Anda di halaman 1dari 5

PERANG TONDANO

BAB 1

1.1 Latar belakang

Hal hal yang melatar belakangi terjadinya perang antara orang Minahasa dengan
kompeni Belanda, antara lain dipengruhi oleh sikap antipati seluruh Walak di Minahas
khususnya Walak tondano, atas kedatangan kolonial Belanda yang dianggap sama dengn
kolonial asing sebelumnya, yakni orang tasikela (Portugis dan Spanyol) yang telah
membunuh beberapa Tona’as antara lain Monomimbar dan Rakian dari Tondano dan Ton’s
Umboh dri Tomohon, serta adanya pemerkosaan terhadap perempun (wewene) Minahasa.
Hal ini membuktikan kesan bahwa semua orang berkulit putih (kolonial) memiliki perangai
yang sama tau kejam. Demikian juga pada perang ketiga, dipicu oleh tertangkapnya Ukung
Pangalia Kepala Walak Tondano dan Ukung Sumondak Kepala Walak Tampomas. Salah satu
penyebab perang Tondano (terakhir) adalah bahwa Minahsa tidak mau
menyiapkan/menyediakan tentara untuk kepentingan militer Belanda. Selain itu penyebab
yang lain karna msalah “rekrutering” atau ketentuan menjadi serdadu bagi para pemuda
Minahasa untuk dikirim kejawa guna menghadapi perjuangan tentara dari inggris. Karna
permasalahan tersebut maka dipanggilah dalam jumlah besar orang orang yang berasal dari
suku pemberani dalam peperangan yaitu suku Madura, dan suku Dayak. Pemaksaan
dilakukan apabila tidak suka rela datang melakukan laporan. Suatu tindakan yang telah
mengakibatkan pecahnya pemberontakan rakyat di Manado/Minahasa. Pada tahun 1928
predigier dengan pembawanya yang lemah lembut menghindari berontak dengn penduduk, ia
tidak dapat mencegah tindakan petugas pendaftaran yang tidak bijksana dan terciptanya cerita
yang tidak mengenakan tujuan perekrutan. Ditambah dengan hutang lama yang disebabkan
peneriman sandang dengan uang muka, hubungan baik dengan pemerintah Hindia Belanda
menjadi rusak.

A. Jika dilihat secara kritis makna terjadinya perang Tondno sesungguhny bukan
lasan rekruitmen, tagihan hutang lama dn tafsiran yang mengada-ngada dari
sejarawn kolonial tersebut. Akan tetapi masalahnya terletak pada pelanggaran
pelanggaran kolonial Belanda terhadap ketentuan ikatan persahabatan
Minahasa-Belanda Verbond 10 Januari 1679. Hal ini menunjukan bahwa
antropologis orang Minhasa sudah sejak dulu tetap konsisten mempertahankan
nilai nilai budaya atau orientasi terhadap kebenaran dan kedilan yang tidak
mengeni kompromi dengan pelanggaran adat, siapapun pihak yang melanggar
adat yang dimaksud (sei’reen). Bagi orang Minahasa Verbond sudah menjadi
bagian dari adat Minahasa yang menjamin kelanjutn hidup orang Minahasa.
Hal ini dianggap penting oleh pra pemimpin Minahasa merupakan
pengingkaran suatu penghinaan yang fantisme terhdap kebenran dan keadilan.
Apalagi mereduksi nili nilai kepemimpinan sosial orang Minahasa, dimana
posisi kepala Walak dikondisikn sedemikian rupa dengan perubahan
perjanjian (verdrag 10 Sepetember 1699/amandemen pasal 9) , sebagai
bawahan yang harus tunduk terhadap semua kebijakan kompeni belanda.
Padahal dalam konteks status peranan, menjadi kepala Walak, bukanlah
jabatan yang diberikan atas turunan(asecribed) tetapi menjadi kepala walak
diperoleh secara demokdrasi /dpilih secara adar atas kinerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaiman perang Tondano 1 dan 2 terjadi?


2. Apakah akibat dari perang Tandano 1dan 2 ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana perang Tondano 1dan2 terjadi.


