Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PERANG TONDANO

Di susun oleh : 1. Rosita Sari


2. M. Haidir
Kelas : XI Mipa 3
Guru Pembimbing : Siamusfifah Andri W, S.Pd

MATA PELAJARAN SEJARAH INDONESIA


TAHUN AJARAN 2021/202
SMA NEGERI 1 JORONG
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat ALLAT SWT karena atas
Limpahan Rahmat dan Karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan
Judul “laporan perang tondano”

Tak lupa saya ucapkan terimakasih kepada ibu Siamusfifah Andri W, S.Pd selaku guru sejarah
Indonesia yang membimbing saya dalam pengerjaan makalah ini. Saya juga mengucapkan
Terimakasih kepada teman teman yang membantu dalam hal pengumpulan data data.

Tak ada gading yang tak retak karena nya saya sebagai penulis memyadari bahwa penulisan
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna,baik dari sisi materi maupun penulisan nya. Saya
Dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima berbagai masukan dan saran yang
Bersifat membangun yang di harapkan berguna bagi pembaca
A. LATAR BELAKANG

Perang yang terjadi pada tahun 1808-1809 yang Melibatkan orang Minahasa di Sulawesi utara
Dan pemerintah kolonial Belanda pada permulaan abad 19 adalah Perang Tondano. Perang
Tondano terjadi selama dua periode, yakni Pada masa pemerintahan VOC dan perang yang
Meletus pada Abad ke-19. Perang yang berlangsung di sekitar Danau Tondano, Sulawesi Utara,
Ini merupakan bentuk perlawanan Rakyat Minahasa terhadap pendudukan bangsa Belanda.
Penyebab Perang Tondano 1 adalah ambisi VOC untuk Memonopoli beras di Minahasa, yang
Secara berani ditentang Oleh rakyatnya. Sayangnya, rakyat Minahasa terpaksa Menyerah
Kepada VOC karena perekonomiannya terancam.

• Latar belakang Perang Tondano 1


Sebelum VOC menyentuh Sulawesi Utara, rakyat Minahasa telah melakukan hubungan dagang
Dengan bangsa Spanyol , yang juga menyebarkan agama Kristen di wilayah Tersebut. Salah
Satu tokoh yang diketahui berjasa dalam Penyebaran agama Kristen di Minahasa adalah
Fransiscus Xaverius. Akan tetapi, hubungan antara Minahasa dan Spanyol menjadi terganggu
Ketika pada abad ke-17, VOC Berhasil menanamkan pengaruhnya di Ternate. Gubernur Simon
Cos, yang diberi kepercayaan n dari Batavia Untuk membebaskan Minahasa dari Spanyol,
Mulai Menempatkan kapalnya di Selat Lembeh.

B. TERJADINYA PEPERANGAN

▪ Perang Tondano I (1808)


Sekalipun hanya berlangsung sekitar satu tahun Perang Tondano terjadi dalam dua tahap.
Perang Tondano 1 terjadi pada masa kekuasaan VOC. Pada Saat datangnya Bangsa Barat,
Orang orang Spanyol Selain berdagang juga menyebarkan agama Kristen. Tokoh yang berjasa
Dalam penyebaran agama Kristen Di tanah Minahasa adalah Fransiscus Xaverius.Hubungan
Dagang orang Minahasa dan Spanyol terus Berkembang. Tetapi mulai abad XVI hubungan
Dagang antara keduanya mulai terganggu dengan kehadiran Para pedagang VOC. Waktu itu
VOC telah berhasil Menanamkan pengaruhnya di Ternate. Bahkan Gubernur Ternate Simon
Cos mendapatkan Kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari pengaruh

Spanyol. Simon Cos kemudian Menempatkan kapalnya di Selat Lembeh untuk Mengawas Timur
Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga Makasar yang bebas berdagang Mulai tersingkir karena
ulah VOC. Apalagi waktu itu Spanyol harus meninggalkan Kepulauan
Indonesia Untuk menuju Filipina. VOC berusaha memaksakan kehendak agar orang Orang
Minahasa menjual berasnya kepada VOC. Hal ini Karena VOC sangat membutuhkan beras
Untuk Melakukan monopoli perdagangan beras di Sulawesi Utara. Orang orang Minahasa
Menentang usaha Monopoli tersebut. Tidak ada pilihan lagi bagi VOC kecuali memerangi
Orang orang Minahasa. Untuk melemahkan orang orang Minahasa, VOC membendung sungai
Temberan. Akibatnya aliran sungai meluap dan mengenangi tempat ting al rakyat dan para
Pejuang Minahasa. Orang orang minahasa kemudian memindahkan tempat ting alnya di Danau
Tondano dengan rumah-rumah apung Pasukan VOC kemudian mengepung kekuatan orang-
Orang Minahasa yang berpusat di Danau Tondano. Simon Cos kemudian memberikan
Ultimatum yang isinya antara lain:
(1) Orang-orang Tondano harus menyerahkan para tokoh pemberontak kepada VOC
(2) Orang-orang Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak
Sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi karena genangan air Sungai Temberan.
Ternyata rakyat Tondano bergeming dengan ultimatum VOC tersebut. Simon Cos sangat kesal
Karena ultimatumnya tidak diperhatikan Pasukan VOC akhirnya ditarik mundur ke Manado.
Setelah itu rakyat Tondano menghadapi masalah dengan hasil pertanian yang menumpuk,
Tetapi tidak ada yang membeli. Dengan terpaksa mereka kemudian mendekati VOC agar
Membeli hasil- hasil pertanian ya. Dengan demikian, terbukalah tanah Minahasa oleh
VOC.Berakhirlah Perang Tondano 1 Orang-orang Minahasa kemudian memindahkan
Perkampungan ya di Danau Tondano ke perkampungan baru di daratan yang diberi nama
Minawanua(ibu negeri)

▪ Perang Tondano II (1809)

Perang Tondano I sebenarnya sudah terjadi Ketika memasuki abad ke-19, yakni pada masa
Pemerintahan kolonial Belanda. Perang ini di Latarbelakangi oleh kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels yang mendapat mandat untuk Minawanuaa dari serangan Inggris. Daendels
Memerlukan pasukan dalam jumlah Besar. Untuk menambah jumlah pasukan,maka Direkrut
Pasukan dari kalangan pribumi. Mereka Yang di pilih adalah suku suku yang memilikiK

Berperang. Beberapa suku yang diang ap memiliki keberanian adalah orang orang
Madura,Dayak, dan Minahasa. Atas perintah Daendels melalui kapten hartingh,Residen
Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung. (Ukung adalah pemimpun dalam suatu
Wilayah Walak atau daerah setingkat distrik). Belanda Menargetkan 20 pasukan Belanda yang
Akan di Kirim ke Jawa. Ternyata orang orang MinahasaUm idak setuju dengan program
Deandels Untuk merekrut pemuda pemuda Minahasa Sebagai pasukan kolonial. Banyak
Diantara para Ukung mulai meninggalkan rumah. Mereka justru Ingin mengadakan perlawanan
Terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas Perjuangan ya di Tondano,
Minawanua. Salah seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto. Ia menegaskan
Bahwa rakyat Minahasa seorang pemimpin perlawanan itu adalah Ukung Lonto. Ia menegaskan
Bahwa rakyat Minahasa harus melawan kolonial Belanda sebagai bentuk penolakan terhadap
Program penolakan terhadap 2000 pemuda Minahasa ke Jawa serta menolak kebijakan kolonial
Yang memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara Cuma Cuma kepada Belanda.
Dalam suasana yang semakin kritis itu tidak ada pilihan lagi bagi Residen Prediger
Kecuali mengirimkan pasukan untuk menyerang orang Minahasa di Tondano Minawanua.
Belanda kembali menerapkan strategi dengan membendung sungai Temberan. Prediger juga
Membentuk dua pasukan tangguh..Satu pasukan dipersiapkan untuk menyerang dari Danau
Tondano, sedangkan pasukan yang lain menyerang Minawanua dari darat. Tanggal 23 Oktober
1808 pertempuran mulai berkobar. Pasukan Belanda yang berpusat di Danau Tondano berhasil
Melakukan serangan dan merusak pagar bambu berduri yang membatasi Danau dengan
Perkampungan menerobos pertahanan orang -orang Minahasa di Minawanua. Walaupun
Sudah malam para pejuang tetap dengan semangat yang tinggi terus bertahan dan melakukan
Perlawanan dari rumah ke rumah. Pasukan Belanda merasa kewalahan. Setelah pagi hari tanggal
24 Oktober 1808 pasukan Belanda dari darat membombardir kampung pertahanan
Minawanua. Serangan terus di lakukan Belanda sehingga kampung itu seperti tidak ada lagi
Kehidupan. Pasukan Prediger mulai mengendokan pasukanya. Tiba tiba dari perkampungan itu
Orang orang Tondano muncul dan menyerang dengan hebatnya sehingga beberapa korban
Berjatuhan dari pihak Belanda. Pasukan Belanda di tarik mundur. Seiring dengan itu sungai
Temberan yang di bendung mulai meluap sehingga mempersulit pasukan Belanda sendiri.Dari
Jarak jauh Belanda terus menghujani meriam ke kampung Minawanua, mematahkan semangat
Jjuang orang orang Tondano, Minawanua. Bahkan berita kapal Belanda yang paling besar
Tenggelam di danau
Perang Tondano II berlangsung cukup lama, bahkan sampai Agustus 1809. Dalam suasana
Kepenatan dan kekurangan makanan,mulai ada kelompok perjuang yang memihak kepada
Belanda.Namun dengan kekuatan yang ada para pejuang Tondano terus memberikan
Perlawanan.

Gambar Tondano usai pemusnahan hunian di atas air

C. BERAKHIRNYA PERLAWANAN

Akhirnya pada tanggal 4 -5 Agustus 1809 Benteng pertahanan moraya milik para pejuang
Hancur bersama rakyat yang berusaha Mempertahankannya. Para pejuang itu memilih Mati
Dari pada menyerah kepada penjajah.
Gambar benteng moraya

Anda mungkin juga menyukai