5
Kapitan Paulus Tiahahu (Ayah Kristina Tiahahu) yang kemudian dijatuhi hukuman mati.
Mendengar peristiwa tersebut, Christina Marta Tiahahu akhirnya pergi ke hutan untuk
bergerilya. Belanda belum puas sebelum menangkap Pattimura. Bahkan memberikan
ultimatum kepada siapa saja yang berhasil menangkap Pattimura akahn di berikan hadiah
1.000 gulden. 
Setelah 6 bulan memimpin perlawanan akhirnya Pattimura tertangkap. Tepat
tanggal 16 Desember 1817 Pattimura dihukum gantung di alun-alun Kota Ambon. Christina
Martha Tiahahu juga akhirnya tertangkap, dia tidak di hukum mati tetapi bersama 39 orang
lainnya di buang ke Jawa sebagai pekerja rodi. Didalam kapal Christina jatuh sakit dan
akhirnya dia meninggal kemudian jenazahnya di buang ke laut antara Pulau Buru dan
Pulau Tiga, dan berakhirlah perang Pattimura

4. Perang padri
Perang Padri terjadi di Minangkabau , Sumatera Barat yaitu tahun 1821-1837.
Perang Padri terjadi antara Kaum adat dan kaum Islam. Perang ini bermula adanya
pertentangan antara kaum padri dan kaum adat telah menjadi pintu masuk bagi campur
tangan Belanda. Perlu dipahami Masyarakat Sumatera barat telah memeluk islam, tetapi
sebagian masyarakat masih memegang teguh adat yang kadang bertentangan dengan
ajaran Islam. Tahun 1803,datanglah 3 orang ulama yang baru saja melaksanakan ibadah
haji, mereka adalah Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji Piabang. Mereka datang untuk
melakukan pemurnian ajaran Islam di Minangkabau ini (yang disebut kaum padri). kaum
padri ini oleh belanda disebut sebagai padre yang menunjuk pada orang islam yang
berpakaian putih, karena orang adat minangkabau menggunakan pakaian hitam. 
Dalam melaksanakan pemurnian ajaran islam, kaum padri menentang kaum adat
(seperti berjudi, minum-minuman keras, menyabung ayam). Kaum adat yang didukung
pejabat menolak ajaran padri akhirnya terjadilah pertentangan diantara mereka.

Fase pertama (tahun 1821-1825)


September 1821, pos simawang menjadi sasaran paderi. Rakyat padri
menggunakan tombak dan parang. Sedangkan belanda dan adat menggunakan senjata
lebih modern seperti meriam dan senjata api. 1823 Padri bisa mengalahkan tentara
Belanda di kapau. Kesatuan Padri kemudian berpusat di Bonjol, pemimpin mereka yang
terkenal bernama Peto Syarif. Karena pasukan padri berhasil menguasai pasukan
Belanda, akhirnya Belanda kewalahan dan mengambil strategi untuk berdamai. 26 januari
1824, terjadilah perundingan damai yang mana perundingan ini terkenal dengan nama
Perjanjian Masang. Tetapi perundingan damai tersebut di ingkari oleh Belanda karena
Belanda menyerang pasukan padri.

Fase II (1825-1830)
Karena tahun ini Belanda menghadapi perang Diponegoro, akhirnya Belanda ingin
mengakhiri perang dengan Padri. Awalnya Pasukan Padri yang dipimpin oleh Imam Bonjol
menolaknya, tetapi atas bantuan Sulaiman Aljufri (saudagar Arab) akhirnya imam bonjol

6
mau menyepakati perundingan damai tersebut. 15 November 1825, terjadilah perjanjian
Padang yang isinya:

1.     Belanda mengakui kekuasaan pimpinan Padri


2.    Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang
3.       Kedua belah pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang
melakukan perjalanan
4.     Secara bertahap Belanda akan melarang praktik adu ayam

Fase III (1830-1837)


Kaum Padri mendapat simpati dari kaum adat. 1831, Elout melakukan serangan
besar-besaran. 1834 belanda menyerang pasukan Imam Bonjol. Tanggal16 Juni 1835,
benteng diperbukitan dekat bonjol di hujani meriam. Belanda mengajak berdamai lagi,
tetapi Imam Bonjol mau menerima asal Rakyat Bonjol dibebaskan dari kerja paksa tetapi
pihak Belanda tidak memberikan jawaban. Sampai tahun 1836, benteng Bonjol berhasil di
pertahankan tetapi pasukan mereka satu persatu di serang Belanda dan hal ini
memperlemah posisi mereka. Okt 1837, belanda menyerang Bonjol dan 25 Okt 1837
Imam Bonjol di tangkap dia dibuang ke Cianjur, kemudian ke Ambon , dan Manado.
Sampai akhirnya 6 November 1864 Imam Bonjol meninggal.

5. Perang diponegoro
Abad 19 keadaan di Jawa khususnya Surakarta dan Yogyakarta sangat
memprihatinkan. Belanda selalu intervensi pemerintahan kerajaan di Jawa akibatnya gaya
hidup mereka berubah, seperti minum-minuman keras. Rakyat juga banyak diperas
akibatnya mereka semakin menderita karena mereka harus membayar pajak, bahkan ibu-
ibu yang menggendong anaknya di jalan umum harus membayar pajak. Dalam
penderitaan rakyat muncul bangsawan di kerajaan dia adalah anak dari Pakubuwana III
yaitu Raden Mas Ontowiryo atau Pangeran Diponegoro. 

