Anda di halaman 1dari 11

LEMBAR KERJA SISWA

PERANG MELAWAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME


B.Perang melawan penjajahan kolonial Belanda

NAMA: Ketut Agustina Febrian


KELAS: XI Mipa 6
NO ABSEN : 15

TUJUAN PEMBELAJARAN:
1. Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan Bangsa Eropa sampai
dengan abad ke 20
2. Mengolah informasi tentang strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan
bangsa Eropa sampai dengan abda ke 20 dan menyajikannya dlam bentuk cerita sejarah

RINGKASAN MATERI

Gambar diatas adalah Pangeran Nuku dan Pangeran Diponegoro. Beliau memperjuangkan
perlawanan melawan kolonialisme dan imperialisme di tanah tumpah darah mereka. Untuk
bisa lebih mempelajari lagi bagaimana para pejuang daerah melawan kolonialisme dan
imperialisme, silahkan menganalisis langsung bab ini dan saya akan bagi 2 pembahasan
untuk minggu ini kita bahas pembahasan kedua tentang Perang Melawan Penjajahan
Kolonial Belanda.
Analisis melalui pustaka atau internet, jelaskan konsep berikut:
1. Perang Tondano
Permasalahan :
a. Apa yang melatarbelakangi terjadinya Perang Tondano 1 dan mengapa
dinamakan perang Tondano?
b. Mengapa Deandles memberikan mandat untuk mengumpulkan Ukung?
c. Langkap apa yang dilakukan orang Minahasa untuk melawan Belanda
dalam Perang Tondano 2?
2. Perang Pattimura
Permasalahan:
a. Bagaimana perbedaan sistem pemerintahan Inggris (Raffles) dengan
sistem pemerintahan Hindia Belanda di Maluku?
b. Langkah apa yang dilakukan rakyat Maluku untuk melawan VOC?
c. Siasat apa yang dilakukan oleh Belanda untuk mengalahkan perlawanan
Pattimura?
3. Perang Padri
Permasalahan :
a. Apa yang melatarbelakangi munculnya perang Padri dan mengapa
disebut perang padri?
b. Sebutkan dan jelaskan 3 fase perang padri yang terjadi di Sumatera
Barat?
4. Perang Diponegoro
Permasalahan :
a. Mengapa pangeran diponegoro dikatakan sebagai pejuang yang cinta
tanah air dan buktikan bahwa beliau memperjuangkan nilai-nilai
kemanusiaan?
b. Mengapa perang Diponegoro dikatakan sebagai perang Jawa?
5. Perlawanan di Bali
Permasalahan :
a. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perang Puputan di Bali?
b. Apa yang dimaksud dengan Hukum Tawan Karang dan mengapa Belanda
ingin menghapus Hukum tersebut dengan perjanjian kontrak?
c. Startegi apa yang dilakukan Gusti Ketut Jelantik untuk melawan Belanda?
6. Perang Banjar
Permasalahan :
a. Mengapa terjadi konflik intern di dalam kerajaan Banjar?
b. Apa yang melatarbelakangi perang Banjar terjadi ?
7. Perang Aceh
a. Apa yang melatarbelakangi perang Aceh terjadi?
b. Mengapa terjadi perang Sabil di Aceh dan apa yangt dimaksud dengan
Perang Sabil?
8. Perang Batak
Permasalahan :
a. Mengapa terjadi perang Batak?
b. Strategi apa yang dilakukan Singsingamangaraja XII untuk melawan
Belanda?

------------------------------ SEJARAH INDONESIA --------------------------------


JAWABAN

1. Perang Tondano

a. Latar Belakang perang Tondano I adalah

 Sikap Antipati Kaum Minahasa Terhadap Kedatangan Belanda


 Pemerkosaan Terhadap Wanita Minahasa

Singkatnya, Perang Tondano I terjadi tanggal 1 Juni 1661 sampai dengan 1664. Perang
Tondano I merupakan kisah heroik rakyat Tondano melawan pasukan Kolonial Belanda.
Rakyat Tondano yang bermukim di sekitar danau Tondano, tepatnya di bagian selatan Kota
Tondano (sekarang) pada masa lalu disebut Minawanua. Dapat dikatakan perang Tondano I
adalah perang yang sangat luar biasa. Sebab dilihat dari segi militer ternyata lawan pasukan
kolonial Belanda yang hanya sebagai rakyat biasa (primitif) yang bertempat tinggal di rumah
atas air dapat menyiapkan suatu infrastruktur perang yang sangat lengkap.

Kurang lebih 1400 rakyat Tondano termasuk kaum perempuannya terlibat langsung dalam
pertempuran. Ratusan perahu disiapkan untuk melayani pertempuran yang terjadi di atas
air dan rawa. Perahu-perahu tersebut telah dibuat sedemikian rupa, sehingga dapat
bergerak dengan cepat diatas air maupaun diatas rumput-rumput rawa walaupun dengan
ditumpangi empat sampai dengan lima orang beserta peralatan perangnya. Lamanya
peperangan antara rakyat Tondano dengan pasukan kolonial Belanda berlangsung selama
beberapa bulan dan juga banyak korban jiwa di antara kedua belah pihak.

Tokoh Tondano yang terlibat langsung di dalam perang Tondano I, antara lain :

 Tokoh perang yang berasal dari Tondano, yaitu Kawengian, Wengkang, Gerungan,
Nelwan, Tawaluyan dan Rumambi,
 Tokoh perang yang berasal dari Remboken, yaitu Tellew, Kentei, Tarumetor, dan
Wangko dari kakas.

Ekspedisi Simon Cos dengan bantuan dari rakyat Maesa yang telah berkhianat, dapat
mendesak rakyat Tondano untuk menghentikan peperangan.

Disebut Perang Tondano, oleh karena Walak Tondano dalam menghadapi kehadiran kaum
kolonial Belanda, cenderung menunjukkan sikap antipati maupun ketidakpatuhan atas
eksistensi kompeni, maka konsekuensinya kawasan pemukiman Walak Tondano tepatnya di
Minawanua dijadikan sasaran penyerbuan pasukan Belanda dan antek-anteknya.

b. Perang Tondano II dilatarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal Daendels yang


mendapat mandat untuk mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels
memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah jumlah pasukan, maka
direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka yang dipilih adalah dari suku-suku yang
memiliki keberanian berperang. Beberapa suku yang dianggap memiliki keberanian adalah
orang-orang Madura, Dayak, dan Minahasa. Atas perintah Daendels melalui kapten
hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung. (Ukung adalah
pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik).

c. Langkah yang dilakukan orang Minahasa untuk melawan Belanda dalam perang Tondano
II yaitu dipimpim oleh seorang pemimpin perlawanan bernama Ukung Lonto. Ia menegaskan
rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap
program pengiriman 2.000 pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial
yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda.

2. Perang Pattimura

a. Pada masa pemerintahan Inggris di bawah Raffles keadaan Maluku relatif tenang karena
Inggris bersedia membayar hasil bumi rakyat Maluku. Kegiatan kerja rodi juga dikurangi.
Bahkan para pemuda Maluku juga diberi kesempatan untuk bekerja pada dinas angkatan
perang Inggris. Tetapi pada masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda, keadaan kembali
berubah. Kegiatan monopoli di Maluku diperketat. Dengan demikian, beban rakyat semakin
berat. Sebab selain penyerahan wajib, masih juga harus dikenai kewajiban kerja paksa,
penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. Kalau ada penduduk yang melanggar akan
ditindak tegas.
b. Perlawanan rakyat Maluku muncul pada tahun 1635 di bawah pimpinan Kakiali, Kapitan
Hitu. Saat Kakiali tewas terbunuh, perjuangannya dilanjutkan Kapitan Tulukabessy.
Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1646. Sampai akhir abad ke-18 tak
terdengar lagi perlawanan pada VOC.

