XI MIPA 1
Kelompok 1 :
Della Fransiska Belina
Firman Ardiansyah
Lia Widiawati
Rendy Hermawan
Ridwan
A. Latar Belakang
1. Perang Tondano
Bahwa hal-hal yang melatar belakangi terjadinya perang antara
perang minahasa dengan kompani Belanda, antara lain dipengaruhi
oleh sikap antipasti seluruh walak di minahasa khususnya walak
tondano atas kedatangan kolonial belanda yang dianggap sama
dengan kolonial asing sebelumnya, yakni orang Tasikela (Portugis
dan Spanyol) yang telah membunuh beberapa Tona’as, antara lain
Mononimbar dan Rakian dari tondano dan tona’as umboh dari
tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempuan (wewene)
Minahasa. Hal ini menimbulkan kesan bahwa semua orang kulit putih
( kolonial ) memiliki perangai yang sama alias kejam. Demikian juga
pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya ukung panglima kepala
walak tondano dan ukung sumondak kepala walak tompaso.
B. Rumusan Masalah
A. Perang Tondano I
Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun perang tondano di kenal
dalam dua tahap. Perang Tondano I terjadi pada masa kekuasaan VOC.
Pada saat datangnya bangsa barat orang orang spanyol sudah sampai
ditanah Minahasa (Tondano) Sulawesi Utara. Orang- orang spanyol
disamping berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang
berjasa dalam penyebaran agama Kristen ditanah minahasa adalah
Fransiscus Xaverius. Hubungan dagang orang minahasa dan spanyol terus
berkembang. Tetapi mulai abad XVII hubungan dagang antara keduanya
mulai terganggu dengan kehadiran para pedagang VOC. Waktu itu VOC
telah berhasil menanamkan pengaruhnya di ternate. Bahkan gubernur
ternate bernama simon cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia unuk
membebaskan minahasa darinpengaruh spanyol. Simon cos kemudian
menepatkan kapalnya diselat lembeh untuk mengawasai pantai timur
minahasa. Para pedagang spanyol dan juga makasar yang bebas berdagang
mulai tersingkir karna ulah VOC.
B. Perang Tondano II
Perang Tondano II sudah terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada
masa pemerintahan kolonial belanda. Perang ini di latarbelakangi oleh
kebijakan Gubernur Jendral Deandels yang mendapat mandate untuk
memerangi Inggris, memerlukan pasukan dalam jumlah yang besar. Untuk
menambah jumlah pasukan maka direkrut pasukan dari kalangan pribumi.
Mereka yang dipilih adalah dari suku -suku yang memiliki keberanian
berperang. Beberapa suku dianggap memeiliki keberanian adalah orang –
orang Madura, Dayak dan Minahasa. Atas perintah deandels melalu Kapten
Hartingh Manado Prediger segera mengumpulkan para Ukung. Ukung
adalah pemimpin dalam suatu wilayah watak atau daerah setingkat lisrtik.
Dari Minahasa ditarget untuk mengumpulkan calon pasukan sejumlah 200
orang yang akan di kirim ke Jawa. Ternyata orang-orang Minahasa
umumnya tidak setuju dengan progam deandels untuk meregrut pemuda-
pemuda minahasa sebagai pasukan kolonial. Banyak di antara para ukung
mulai meninggalkan rumah. Mereka justru ingin mengadakan perlawanan
terhadap kolonial belanda. Mereka memusatkan aktifitas perjuangannya di
Tondano, Minawanoa. Salah seorang pemimpin berlawanan itu adalah
Ulung Lonto ia menegaskan rakyat minahasa harus melawan kolonial
belanda sebagai bentuk penolakan terhadap program pengiriman 2000
pemuda menahasa ke jawa serta menolak kebijakan klonial yang memaksa
agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma Cuma kepada belanda. Dalam
suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lain bagi Gubernur
Pradiger kecuali mengirim pasukan untuk menyerang pertahanan orang
orang minahasa di tondano, minawanua.