Insiden anjir
1823, smissaert dan patih danurejo memerintahkan untuk membuat jalan dan
memasang anjir (patok). Secara sengaja pemasangan anjir ini melewati pekarangan milik
pangeran Diponegoro di tegalrejo tanpa ijin. Diponegoro memerintahkan rakyat untuk
mencabut anjir, tetapi danurejo memasang kembali anjir tersebut. Dengan keberaniannya
anjir tersebut dicabut kembali oleh pengikut diponegoro dan di ganti sama tombak.
Akhirnya tanggal 20 Juli 1825, meletuslah perang Diponegoro. Rakyat tegalrejo berduyun-
duyun berkumpul dan mereka membawa persenjataan perang seperti tombak, pedang,
lembing. Belanda membungihanguskan tentara pribumi, akhirnya diponegoro menyingkir
ke bukit selarong.
Untuk mengawali perlawanannya pangeran Diponegoro membangun benteng
pertahanan di Gua Selarong dan beliau mendapat dukungan dari masyarakat
luas.     Pangeran Diponegoro akhirnya melaukan langkah-langkah seperti:

7
1.   Merencanakan serangan ke keraton
2.     Mengirim kurir kepada bupati dan ulama agar mempersiapkan perang melawan
belanda
3. ` Menyusun daftar nama Bangsawan siapa yang lawan dan siapa yang kawan
4.       Membagi kawasan perang

Dengan taktik yang demikian, diponegoro mendapatkan banyak kemenangan.


Beberapa pos Belanda dapat dikuasai. Perluasan perang Diponegoro pun meluas sampai
ke daerah Banyumas, Kedu, Pekalongan, Semarang dan Rembang, Madiun , Magetan,
Kediri. Perang Diponegoro menggerakkan seluruh kekuatan Jawa sampai akhirnya perang
ini disebut Perang Jawa. Sasaran belanda yaitu pos pertahanan pangeran Diponegoro di
Gua Selarong tanggal 4 Oktober 1825, tetapi ternyata pos tersebut sudah dikosongkan
(bagian dari strategi diponegoro). 

Pusat perlwanan dipindah ke Dekso di bawal Ali Basyah Sentot Prawirodirjo. Perlawanan
Diponegoro senatiasa bergerak dari pos pertahananan yang satu ke yang lain akhirnya
Belanda pun kebingungan. Akhirnya jendral De Kock menerapkan strategi dengan sistem
“benteng stelsel”. Dengan taktik benteng stelsel sedikit demi sedikit perlawanan
diponegoro berhasil dipadamkan. 
Dengan sistem benteng stelsel, para pemimping perang diponegoro banyak yang
tertangkap. Insiden ini pula membawa berakhirnya perang diponegoro yang banyak
menguras biaya perang bagi pihak Belanda

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Orang-orang Spanyol sudah ada di Minahasa terlebih dahulu. Orang-orang
Minahasa dan Spanyol sudah menjalin hubungan perdagangan. Pada abad ke XVII
hubungan dagang mereka terganggu karena VOC datang. VOC sudah menanamkan
pengaruhnya di ternate dan sampai gubernur Ternate Simon Cos mendapatkan
kepercayaan bahwa orang Minahasa terbebas dari pengaruh Spanyol. Simon Cos
mengawasi Pantai timur Minahasa sehingga para pedagang Minahasa dan Spanyol yang
tadinya bebas berdagang mulai tersingkir. VOC memaksa agar pedagang Mihasa menjual
beras kepadanya, tetapi Minahasa menolaknya. Terjadilan perang antara VOC Vs
Minahasa. Untuk melemahkan Minahasa, VOC membendung sungai Temberen, akibatnya
aliran sungai meluap dan membanjiri tempat tinggal penduduk
Belanda segera melaksanakan taktinya dan terjadilah pertempuran, dalam
pertempuran ini Teuku Umar gugur, dan perlawanan dilanjutkan istrinya. Di lain pihak,
karena banyaknya tekanan (belanda menangka istri Sultan, Pocut Murong) akhirnya Daud
Syah menyerah kepada Belanda. Semangat juang Aceh terus berkobar tetapi karena

8
serangan Belanda yang bertubi-tubi membuat Cut Nyak Dien di tangkap dan akhirnya dia
dibuang ke Sumedang sampai akhirnya dia wafat tanggal 8 November 1908. Perlawanan
aceh kemudian di pimpin oleh Cut Mutia, tetapi karena pihak belanda bisa menguasai
medan perang akhirnya Cut Mutia berhasil di deska dan gugur setelah beberapa peluru
menembus kaki dan tubuhnya

2. Saran
Setelah kita mempelajari mengenai pentingnya sejarah, kita harus bisa tetap
memperjuangkan negara kita dan juga dengan tetap menghargai para pejuang bangsa.
Sehingga sebagai siswa kita harus belajar dengan sebaik-baiknya agar penerus bangsa
kita bisa lebih memajukan negara ini. Dan sebagai penyusun kami merasa masih ada
kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kami mohon kritik dan saran
dari pembaca.

Anda mungkin juga menyukai