Baru kemudian muncul nama Sultan Jamaluddin, dan Sultan Nuku dari Tidore. Namun VOC
dengan cepat bisa memadamkan perlawanan itu. Lalu pada 1817 muncul tokoh dari di Pulau
Saparua bernama Pattimura. Dalam aksi Pattimura itu, Benteng Duurstede berhasil
dihancurkan oleh rakyat Maluku. Bahkan, Residen Belanda Van den Bergh terbunuh dalam
peristiwa tersebut.

Tak sampai di situ, Belanda terus membawa pasukan dari Ambon hingga Jawa demi
mengalahkan rakyat Maluku. Peristiwa ini menjalar ke kota lainnya di Maluku, seperti
Ambon, Seram, dan pulau lainnya agar rakyat Maluku mundur.

Rakyat Maluku pun mundur karena kekurangan pasokan makanan. Demi menyelamatkan
rakyat dari kelaparan, Thomas Mattulessia atau Patimurra menyerahkan diri dan dihukum
mati.
c. Belanda yang semakin terdesak lantas berpikir keras demi menemukan cara untuk
menghentikan sepak-terjang Pattimura yang kian menakutkan. Akhirnya, devide et impera
alias politik pecah-belah pun diterapkan. Belanda, tulis M. Sapija, berhasil memengaruhi
tokoh-tokoh rakyat yang dirasa tidak suka kepada Pattimura, termasuk Pati Akoon dan
Dominggus Thomas Tuwanakotta . Hasilnya mujarab. Berkat informasi dari Pati Akoon dan
Dominggus Thomas Tuwanakotta, strategi pasukan Pattimura diketahui Belanda.
Perlawanan rakyat Maluku di beberapa tempat dapat dipatahkan, bahkan Benteng
Duurstede mampu kembali direbut Belanda. Atas informasi dari orang dalam itu pula,
Belanda akhirnya bisa menangkap Pattimura yang saat itu sedang berada di Siri Sori, Maluku
Tengah, pada 11 November 1817. Menurut Soedarmanta, Pattimura ditangkap bersama
beberapa orang kepercayaannya. Belanda menawarkan kerjasama kepada Pattimura,
namun selalu ditolak mentah-mentah. Tak ada pilihan lain, Belanda pun menjatuhkan
hukuman mati. Akhirnya, pada 16 Desember 1817, Pattimura bersama Anthony Reebook,
Philip Latumahina, dan Said Parintah dihukum gantung di depan Benteng Nieuw Victoria,
Kota Ambon. Kapitan Pattimura gugur di tiang gantungan pada usia yang masih muda, 34
tahun. Pada 6 November 1973, pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Nasional.

3. Perang Padri

a. Perang Padri merupakan perlawanan kaum Padri terhadap dominasi pemerintahan


Hindia Belanda di Sumatera Barat. Perang ini bermula adanya pertentangan antara kaum
Padri dengan kaum Adat dalam masalah praktik keagamaan. Pertentangan itu dimanfaatkan
sebagai pintu masuk bagi Belanda untuk campur tangan dalam urusan Minangkabau. Perlu
dipahami sekalipun masyarakat Minangkabau sudah memeluk agama islam, tetapi sebagian
masyarakat masih memegang teguh adat dan kebiasaan yang adang-kadang tidak sesuai
dengan ajaran Islam. Mengenai sebutan Padri ini sesuai dengan sebutan orang Padir di
Aceh. Padir itu tempat persinggahan para jamaah haji. Orang Belanda menyebutnya dengan
Padri yang dapat dikaitkan dengan kata padre dari bahasa Portugis untuk menunjuk orang-
orang Islam yang berpakaian putih. Sementara Kaum Adat di Sumatera baat memakai
pakaian hitam.
b. Perang Padri di Sumatera Barat ini dapat dibagi dalam tiga fase :

a) Fase Pertama (1821-1825)

Pada fase pertama, kaum Padri menyerang pos-pos dan pencegatan terhadap patroli-patroli
Belanda. September 1821 pos-pos Simawang menjadi sasaran serbuan kaum Padri. Begitu
pula dengan pos-pos lain seperti Soli Air, dan Sipinang. Kemudian Tuanku Pasaman
menggerakkan sekitar 20.000 sampai 25.000 pasukan untuk mengadakan serangan di
sekitar hutan di sebelah timur gunung. Pasukan Padri menggunakan senjata-senjata
tradisional, seperti tombak dan parang. Sedangkan Belanda dengan kekuatan 200 orang
serdadu Eropa ditambah sekitar 10.000 pasukan orang pribumi termasuk juga kaum adat.
Belanda menggunakan senjata-senjata lebih modern seperti meriam dan senjata api lainnya.
Pertempuran ini memakan banyak korban. Di pihak Tuanku Pasaman kehilangan 350 orang
prajurit, termasuk putra Tuanku Pasaman. Begitu juga Belanda tidak sedikit kehilangan
pasukannya. Tuanku Pasaman dengan sisa pasukannya kemudian mengundurkan diri ke
Lintau. Sementara itu, pasukan Belanda setelah berhasil menguasai seluruh lembah tanah
datar, kemudian mendirikan benteng di Batusangkar yang kelak terkenal dengan sebutan
Fort Van der Capellen.

b) Fase Kedua (1825-1830)

Angka tahun 1825-1830. Tahun itu merupakan tahun yang sangat penting, sehingga bagi
Belanda digunakan sebagai bahan strategi dalam menghadapi perlawanan kaum Padri di
Sumatera Barat. Bagi Belanda tahun itu digunakan untuk sedikit mengendarkan ofensifnya
dalam Perang Padri. Upaya damai diusahakan sekuat tenaga. Oleh karena itu, Kolonel De
Stuers yang merupakan pengusaha sipil dan militer di Sumatera Barat berusaha
mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh kaum Padri untuk menghentikan perang dan
sebaliknya perlu mengadakan perjanjian damai. Kaum Padri tidak begitu menghiraukan
ajakan damai dari belanda, karena Belanda sudah terbiasa bersikap licik. Belanda kemdian
meminta bantuan kepada seorang saudagar keturunan Arab yang bernama Sulaiman Aljufri
untuk mendekati dan membujuk para pemuka kaum Padri agar dapat diajak berdamai.
Sulaiman Aljufri menemui tuanku Imam bonjol agar bersedia berdamai dengan Belanda.
Tuanku Imam Bonjol menolak. Kemudian menemui Tuanku Lintau ternyata merespon
ajakan damai itu. Hal ini juga didukung tuanku Nan Renceh. Itulah sebabnya pada tanggal 15
November 1825 ditandatangani Perjanjian Padang.

c.) Fase Ketiga (1830-1837/1838)

Pada pertempuran fase ketiga ini kaum Padri mulai mendapatkan simpati dari kaum adat.
Dengan demikian, kekuatan para pejuang di Sumatera Barat meningkat. Oang-orang Padri
yang mendapatkan dukungan kaum Adat itu bergerak ke pos-pos tentara Belanda. Kaum
Padri dari Bukit Kamang berhasil memutuskan sarana komunikasi antara benteng Belanda di
Tanjung alam dan Bukittinggi. Tindakan kaum Padri itu dijadikan alasan Belanda untuk
menyerang Koto tuo di Ampek Angkek yang dipimpin Gillavary, Belanda juga membangun
benteng pertahanan dari Ampang Gadang sampai ke Biaro. Batang Gadis, sebuah nagari
yang memiliki posisi sangat strategis terletak antara tanjung Alam dan Batu Sangkar juga
diduduki. Pada tahun 1831 Gillavary digantikan oleh Jacob Elout ini telah mendapatkan
pesan dari Gubernur Jenderal Van den Bosch agar melaksanakan serangan besar-besaran
terhadap kaum Padri.

4. Perang Diponegoro

a. Perang Diponegoro terjadi karena beberapa sebab yaitu, rakyat dibelit berbagai bentuk
pajak dan pungutan, pemerintah kolonial melakukan provokasi dengan embuat jalan yang
menerobos makan leluhur Pangeran Diponegoro. Hal itulah yang membuat Pangeran
Diponegoro maeah dan menganggapnya sebagai suatu penghinaan. Untuk memperkuat
kekuatannya, Pangeran Diponegoro membangun pusat pertahanan di Selarong. Dukungan
kepada PangeranDiponegoro datang dari mangkubumi, Sentot Alibasya Prawirodirjo, dan
Kiai Mojo. Pangeran diponegoro memimpin pasukannya dengan perang gerilya. Dan juga
sebelum melanjutkan perlawanan Pangeran diponegoro harus mengungsikan anggota
keluarga, anak-anak, dan orang-orang yang sudah lanjut usia ke Dekso (daerah Kulon Progo)
Karena hal itulah Pangeran Diponegoro disebut sebagai pejuang yang cinta tanah air dan
memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan.
b. Karena perang di penogoro melibatkan seluruh rakyat yang ada di pulau jawa maka
perang ini juga di sebut dengan perang jawa. Perang diponegoro merupakan perang
terbesar yang di hadapi pemerintah kolonial belanda hingga banyak berjatuhan korban di
anra kedua belah pihak.

5. Perlawanan di Bali

a. Perang Puputan Margarana terjadi pada tanggal 20 November 1946 di bawah pimpinan
Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang berlangsung antara Indonesia dan Belanda
Disebut sebagai "Puputan Margarana", karena perang ini terjadi di Desa Marga, Kecamatan
Margarana, Tabanan, Bali.
Latar Belakang :
1. Munculnya rasa kekecewaan rakyat Bali terhadap isi dari Perjanjian Linggarjati, yang
menyatakan bahwa hanya ada beberapa daerah saja di Indonesia yang diakui secara de
facto.
2. Kedatangan Belanda yang memporak-porandakan Bali
3. I Gusti Ngurah Rai menolak ajakan Belanda untuk bergabung ke dalam Negara Indonesia
Timur (NIT)
4. Pasukan Bali berhasil memperoleh kemenangan dalam penyerbuan ke tangsi NICA yang
memicu amarah Belanda
b. Hukum Tawang Karang (taban karang) adalah hak istimewa yang dimiliki raja-raja Bali
pada masa lalu, dimana raja akan menyita kapal-kapal yang terdampar di wilayah mereka
lengkap beserta seluruh muatannya.
Hukum tawang karang ditentang Belanda karena sangat merugikan Belanda, karena hukum
ini telah merugikan beberapa kapal - kapal Belanda.

c. Strategi yang diterapkan oleh I Gusti Ketut Jelantik dan rakyat Bali dalam perlawanan
terhadap Belanda adalah bertahan di benteng di Jagaraga

I Gusti Ketut Jelantik adalah perdana menteri Kerajaan Buleleng di pulau Bali, yang melawan
upaya Belanda menaklukkan pulau Bali. Sebagai pemimpin rakyat Bali, Jelantik melakukan
perlawanan terhadap ekspedisi Belanda di Bali yang diadakan pada tahun 1846, 1848 dan
1849. Saat itu Belanda sedang giat berupaya menguasai seluruh wilayah di Indonesia,
karena sumberdaya yang kaya dan juga untuk mencegah negara Eropa lain menjadi
pesaingnya.

Sebagai alasan penyerangan terhadap Bali, Belanda menggunakan alasan praktik “Tawan
karang”, yaitu adat Bali di mana kapal yang karam di Bali menjadi hak raja setempat.
Belanda juga menuntut raja-raja Bali, termasuk Buleleng, untuk tunduk kepada
pemerintahan Hindia Belanda, namun tuntutan ini ditolak.

Pada tahun 1846, Ketut Jelantik melawan pasukan Belanda dengan bertahan di Benteng
Jagaraga. Benteng Jagaraga yang terletak di bukit dan dipertahankan oleh ribuat pasukan
Bali dengan sengit. Pada pertempuran ini, Belanda gagal mengalahkan pasukan Bali.

Perlawanannya berakhir setelah dia kalah perang, akibat serangan Belanda berikutnya yang
terjadi pada tahun 1849. Kali ini, pasukan belanda dibantu oleh tembakan meriam dari
kapal-kapal laut. Ketut Jelantik akhirnya tewas saat diserang saat mengungsi ke Kintamani di
Gunung Batur, di wilayah Kerajaan Karangasem pada tahun 1849.

6. Perang Banjar

a. Dalam suasana sosial ekonomi yang memprihatinkan itu, di dalam kerajaan sendiri terjadi
konflik intern. Konflik ini terutama dipicu oleh intervensi Belanda. Hal ini bermula saat putra
mahkota Abdul Rakhman meninggal secara mendadak pada tahun 1852. Sementara Sultan
Adam memiliki tiga putra kandidat pengganti sultan, yakni Pangeran Hidayatullah (pangeran
Hidayat) Pangeran Tamjidilah, dan Prabu Anom. Ketiga kandidat ini masing-masing memiliki
pendukung. Pangeran Hidayatullah didukung pihak istana dan kebetulan sudah
mengantongi surat wasiat dari sultan Adam untuk menggantikan sebagai sultan, Pangeran
anom dijagokan sebagai mangkubumi, sedang Tamjidillah didukung Belanda.
b.Penyebab umum terjadinya perang banjar diantaranya:

- Ketidaksenangan rakyat banjar dengan tindakan Belanda yang merajalelanya pengambilalihan


perkebunan dan pertambangan di Kalimantan Selatan.

- Belanda terlalu banyak mencampuri urusan kesultanan.

- Tujuan Belanda mengambil alih Kalimantan Selatan karena ditemukan tambang batubara disana.

Penyebab Khusus Perang Banjar

Penyebab khusus terjadinya perang banjar diantaranya:

 Belanda mengangkat Sultan Tamjidullah sebagai Sultan Banjar yang seharusnya dipegang oleh
Pangeran Hidayatullah. Setelah Tamjidullah dilengserkan dari sultan, Kesultanan Banjar
dibubarkan pihak Belanda.

 Terjadinya monopoli perdagangan lada, rotan, damar, hasil tambang seperti emas, intan dan
lain sebagainya oleh Belanda yang menyebabkan kerugian bagi rakyat.

 Belanda terlalu mencampuri urusan tahta kerajaan dimana saat penentuan pengganti Sultan
Adam maka Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah sebagai gantinya karena ia disenangi
Belanda. Sedangkan Pangeran Hidayatullah yang lebih berhak hanya diberi kedudukan sebagai
Mangkubumi karena ia membenci Belanda.

7. Perang Aceh

a. Latar belakang terjadinya perang aceh antara lain adalah sebagai berikut:
a. Sebab-sebab umum:
1. Belanda melaksanakan Pax Nederlandica.
Pax Netherlandica (Perdamaian Nerlandika) adalah cita-cita Belanda untuk mewujudkan
Indonesia dalam satu kesatuan di bawah penjajahan Belanda. 2. Aceh menolak campur
tangan Belanda atas wilayah Aceh yang merupakan daerah yang strategis bagi pelayaran
dan perdagangan. 3. Inggris tidak akan menghalangi jika Belanda memperluas daerah ke
Sumatra.

b. Sebab khusus, yaitu:


1. Traktat Sumatera ditandatangani pada tanggal 2 November 1871 dan berisi tentang
Inggris yang memberikan kebebasan kepada Belanda untuk bisa memperluas daerah
kekuasaannya di wilayah Sumatera. Traktat itu pun menjadi ancaman yang berat di
Kesultanan Aceh sehingga kondisi yang kritis tersebut, Aceh menjalin hubungan sahabat dan
meminta bantuan ke banyak negara seperti Turki, Italia dan Amerika Serikat. Langkah-
langkah perlawanan yang dilakukan Aceh dengan meminta bantuan kepada beberapa
negara lain itu kemudian diketahui oleh pihak Belanda. Lalu, Belanda mengancam dan
memberi ultimatum kepada Kesultanan Aceh supaya tunduk di bawah kekuasaan
pemerintahan Hindia Belanda. Pihak Kesultanan Aceh tidak mau menuruti ultimatum itu
begitu saja sehingga pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda mengumumkan perang melawan
Aceh. Jawaban panjang Perang Aceh terkenal sebagai perang paling menyulitkan Belanda
dalam masa penjajahannya. Oleh karena sulitnya menundukkan Kesultana Aceh dalam
perang ini, Belanda sampai-sampai harus memanggil tenaga ahli sebagai penasehat khusus
van Heuttsz sebagai Gubernur Militer Belanda di pada waktu itu. Namanya adalah Dr.
Christiaan Snouck Hurgronje. Dia kemudian menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh
untuk meneliti system kemasyarakatan dan ketatanegaraan dalam kebudayaan Aceh. Hasil
kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat Aceh (De Acehers). Dr. Christiaan Snouck
Hurgronje menyarankan bahwa strategi yang tepat untuk mengalahakan Aceh adalah
dengan tetap menyerang terus dan menghantam terus kaum ulama dan tidak berunding
dengan pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya.
Menunjukkan niat baik Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan masjid,
memperbaiki jalan-jalan irigasi dan membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Taktik inilah
kemudan yang menjadi cikal-bakal kemenangan Belanda dalam perang Aceh yang memakan
waktu berlarut-larut.
b. Tahun 1884 merupakan tahun yang sangat penting, karena Muhammad Daud Syah telah
dewasa maka secara resmi dinobatkan sebagai sultan dengan gelar sultan Ala’uddin
muhammad Daud Syah bertempat di Masjid Indrapuri. Pada waktu upacara penobatan ini
para pemimpin Perang aceh seperti tuanku Hasyim, panglima Polim, tengku Cik Di Tiro
memproklamirkan “Ikrar Prang sabi” (Perang Sabil). Perang sabil merupakan perang
melawan kaphee Beulanda (kafir Belanda), perang suci untuk membela agama, perang
untuk mempertahankan tanah air, perang jihad untuk melawan kezaliman di muka bumi.
8. Perang Batak
a. Sebab-sebab / faktor-faktor penyebab terjadinya Perang Batak adalah sebagai berikut:
1. Sebab umum, terdiri atas:
a. Adanya perlawanan/tantangan Raja Batak Batak yakni Si Singamangaraja XII yang
masih menganut agama Batak asli/kuno (Parmalim) atas penyebaran agama Kristen di tanah
Batak. Perlawanan/tantangan ini disebabkan oleh karena adanya kekhawatiran Si
Singamangaraja XII bahwa penyebaran agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan
tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun di tanah Batak.
Untuk menghalangi penyebaran agama Kristen ini, maka pada tahun 1877 Raja Si
Singamangaraja XII berkeliling ke daerah-daerah untuk menghimbau agar masyarakat
mengusir para misionaris zending yang menyebarkan agama Kristen kepada penduduk di
tanah Batak. Himbauan Raja Singamangaraja XII pun menimbulkan pengusiran terhadap
para misionaris zending, bahkan menimbulkan penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-
pos zending di Silindung. Kejadian inilah yang kemudian memicu kemarahan Belanda.
Dengan alasan melindungi para misionaris zending, pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda
mengirim pasukan untuk menduduki Silindung yang mengakibatkan pecahnya Perang Batak.

b. Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan misi Zending yakni penyebaran
agama Kristen oleh pendeta-pendeta dari Jerman untuk menguasai daerah Batak sebagai
bagian dari Pax Netherlandica. Pax Netherlandica (Perdamaian Nerlandika) adalah cita-cita
Belanda untuk mewujudkan Indonesia dalam satu kesatuan di bawah penjajahan Belanda.

2. Sebab khusus,
yaitu timbulya kemarahan Si Singamangaraja XII selaku Raja Batak yang tidak sudi atas
penempatan pasukan Belanda di Tarutung sehingga wilayah kekuasaannya yang merdeka di
tanah Batak semakin berkurang (dimana hampir seluruh Sumatera yang sudah dikuasai
Belanda, kecuali Aceh dan tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka di bawah
pimpinan Raja Sisingamangaraja XII). Jawaban panjang Batak merupakan nama kawasan
dan sekaligus nama suku yang terletak di Pulau Sumatera. Suku Batak terdiri dari beberapa
sub-suku, seperti: Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Angkola, Batak
Mandailing, dan Batak Pakpak. Perang Batak atau perang Tapanuli atau dikenal juga
dengan perang Si Singamangaraja XII dimulai dari tahun 1878 – 1907. Perang ini terjadi di
tanah Batak yang terletak di Pulau Sumatera. Perang ini terjadi selama 29 tahun. Perang
batak ini terjadi disebabkan kedatangan bangsa Belanda ke pedalaman tanah Batak yang
masih merdeka dimana pada waktu itu dipimpin oleh Raja Si Singamangaraja XII yang
memiliki nama asli Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela sebagai ahli keturunan dari Si
Singa Mangaraja XI. Raja Si Singamangaraja XII sendiri merupakan gelar resmi yang
disandangnya selaku pemimpin tanah Batak. Setelah perang berakhir di tanah Batak,
Pemerintah Kolonial Belanda kemudian melakukan kerja rodi di wilayah taklukannya.
Banyak orang Batak yang tewas ditambah lagi dengan banyak kerugian harta benda, rumah
– rumah hancur dibakar, dan terjadinya pergeseran dalam bidang keagamaan dari agama
Parmalim dan kepercayaan Animisme-Dinamisme pada agama Kristen.

b. Sebelum beberapa kawasan di taklukkan belanda rakyat batak melakukan perlawanan


geriliya. Setelah mengetahui kekalahan dalam berbagai aspek perlawanan Sisingamangaraja
XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh
beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Setelah mengalami
serangan oleh Belanda di wilayah sekitar, Si Singamangaraja XII dan sisa pasukannya
melanjutkan perlawanan menuju Huta Puong. Pada bulan Juli tahun 1889, Si
Singamangaraja XII kembali melakukan serangan untuk melawan perluasan yang dilakukan
Belanda. Di Huta Puong ini pasukan Si Singamangaraja XII bertahan dalam jangka waktu
yang cukup lama. Namun di tanggal 4 September 1899, Huta Puong berhasil direbut oleh
Belanda. Setelah jatuhnya Huta Puong, Si Singamangaraja XII membuat pertahanan di
wilayah Pakpak dan Dairi. Pasukan Belanda yang dipimpin oleh van Daden melakukan
gerakan sapu bersih pada titik pertahanan dari Aceh sampai tanah Gayo, termasuk yang ada
di tanah Batak. Pada tahun 1907, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Hans Christoffel
fokus untuk melakukan penangkapan terhadap Si Singamangaraja XII. Si Singamangaraja XII
akhirnya berhasil dikepung di sekitar wilayah segitiga Barus Sidikalang dan Singkel.

Anda mungkin juga menyukai