Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahwa hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya perang antara orang Minahasa


dengan kompani Belanda, antara lain dipengaruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di
Minahasa khususnya Walak Tondano atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap sama
dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela (Portugis dan Spanyol) yang telah
membunuh beberapa Tona’as, antara lain Mononimbar dan Rakian dari Tondano dan Tona’as
Umboh dari Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan (Wewene) Minahasa.
Hal ini menimbulkan kesan bahwa semua orang kulit putih (kolonial) memiliki perangai yang
sama alias kejam. Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung
Pangalila kepala Walak Tondano, dan Ukung Sumondak kepala Walak Tompaso

Perang Pattimura (1817) merupakan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Maluku yang
merupakan bentuk perlawanan rakyat terhadap VOC atau serikat dagang milik Belanda.
Maluku yang merupakan surga rempah-rempah memang kerap didatangi para pedagang dari
Cina, India, Arab, hingga bangsa Eropa. Hal inilah yang membuat VOC datang dan Belanda
resmi menguasai Maluku dan membawa kesengsaraan bagi rakyat.
ak urung perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda pun meletus di bawah pimpinan
komando Thomas Matulessy atau dikenal dengan nama Kapitan Pattimura, sehingga disebut
dengan Perang Pattimura. Perang ini berlangsung di berbagai tempat, dan salah satunya
dikenal juga sebagai Perang Saparua.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Sejarah Perang Tondano ?
2. Bagaimankah Sejarah Perang Pattimura ?

B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui Sejarah Perang Tondano
2. Untuk mengetahui Sejarah Perang Pattimura

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERANG TONDANO

1. Perang Tondano I

Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun perang tonando di kenal dalam dua tahap.
Perang Tondono I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa barat
orang – orang spanyol sudah sampai di tanah Minahasa (Tondono) Sulawesi Utara. Orang-
orang spanyol disamping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa
dalam penyebaran agam kristen di tanah minahasa adalah Fransiscus Xaverius. Hubungan
dagang orang minahas dan spanyol terus berkembang. Tetapi mulai abad 22 hubungan
dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu
VOC telah berhasil menanamkan pengaruhnya di ternate. Bahkan gubernur Ternate bernama
simon cos mendapatkan kepercayaan dari batavia untuk membebaskan minahasa dari
pengaruh spanyol. Simon cos kemudian menempatkan kapalnya di selat lembeh untuk
mengawasi pantai timur minahasa. Para pedagang spanyol dan juga makasar yang bebas
berdagang mulai tersungkir karena ulah VOC.

VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang-orang minahasa menjual berasnya kepada
VOC. Oleh karena itu VOC sangat membutuhkan beras untuk melakukan monopoli
perdagangan bebas di sulawesi utara. Orang-orang minahasa menentang usaha monopoli
tersebut. Tidak ada pilihan lain bagi VOC kecuali memerangi orang-orang minahasa. Untuk
melemahkan orang- orang minahasa, VOC membendung sungai temberan. Akibatnya aliran
sungai meluap dan menggenangi tempat tinggal rakyat dan para pejuang minahasa. Orang-
orang minahasa kemudian memindahkan tempat tinggalnya di danau Tondono dengan
rumah-rumah apung.

Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang Minahasa yang terpusat di


danau Tondono. Simon Cos kemudian memberikan ultimatum yang isinya antara lain :
(1) orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC,
(2) orang-orang Tondano hrus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak
sebagai ganti rugi rusaknya tanaman pdi karena genangan air sungai temberan.

Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simo Cos sangat kesal
karena ultimatumnya tidak berhasil. Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke manado.

2
Setelah itu rakyat tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk,
tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC untuk membeli
hasil-hasil pertaniannya. Dengan demikian terbukalah tanah minahasa oleh VOC. Berakhirlah
Perang Tondano I. Orang-orang Minahasa itu kemudian memindahkan perkampungannya di
danau tondano ke perkampungan baru di daratan yang di beri nama Minawanua (ibu negeri).
a. Perang Tondano II

Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa pemerintahan
kolonial belanda. Perang ini di latarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jendral Deandels
yang mendapat mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar.
Untuk menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi. Mereka
yang dipilih adalah dari suku-suku yang memiliki kebernian berperang. Beberapa suku
dianggap memiliki keberanian adalah orang-orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas
perintah deandels melalu Kapten Hartingh, Residen Manado Prediger segera mengumpulkan
para Ukung.(Ukung adalah pemimpin dalam suatu wilayah watak atau daerah setingkat
distrik). Dari Minahasa di terget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 2000 orang
yang akan di kirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa umumnya tidak setuju dengan
program deandels untuk meregrut pemuda-pemuda minahasa sebagai pasukan kolonial.
Banyak di antara para ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan
perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktifitas perjuangannya di
Tondano, Minawanoa. Salah seorang pemimpin berlawanan itu adalah Ukung Lonto ia
menegaskan rakyat minahasa harus melawan kolonial belanda sebagai bentuk penolakan
terhadap program pengiriman 2000 pemuda minahasa ke jawa serta menolak kebijakan
klonial yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma- Cuma kepada belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur Prediger kecuali
mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang-orang minahasa di tondano,
minawanua.

Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung sungai temberan. Prediger juga
membentuk 2 pasukan tangguh. Pasukan yang satu disiapkan dari danau tondano dan pasukan
yang lain menyerang minawanua dari darat. Tanggal 23 oktober 1808 pertempuran mulai
berkobar. Pasukan belanda yang berpusat di danau tondano berhasil melakukan serangan dan
merusak pagar bambu berduri yang membatasi danau dengan perkampungan minawanua,
sehingga menerobos pertahanan orang-orang minahasa di minawanua. Walaupun sudah
3
malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan
perlawanan dari rumah ke rumah.pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari
tanggal 24 oktober 1808 pasukan belanda dari darat membombardir kampung pertahanan
Minawanua. Serangan terus di

lakukan belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi kehidupan. Pasukan prediger
mulai mengendorkan serangannya.

Tiba-tiba dari perkampungan itu orang-orang tondano muncul dan menyerang dengan
hebatnya sehingga beberapa korban berjatuhan dari pihak belanda. Pasukan Belanda terpaksa
di tarik mundur. Seiring dengan itu sungai temberan yang di bendung mulai meluap sehingga
mempersulit pasukan belanda sendiri. Dari jarak jauh belanda terus menghujani meriam ke
kampung minawanua, tetapi tentu idak efektif. Begitu juga swrangan yang dari danau tidak
mampu mematahkan semangat jaung orang-orang tondano, Minawanua. Bahkan terpetik
berita kapal Belanda yang paling besar tenggelam di danau. Perang Tondano II berlangsung
cukup lama,bahkan sampai agustus 1809. Dalam suasana kepenatan dan kekurangan
makananan mulai ada kelompok pejuang yang memihak kepada belanda. Namun dengan
kekuatan yang ada para pejuang tondano terus memberikan perlawanan. Akhirnya pada
tanggl 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan moraya milik para pejuang hancur bersama
rakyat yang berusaha mempertahankan. Para pejuang itu memilih mati dair pada menyerah.
3. Tokoh-tokoh Perlawanan Pattimura Angkat senjata
a) Kapiten Pattimura (Thomas Mattulessi)
b) Rhebok
c) Thomas Pattiwel
d) Raja tiow
e) Lukas Lutamahina
f) Johanes Mattulessi
g) Cristina Marta tihahu
h) kapitten paulu tiahahu (ayah Cristina Marta tihahu)

4. Akhir Perang

Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari ambon. Datanglah 300 prajurit yang dipimpin
oleh mayor beetjes. Pasukan ini kawal oleh kapal nassau dan kapal evertsen. Namun bantuan

4
ini dapat digagalkan oleh pasukan pattimura,bahkan mayor beetjes. Kembali kemenangan ini
semakin menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai tempat seperti di seram,
hitu,maluku,dan larike. Selanjutnya pattimura memusatkan perhatian untuk menyerang
benteng zeenlandia dipulau haruku. Melihat gelagat pattimura itu maka pasukan belanda
dibenteng ini dipekuat oleh komandannya groot. Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu,
pattiura gagal menembus benteng zeelandia.
Upaya perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya belanda
mengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari batavia untuk merebut kembali
benteng duurstede. Agustus 1817 saparua diblokade,benteng duurstede dikepung yang
disertai tembakan meriam yang bertubi-tubi. Satu-persatu perlawanan diluar benteng dapat
dipatahkan. Daerah di kepulauan itu jatuh kembali ke tangan belanda. Dalam kondisi yang
demikian itu pattimura memerintahkan pasukannya meloloskan diri dan meninggalkan
tempat pertahanannya. Dengan demikian benteng duurstede berhasil dikuasai belanda
kembali. Pattimura dan pengikutnya terus

melawan dengan gerilya. Tetapi bulan november beberapa pembantu pattimura tertangkap
seperti kapitten paulu tiahahu.(ayah christina tiahahu).yang kemudian dijatuhi hukuman mati.
Mendengar peristiwa ini christina martha tiahahu maran dan segera pergi ke hutan untuk
bergerilya. Belanda belum puas sebelum dapat menangkap pattimura. Bahkan belanda
mengumumkan kepada siapa saja yang dapat menangkap pattimura akan diberi 1.000 gulden.
Setalah enam bulan memimpin perlawanan, akhirnya pattimura tertangkap. Tepat pada
tanggal
16 desember 1817 pattimura dihukum gantung di alun-alun kota ambon. Christina martha
tiahahu yang berusaha melanjutkan perang gerilya akhinya juga tertangkap. Ia tidak dihukum
mati tetapi bersama 39 orang lainnya dibuang ke jawa sebagai pekerja rodi. Di kapal christina
martha tiahahu tidak mau makan dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 1
januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut. Dengan itu berakhirlah perlawanan pattimura.

5. TUJUAN BERPERANG:
Perang Tondano 1: karena Belanda meminta rakyat minahasa untuk menyerahkan berasnya
untuk dijadikan monopoli perdagangan, rakyat minahasa menolak kegiatan monopili
tersebut. jadi tujuan perang tondano 1 menolak monopoli perdagangan (beras) yg akan
dilaksanakan Belanda

5
Perang Tondano 2: Daendels yg kekurangan koloninya utk melawan Inggris yg ingin
menguasai pulau Jawa, akhirnya Daendels mengambil koloni-koloni tsb dari org pribumi.
tetapi org minahasa tidak ingin menyerahkan pemuda-pemudanya untuk dijadikan koloni
Belanda. jadi tujuan perang Tondano 2 ini menolak dijakannya orang pribumi(minahasa) utk
dijadikan koloni Belanda.

6. PENYEBAB TERJADINYA PERANG TANDANO 1 DAN 2:


1. VOC memaksakan orang2 minahasa menjual beras dgn harga murah ke VOC
akhirnya orang2 minahasa menolak dan voc memerangi orang2 minahasa

2. orang2 minahasa harus mengganti rugi perang dengan memberikan 50-60 budak ke
voc.

B. PERANG PATTIMURA

1. Penyebab Perang Pattimura

Sekitar abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Belanda, Spanyol dan Portugis
yang datang ke Maluku memang sudah mencoba memperebutkan kekuasaan dagang di
wilayah tersebut. Maluku sempat berada di bawah kekuasaan Inggris hingga pada awal abad
19, kawasan Maluku kembali berada dibawah kekuasaan Belanda. Hal ini terjadi setelah
Inggris menandatangani perjanjian traktat London dengan menyerahkan wilayah kekuasaan
Indonesia kepada Belanda. Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya
M.C Ricklefs, disebutkan beberapa alasan munculnya perlawanan masyarakat Maluku
terhadap Belanda pada 1817. Salah satuya adalah tindakan sewenang-wenang dari Residen
Saparua, Van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku karena kerja paksa
yang sebelumnya dihapus pemerintah Inggris justru kembali diberlakukan. Rakyat Maluku
juga diwajibkan untuk menyediakan perahu (orambai) guna memenuhi keperluan
administrasi dan militer Belanda tanpa diberi bayaran. Selain di Saparua, rakyat Maluku di
tempat lain juga diharuskan untuk menyerahkan ikan asin, kopi, dan hasil laut lainnya kepada
Belanda. Belanda juga melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah melalui pelayaran
Hongi di Maluku.

6
2. Kronologi Perang Pattimura

Pada Mei 1817, rakyat Maluku mulai membuat beberapa pertemuan untuk membahas strategi
dan konsep perlawanan terhadap Belanda. Dalam pertemuan 14 Mei 1817, rakyat Maluku
mengangkat sosok Thomas Matulessy yang merupakan bekas tentara Korps Ambon sebagai
pemimpin pergerakan dengan sebutan Kapiten Pattimura. Setelah dilantik, Pattimura
kemudian memilih beberapa orang untuk membantunya berjuang melawan Belanda yaitu
Anthoni Rhebok, Philips Latimahina, Lucas Selano, Arong Lisapafy, Melchior Kesaulya dan
Sarassa Sanaki, Christina Martha Tiahahu, dan Paulus Tiahahu. Pada 15 Mei 1817, operasi
penyerangan pos-pos dan benteng Belanda di Saparua dimulai oleh Kapiten Pattimura
bersama Philips Latumahina, Lucas Selano dan pasukannya. Operasi yang dikenal dengan
Perang Saparua tersebut berhasil merebut benteng Duurstede dan menewaskan kepala residen
Saparua bernama Van den Berg beserta pasukannya. Pada tanggal 20 Mei 1817 diadakan
rapat raksasa di Haria untuk mengadakan pernyataan kebulatan tekad melanjutkan perjuangan
melawan Belanda yang dikenal dengan nama Proklamasi Portho Hari.