2. Unruk mengetahui akibat dari perang Tandano 1dan2.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perang Tondano 1
Perang Tondano 1 terjadi pada masa kekusaan VOC. Pada saat datangnya bangsa
barat orang orang Spanyol sudah sampai di Tondano (Minahas, Sulawesi Utara).
Orang Spanyol di samping beedagang juga menyebarkan agama Kristen dengan
tokohnya Franciscus xaverius hubungan mengalami perkembangan tetapi pada abad
ke-17 hubungan dengan mereka terganggu dengan adanya VOC . pada waktu itu
VOC berhasil menanamkan pengaruh di Ternate. Bahkan gubernur ternate Simon
Cos mendapatkan kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan Minahasa dari
Spanyol. Simon Cos kemudian menepatkan kepalanya di Selat Lembeh untuk
mengawasi pantai timur Minahasa. Para pedagang Spanyol dan juga pedagang
Makasar bebs berdagang mulai tersingkir oleh VOC. Apalagi Spanyol harus
meningalkan Indonesia menuju Filipina.
VOC berusaha memaksakan orang orang Minahasa untuk memonipoli usaha
di Sulawesi Utara. Orang Minahasa kemudian menentng usaha tersebut , sehingga
VOC berusaha untuk memerngi orang Minahas dengan membendung sungai
Temberan. Akibatnya tempat tinggal tergenang dan kemudian tempat tinhggal di
danau Tondano dengan rumah apung. Pasukan VOC kemudian mengepung orang
Minahasa di danau Tondono. Simon Cos mengeluarkan ultimatum yang berisi:
1. Orang Tondano harus menyerahkan tokoh pemberontak kepada VOC .
2. Orang Tondano hrus membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak
sebagai ganti rugi rusaknya tanaman padi.

Simon Cos kecewa karna ultimatum tidak ditanggapi. Pasukan VOC kemudian dipindahkan
ke Mando. Setelah itu rakyat Tandano mengahadapi masalah dengan hasil panen yang
menumpuk tidak laku terjual kepada VOC, maka terbukalah tanah Tondano bagi VOC.
Bearkhirlah perang Tandano 1. Orang Tandano memindahkan perkampungannya ke dataran
baru yang bernama Minawanua (Ibu Negeri).
B. Perang Tandano II

Perang Tondano II terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada abad ke-19
pada masa kolonial belanda. Perang ini dilatar belakangi oleh kebijakan Gubernur
Jenderal Deandels yang mendapat mandat untuk memerangi inggris, memerlukn pasukan
dalam jumlah besar. Untuk menmbah pasukan maka direkrut psukan dari kalangan
pribumi. Mereka yang dipilih adalah suku suku yang memiliki kebernian yaitu orang
Madura, Dayak, dan Minahasa. Atas dasar perintah Deandels melalui Kapten Hartingh,
Residen Manado Prediger segera mengumpulkan para ukung ( pemimpin Walak) dari
Minahasa ditarget untuk mengumpulkan 2.000 orang yang akan dikirim ke Jawa.
Ternyata orang orang Minahasa tidak setuju dengan program Deandels untuk merekrut
pemuda pemuda Minahasa sebagai pasukan kolonial. Kemudian para ukung bertekat
melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda. Mereka memusatkan aktivitas
perjuangannya di Tondano Minahasa.

Dalam susana Gubernur Prediger untuk menyerang pertahanan orang- orang


Minahasa di Tondano. Minawanua dengan cara membendung sungai temberan dan
membentuk dua pasukan tangguh. Pada tanggal 23 Oktober 1808 Belanda berhasil
menyerang orang orang Minahasa. Pada tanggal 24 Oktober 1808 Belanda mengusai
Tondano dan mengendorkan serangan tetapi kemudian orang- orang Tondano muncul
dengan melakukan serangan.

Perang Tondano berlangsung lama sampai 1809 dalam suasana kepenatan banyak
kelompok pejuang kemudian memihak Belanda. Namun dengan kekutan yang ada para
pejuang Tondano terus memberikn perlawanan. Akibatnya tanggal 4-5 Agustus 1809
benteng pertahanan Moraya hancur bersama pejuang. Mereka lebih memilih mati dari
pada menyerah.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Peperangan terjadi karena adanya pelanggaran pelanggaran kolonial Belanda
terhadap ketentuan ikatan persahabatan Minahasa-Belanda Verbond 10
Januari 1679.
2. Perang Tondano 1 terjadi pada masa kekusaan VOC. Pada saat datangnya
bangsa barat orang orang Spanyol sudah sampai di Tondano (Minahas,
Sulawesi Utara).
3. Simon Cos mengeluarkan ultimatum yang berisi (1. Orang Tondano harus
menyerahkan tokoh pemberontak kepada VOC .(2. Orang Tondano hrus
membayar ganti rugi dengan menyerahkan 50-60 budak sebagai ganti rugi
rusaknya tanaman padi.
4. Perang Tondano II terjadi ketika memasuki abad ke-19, yakni pada abad ke-19
pada masa kolonial belanda
5. Pada tanggal 23 Oktober 1808 Belanda berhasil menyerang orang orang
Minahasa. Pada tanggal 24 Oktober 1808 Belanda mengusai Tondano dan
mengendorkan serangan tetapi kemudian orang- orang Tondano muncul
dengan melakukan serangan.
6. tanggal 4-5 Agustus 1809 benteng pertahanan Moraya hancur bersama
pejuang.

B. SARAN
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi mengenai topik yang dibahas
yaitu perang Tondano , namun kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan ,
karna banyak hal yang masih kurang di kaji dari makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai