Anda di halaman 1dari 9

Makalah

Perang Melawan Penjajahan Kolonial Belanda


KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberkahi kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Perang Melawan Penjajahan Kolonial Belanda” dan sengaja dipilih
karena kita dapat mengambil nilai-nilai kejuangan tokoh pendahulu serta jalannya perlawanan tokoh
pejuang melawan kolonialisme. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai
keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan makalah ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami analisa
dengan sempurna dalam karya tulis ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat.


Daftar isi

Kata pengantar………………………………………………………………………………………………………….

Daftar isi……………………………………………………………………………………………………………………

BAB I Pendahuluan

a. Latar belakang………………………………………………………………………………………………….
b. Rumusan masalah…………………………………………………………………………………………….
c. Tujuan ……………………………………………………………………………………………………………..

BAB II Pembahasan

a. Perang Tondano………………………………………………………………………………………………
b. Perang Pattimura…………………………………………………………………………………………….
c. Perang Padri…………………………………………………………………………………………………….

BAB III Penutup

a. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………..
b. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perang tondano

Di tahun 1808 sampai 1809 terjadilah sebuah perang di wilayah Danau Tondano, Sulawesi Utara. Perang Tondano
ini merupakan perang yang dimana melibatkan suku Minahasa dengan pemerintah kolonial Belanda. Untuk
penyebab perang Tondano sendiri ialah diacbutnya Perjanjian Verbond yang dibuat pada tanggal 10 Januari 1679.

Yang Perjanjian Verbond sendiri menandakan sebuah ikatan persahabatan-persahabatan antara Minahasa dan
Belanda yang diingkari sendiri oleh pihak Belanda. Orang Minahasa yang sejak dulu dikenal tetap konsisten dalam
mempertahankan nilai-nilai budaya yang berorientasi pada kebenaran dan keadilan, serta tidak kenal kompromi
kepada siapapun yang melanggar komitmen adat tersebut.

Perang Pattimura

Perang Pattimura / Maluku ini terjadi tahun 1817 merupakan reaksi & perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin
oleh Kapitan Pattimura (Thomas Matulessy) yang dibantu beberapa pejuang antara lain Philip Latumahina, Thomas
Pattiwael , Anthony Reebok & Christina Martha Tiahahu. Latar belakang terjadinya perang pattimura karena VOC
mengeluarkan Hak Otroi

Rakyat Maluku memulai perlawanan pada tanggal 15 Mei 1817 dengan melakukan serangan malam ke Pos Perahu
di Pelabuhan Porto dan berhasil membakar perahu-perahu milik pemerintahan Belanda tersebut. Di keesokan
harinya Pasukan Pattimura menyerang & mengepung Benteng Duurstede. Tidak berselang lama akhirnya benteng
tersebut dapat dikuasai & membunuh Residen Van Den Berg dan perwira lainya.

Perang Padri

peperangan yang berlangsung di Sumatra Barat dan sekitarnya terutama di kawasan Kerajaan Pagaruyung dari
tahun 1803 hingga 1838. Perang ini merupakan peperangan yang pada awalnya akibat pertentangan dalam masalah
agama sebelum berubah menjadi peperangan melawan penjajahan.

Perang Padri dimulai dengan munculnya pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri
terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan
Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Kebiasaan yang dimaksud seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan
madat, minuman keras, tembakau, sirih, dan juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan, serta longgarnya
pelaksanaan kewajiban ritual formal agama Islam. Tidak adanya kesepakatan dari Kaum Adat yang padahal telah
memeluk Islam untuk meninggalkan kebiasaan tersebut memicu kemarahan Kaum Padri, sehingga pecahlah
peperangan pada tahun 1803.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perang Tondano terjadi ?


2. Bagaimana Perang Pattimura terjadi ?
3. Bagaimana Perang Padri terjadi ?

C. Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya perang tondano, perang padre, dan perang
pattimura.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Perang Tondano
1. Perang Tondano 1

Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada saat datangnya bangsa barat orang-orang
Spanyol sudah sampai di Tondano (Minahasa, Sulawesi Utara). Orang Spanyol di samping berdagang juga
menyebarkan agama Kristen dengan tokohnya Franciscus Xaverius. Ubngan mengalami perkembangan tatapi
pada abad ke-17 hubungan dagang mereka terganggu dengan munculnya VOC. Pada waktu itu VOC berhasil
menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Guberbur Ternate Simon Cos mendapatkan kepercayaan dari
Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh Spanyol. Simon Cos kemudian menempatkan kapalnya
di Selat Lembeh untuk mengawai pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga pedagang Makasar
bebas berdagang mulai tersingkir oleh VOC. Apalagi Spanyol harus meninggalkan Indonesia menuju Filipina.
VOC berusaha memaksakan orang-orang Minahasa untuk monopoli berusaha di Sulawesi Utara. Orang
Minahasa kemudian menentang usaha tersebut maka VOC berupaya untuk memerangi orang minahasa
dengan membendung Sungai Temberan. Akibatnya tempat tinggal tergenang dan kemudian tempat tinggal di
danau Tondano dengan rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung orang Minahasa di Danau
Tondano. Simon Cos mengeluarkan ultimatum yang berisi 1) orang Tondano harus menyerahkan tokoh
pemberontak kepada VOC 2) orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 nbudak
sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi. Simon Cos kecewa karena ultimatum tidak diindahkan .Pasukan
VOC kemudian dipindahkan ke Manado. Setelah itu rakayat Tondano menghadapi masalah dengan hasil
panen yang menumpuk tidak laku terjual kepada VOC. Dengan terpaksa kemudian mereka mendekaati VOC,
maka terbukalah tanah Tondano bagi VOC. Berakhirlah perang Tondano I. Orang Tondano memindahkan
perkampungannya kedataran baru yang bernama Minawanua (ibu negeri).

2. Perang Tondano 2

Perang Tondano II terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada abad ke-19, yakni pada masa kolonial
Belanda. Perang ini dilatarbelakangi oleh kebijakanGubernur Jenderal Daendels. Deandels yang mendapat
mandat untuk memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah besar. Untuk menambah pasukan
maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi . Mareka yang dipilih adalah suku-suku yang memiliki
keberanian adalah orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah Deandels melalui Kapten Hartingh,
Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung (pemimpin walak atau daerah setingkat distrik).
dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan pasukan sejumlah 2.000 orang yang akan di kirim ke jawa.
Ternyata orang-orang Minahasa tidak setuju dengan program Deandels untuk merekrut pemuda-pemuda
Minahasa sebagai pasukan kolonial. Kemudian para ukung bertekad untuk mengadakan perlawanan terhadap
kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas perjuangannya di Tondano Minahasa.

Dalam suasana Gubernur Prediger untuk meyerang pertahanan orang-orang Minahasa di Tondano,
Minawanua, dengan cara membendung Sungai Temberan dan membentuk dua pasukan tangguh. Tanggal 23
Oktober 1808 Belanda berhasil menyerang orang-orang Minahasa. Tanggal 24 Oktober 1808 Belanda
menguasai Tondano dan mengendorkan serangan tetapi kemudian orang-orang Tondano muncul dengan
melakukan serangan.
Perang Tondano Ii berlasung lama sampai Agusttus 1809.dalam suasana kepenatan banyak kelompok
pejuang kemudian memihak Belanda. Namun dengan kekuatan yang ada para pejuanga Tondano terus
memberikan perlawanan. Akhirnya tanggal 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya hancur bersama
para pejuang. Mereka memilih mati daripada menyerah.

B. Perang Pattimura

Pada tahun 1605 Belanda mulai memasuki wilayah Maluku dan berhasil merebut benteng Portugis di Ambon.
Praktik monopoli dengan sistem pelayaran hongi menimbulkan kesengsaran rakyat. Pada tahun 1635 muncul
perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke
berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van Diemen dari Batavia dua
kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan
rakyat Maluku, Kompeni menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh
Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali.
Dengan gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku,
sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-orang Hitu di bawah pimpinan Telukabesi.
Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang
dipimpin oleh Saidi. Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak Belanda agak
terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655 bala bantuan datang di bawah pimpinan
Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit di Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi
tertangkap dan dihukum mati, maka patahlah perlawanan rakyat Maluku.
Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi
perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin, namun segera dapat ditangkap dan diasingkan
ke Sailan (Sri Langka). Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari tangan VOC. Akan tetapi
setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai kembali wilayah Tidore.
Perlawanan Pattimura (1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota kecil di dekat
pulau Ambon. Sebab-sebab terjadinya perlawanan terhadap Belanda adalah :
1) Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita dibawah VOC
2) Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali penyerahan wajib dan kerja
wajib
3) Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
Akibat penderitaan yang panjang rakyat menetang Belanda dibawah pimpinan Thomas Matulesi atau
Pattimura. Tanggal 15 Mei 1817 rakyat Maluku mulai bergerak dengan membakar perahu-perahu milik Belanda
di pelabuhan Porto. Selanjutnya rakyat menyerang penjara Duurstede. Residen Van den Berg tewas tertembak
dan benteng berhasil dikuasai oleh rakyat Maluku.
c. Perang Padri

Perang Padri terjadi di tanah Minangkabau, Sumatra Barat tahun 1821-1827 perang ini terjadi karena adanya
pertentangan antara kaum padri dengan kaum adat , pertentangan tersebut telah menjadi pintu masuk bagi campur
tangan belanda, di sana terdapat tiga orang ulama yaitu H.miskin,H.sumanik, dan H.piabang. ulama tersebut di
senut orang-orang yang melakukan gerakan pemurnian di minangkabau dengan nama kaum padri.
Tahun 1821 pemerintah hindia belanda mengangkat james du pui sebagai residen minangkabau pada masa
itu dia mengadakan perjanjian persahabatan dengan tokoh adat. Dengan perjanjian ini beberapa daerah kemudian
di duduki oleh belanda. Perang padri meletus karena masa itu belanda menempatkan dua meriang dan 100 orang
serdadu belanda yng di tentang keras.

1. Fase Pertama ( 1821 – 1825 )

Di mulai bulan september 1821 pos pos Simawang menjadi sasaran serbuan Kaum Padri. Kemudian tuanku
pasangan mengerakkan sekitar 20.000-25.000 pasukan. Pasukan padri masa itu masih menggunakan senjata
tradisionl sedangkan pasukan belanda menggunakan persenjataan yang lengkap dan modern. Di pihak keduanya
banyak kehilangan pasukan.belanda mendirikan benteng di batu sangkar yng terkenal dengan sebutan front van
der Capellen. Perlawanan tersebut muncul di berbagai tempat namun dengan memusatkan perjuangan di lintau
dan tuanku nan renceh menjadi pemimpin. September 1822 kaum padri berhasil mengusir belanda dan 1823
pasukan padri berhasil mengalahkan belanda kemudian belanda mengambil strategi damai, 26 januari 1824.
Perdamaian terseut di manfaatkn kaum padri untuk menduduki daerah-daerah lain, namun belanda menolak.
Dan itu menimbulkan amarah kaum padri. Kemudian tuanku imam bonjol menggerakkan kembali semangat
melawan belanda.

2. Fase kedua ( 1825 – 1830 )

Pada tahun 1825-1830 di gunakan belanda untuk sedikit mengendorkan ofensifnya dalam perang padri.
Upaya damai di usahakan sekuat tenaga. Kolonel de Stuers penguasa sipil militer di Sumatra Barat berusaha
mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh kaum padri, namun tidak dihiraukan. Belanda dengan kelicikannya
kemudian belanda meminta bantuan Sulaiman al Jufri untuk mendekati dan membujuk para pemuka kaum
padri. Imam bonjol menolak tapi Tuanku Lintau menerima hali ini juga di dukung Tuanku Nan Renceh. Tangal
15 november 1825 ada perjanjian padang yang berisi
1) Belanda mengakui kekuasaan pemimpin padri di Batu Sangkar, Saruaso, Padang Guguk Sigandang, Agam,
Bukit Tinggi dan menjamin pelaksanan sistem agama di daerahnya
2) Kedua belah pihak tidak akan saling menyerang
3) Kedua pihak akan melindungi para pedagang dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan
4) Secara bertahap belanda akan melarang praktik adu ayam.

3. Fase Ketiga (1830-1837/1838 )

Pada fase ini kaum padri mendapatkan simpati dari kaum adat yang menyebabkan kekuatan para pejuangdi
sumatra barat meningkat. Kaum padri dari bukit kamang berhasil memutuskan saran komunikasi belanda di
tanjung alam dan bukit tinggi. Tindakan itu di jadikan gillavry untuk menyerang koto tuo di ampek angkek.
Tahun 1831 gillavry di gantikan oleh jacob elout yang mendapat pesan dari jenderal van den bosh
melaksanakan serangan besar-besaran.
Enout setelah menguasai batipuh ditujukan ke benteng marapalam. Dengan bantuan dua orang padri
yang berkhianat pada tahun 1831 agustus belanda berhasil menguasai benteng marapalam. Dengan begitu
beberapa nagari di sekitarnya ikut menyerah.
Tahun 1832 belanda meningkatkan ofensif pada kekuatan kaum Padri. Pada tahun 1833 kekuatan
belanda sudah begitu besar. Belanda melakukan penyerangan pada pos pos pertahanan kaum
padri.banuhampu, kamang, guguk sigandang, tanjung alam, sungai kuar, candung dan nagari di agam.
Penyerangan guguk sigandang merupakan catatan hitam dengan penyembelihan dan penyincangan terhadap
tokoh-tokoh kaum padri sekaligus mereka yang dicurigai sebagai pendukung padri. Penyerbuan kamang
mendapat perlawanan sengit namun berhasil dimenangkan belanda, dalam penyerbuan itu banyak korban
dan ditangkapnya tuanku nan cerdik.
Van den Bosch menerapkan strategi winning the heart pada masyarakat pajak pasar dan pajak lain. dan
pajak lain di hapuskan. Penghulu yang kehilangan penghasilan diberi gaji 25-30 golden, para kuli juga diberi
gaji 50 sen perhari. Elout digantikan oleh E. Francis kemudian dikeluarkan plakat panjang. Plakat panjang yaitu
pernyataan yang isinya tidak akan ada lagi peperangan antara belanda dan kaum padri. Setelah pasukan
tuanku nan cerdi dapat dihancurkan kemudian digantikan oleh tuanku imam bonjol. Tahun 1834 belanda
memusatkan menyerang pasukan imam bonjol. Tanggal 16 juni 1835 benteng bonjol dihujani meriam. Tahun
1835 agustus benteng perbukitan dekat bonjol di kuasai belanda. Pada saat itu imam bonjol ingin berdamai
tapi belanda tidak memberi jawaban justru semakin ketat mengepung pertahanan di bonjol.tahun 1836
benteng bonjol dapat di pertahankan tetapi satu persatu pemimpin padri di tangkap yang kemudian
melemahkan pertahanan pasukan padri.bulan oktober 1837 belanda mengepung benteng bonjol. Tanggal 25
oktober 1837 imam bonjol di tangkap di buang ke cianjur jawa barat, Tanggal 19 januari 1839 ia di buang ke
ambon, dan tahun1841 di pindah ke manado dan meninggal pada tanggal 6 november 1864.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perang yang terjadi pada abad ke – 18 dan 19 dan awal 20 merupakan perlawanan terhadap pemerintah
kolonial Hindia Belanda.
Pemerintah kolonial Belanda tetap menjalankan taktik perang yang licik dan kejam. Tipu daya pura-
pura mengajak damai, mengadu domba dan menangkap anggota keluarga pimpinan perang Indonesia terus
dilakukan.
Perang melawan penjajahan pemerintah kolonial Hindia Belanda memang belum berhasil, tetapi
semangat juang rakyat dan para pemimpin perang kita tidak akan pernah padam. Kedaulatan dan
kemerdekaan rakyat Indonesia harus terus diperjuangkan agar bebas dari penjajahan. Penjajahan pada
hakikatnya selalu kejam, menangnya sendiri, serakah, tidak memperhatikan penderitaan orang lain.
Penjajahan senantiasa bertentngan dengan harkat dan hak sasi manusia.
Banyak nilai-nilai keteladanan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
semangat cinta tanah air, rela berkorban, kebersamaan, kerja keras pantang menyerah engan berbagai
tantangan, sehingga dapat memotivasi kita untuk bekerja keras dan giat belajar.

B. DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Padri
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Tondano
https://id.wikipedia.org/wiki/Pattimura
http://berbagilillah.blogspot.com/2016/11/mengevaluasi-perang-melawan-penjajahan.html

Anda mungkin juga menyukai