E. Akhir Perang
Belanda kemudian mendatangkan bantuan dari ambon. Datanglah 300
prajurit yang dipimpinoleh mayor beetjes. Pasukan ini kawal oleh kapal
nassau dan kapal evertsen. Namun bantuan inidapat digagalkan oleh pasukan
pattimura,bahkan mayor beetjes. Kembali kemenangan inisemakin
menggelorakan perjuangan para pejuang diberbagai tempat seperti di
seram,hitu,maluku,dan larike. Selanjutnya pattimura memusatkan perhatian
untuk menyerang bentengzeenlandia dipulau haruku. Melihat gelagat
pattimura itu maka pasukan belanda dibenteng inidipekuat oleh
komandannya groot. Patroli juga terus dirketat. Oleh karena itu, pattiura
gagalmenembus benteng zeelandia.
Upaya perundingan mulai ditawarkan, tetapi tidak ada kesepakatan. Akhirnya
belandamengerahkan semua kekuatannya termasuk bantuan dari batavia
untuk merebut kembali bentengduurstede. Agustus 1817 saparua
diblokade,benteng duurstede dikepung yang disertai tembakanmeriam yang
bertubi-tubi. Satu-persatu perlawanan diluar benteng dapat dipatahkan.
Daerah dikepulauan itu jatuh kembali ke tangan belanda. Dalam kondisi yang
demikian itu pattimuramemerintahkan pasukannya meloloskan diri dan
meninggalkan tempat pertahanannya. Dengandemikian benteng duurstede
berhasil dikuasai belanda kembali. Pattimura dan pengikutnya terusmelawan
dengan gerilya. Tetapi bulan november beberapa pembantu pattimura
tertangkap sepertikapitten paulu tiahahu.(ayah christina tiahahu).yang
kemudian dijatuhi hukuman mati.
Mendengar peristiwa ini christina martha tiahahu maran dan segera pergi ke
hutan untuk bergerilya. Belanda belum puas sebelum dapat menangkap
pattimura. Bahkan belanda mengumumkan kepada siapa saja yang dapat
menangkap pattimura akan diberi 1.000 gulden. Setalah enam bulan
memimpin perlawanan, akhirnya pattimura tertangkap. Tepat pada tanggal 16
desember 1817 pattimura dihukum gantung di alun-alun kota ambon.
Christina martha tiahahuyang berusaha melanjutkan perang gerilya akhirnya
juga tertangkap. Ia tidak dihukum mati tetapi bersama 39 orang lainnya
dibuang ke jawa sebagai pekerja rodi. Di kapal christina martha tiahahu tidak
mau makan dan buka mulut. Ia jatuh sakit dan meninggal pada tanggal 1
januari 1818. Jenazahnya dibuang ke laut. Dengan itu berakhirlah
perlawanan pattimura.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Jadi perang tondano I dan II dan pattimura angkat senjata dipicu karena
orang Belanda ingin memaksa agar rakyat minahasa menyerahkan beras
secara Cuma-Cuma kepada belanda dan harus dikenai kewajiban kerja paksa,
penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi dan pemuda diwilayah Minahasa
harus mau dikirim menjadi prajurit di jawa.para pejuang juga hancur
bersamarakyat di benteng pertahanan Moraya ,para pejuang juga memilih
mati dari pada menyerah (jadi pantang mundur sebelum kalah).
b. Saran
Referensi
https://3.bp.blogspot.com/_81yQhTG98Ao/TFOC0RRwAXI/
AAAAAAAABAJ/zxcukY-yZy/s1600/Tondano +1670.jpg
https://dedekoktavia27.blogspot.co.id/2014/12/contoh-makalah-perlawanan-
terhadap.html
https://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS0w1-
JJ6V5bfAqWMU7KLel3A9RbT7pMrGhk3EaKIVp1lvM