Di waktu yang sama, Belanda juga melancarkan serangan balik dengan mengerahkan 300
pasukan dari Ambon yang dipimpin oleh Mayor Beetjes untuk merebut kembali benteng
Duurstede yang kemudian disebut dengan ekspedisi Beetjes. Upaya Mayor Beetjes tersebut
nyatanya dapat digagalkan oleh Kapiten Pattimura dan pasukannya. Kemenangan dalam
pertempuran lain juga didapatkan oleh Pattimura di sekitar pulau Seram, Hatawano, Hitu,
Haruku, Waisisil dan Larike. Pada tanggal 4 Juli 1817 sebuah armada kuat Belanda yang
dipimpin Overste de Groot berangkat menuju Saparua dengan tugas menjalankan vandalisme.
Wilayah Hatawano dibumihanguskan dan Belanda memulai berbagai siasat termasuk
berunding, serang mendadak, aksi vandalisme, dan adu domba yang dijalankan silih berganti.
Belanda juga melancarkan politik pengkhianatan terhadap Kapiten Pattimura dan para
pembantunya. Pada tanggal 11 November 1817 dengan didampingi beberapa orang
pengkhianat, Letnan Pietersen berhasil menyergap Kapiten Pattimura dan Philips Latumahina
saat berada di Siri Sori. Dilansir dari buku Kapitan Pattimura (1985) karya I.O Nanulaitta,
disebutkan bahwa Kapiten Pattimura dikhianati oleh raja Booi dari Saparua. Ia membocorkan
informasi tentang strategi Perang Pattimura dan rakyat Maluku sehingga Belanda dengan
mudah mampu merebut kembali Saparua.

7
Pada tanggal 16 Desember 1817, para tokoh pejuang yang ditangkap oleh Belanda yaitu
Kapitan Pattimura, Anthony Rhebok, Philip Latumahina, dan Said Parintah pun harus
berakhir di tiang gantungan di depan Benteng Nieuw Victoria, Kota Ambon. Hal inilah yang
menjadi akhir dari Perang Pattimura, sekaligus sebagai pengorbanan terakhir Kapiten
Pattimura bagi bangsa dan negaranya.

3. Dampak Perang Pattimura

Salah satu dampak perjuangan yang dilakukan dalam Perang Pattimura adalah direbutnya
Benteng Duurstede oleh rakyat Maluku. Selain itu, Perang Pattimura juga telah berhasil
menyatukan dan mengobarkan semangat perjuangan rakyat Maluku terhadap penindasan
yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Walau begitu pasca Perang Pattimura
berakhir maka kedudukan Belanda di Maluku semakin kuat dan semakin bersikap sewenang-
wenang, sehingga rakyat semakin sengsara. Sementara dari peristiwa bersejarah ini, untuk
mengenang jasa Kapitan Pattimura kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh
pemerintah Republik Indonesia. Kapitan Pattimura telah bersikap gagah berani menuntut
keadilan dan berusaha membawa kembali kemakmuran ke tangan rakyat Maluku hingga
akhir hayatnya.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Jadi perang tondano I dan II dan pattimura angkat senjata dipicu karena orang Belanda ingin
memaksa agar rakyat minahasa menyerahkan beras secara Cuma- Cuma kepada belanda dan
harus dikenai kewajiban kerja paksa,penyerahan ikan asin,dendeng,dan kopi dan pemuda di
wilayah Minahasa harus mau dikirim menjadi prajurit di jawa.para pejuang juga hancur
bersama rakyat di benteng pertahanan Moraya ,para pejuang juga memilih mati dari pada
menyerah (jadi pantang mundur sebelum kalah).
Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs,
disebutkan beberapa alasan munculnya perlawanan masyarakat Maluku terhadap Belanda
pada 1817. Salah satuya adalah tindakan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Van den
Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat Maluku karena kerja paksa yang sebelumnya
dihapus pemerintah Inggris justru kembali diberlakukan.

B. Saran
Saran kami selaku yang membuat makalah ini kita harus selalu mengenang dan
menghargai perjuangan pahlawan-pahlawan kita yang sudah memperjuangkan nyawa dan
hidupnya untuk membela negeri kita dari para penjajah. Dan dalam penulisan makalah ini
juga penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangannya atau masih jauh dari
kesempurnaannya seperti yang diharapkan oleh karena itu kritik dan saran baik itu dari
bapak/Ibu Guru maupun rekan siswa/siswi yang bersifat konstruktif sangat diharapkan guna
memperbaiki penulisan lebih lanjut.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://regional.kompas.com/read/2022/07/20/182128678/sejarah-perang-pattimura-
tokoh-penyebab-kronologi-dan-dampak?page=all

10

Anda mungkin juga menyukai