Anda di halaman 1dari 26

Perang tondano &

Amalia hana h.p


pattimura Farah Salsabil N

M. Fathirahmano Deca Muhammad Fadhlan A

Shindy Dewanda Z Oryza Maizalika


Sub bab materi
Latar Proses
01 belakang 02 terjadinya

03 berakhinya 04 Tokoh - tokoh

Nilai – nilai
05 teladan
TONDANO
Perang Tondano adalah perang yang berlangsung antara Suku
Minahasa dengan Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun
1661-1664 dan 1808-1809 yang berlangsung di Walak Tondano
atau sekarang bernama Tondano.
01
Perang tondano 1
Latar belakang
Sebelum VOC menyentuh Sulawesi Utara, rakyat Minahasa telah melakukan
hubungan dagang dengan bangsa Spanyol, yang juga menyebarkan agama
Kristen di wilayah tersebut. Akan tetapi, hubungan antara Minahasa dan
Spanyol menjadi terganggu ketika pada abad ke-17, VOC berhasil menanamkan
pengaruhnya di Ternate.

Gubernur Simon Cos, yang diberi kepercayaan dari Batavia untuk membebaskan
Minahasa dari Spanyol, mulai menempatkan kapalnya di Selat Lembeh.

Akibat ulah VOC ini, para pedagang Spanyol dan Makassar pun tersingkir dari
tempat itu. Setelah itu, VOC memaksa rakyat Minahasa agar menjual beras
hanya kepadanya, tetapi ditolak. Penolakan ini memicu kemarahan VOC, yang
kemudian memutuskan untuk memerangi rakyat Minahasa.
Proses terjadinya
Perang Tondano 1 berlangsung antara 1661 hingga 1664. Untuk melemahkan
rakyat Minahasa, VOC tidak menggunakan kekuatan militernya, tetapi
dengan membendung Sungai Temberan.

Akibatnya, aliran sungai meluap hingga membanjiri permukiman penduduk.


Akan tetapi, rakyat Minahasa tidak tunduk begitu saja dan mengatasinya
dengan mendirikan rumah apung di sekitar Danau Tondano.

Mengetahui hal itu, VOC kemudian mengepung kekuatan orang-orang


Minahasa di Danau Tondano dan memberikan ultimatum.

Berikut ini isi ultimatum Gubernur Simon Cos kepada rakyat Minahasa.
Masyarakat Tondano harus menyerahkan tokoh pemberontak kepada
VOCMasyarakat Tondano harus membayar ganti rugi dengan menyerahkan
50-60 budak karena rusaknya tanaman padi akibat luapan Sungai
TemberanAkan tetapi, ultimatum itu tidak dihiraukan oleh masyarakat
Minahasa, sehingga VOC memilih untuk mundur ke Manado.
TOKOH – TOKOH
Beberapa tokoh yang terlibat langsung dalam perang Tondano pertama ini,
selain berasal dari Tondano, seperti Tewu, Kawengian, Wengkang, Gerungan,
Nelwan, Tawaluyan dan Rumambi,

juga turut serta pahlawan-pahlawan dari Remboken, seperti Kentei, Tellew,


Tarumetor, dan Wangko dari kakas.
TEWU
Berakhirnya perang
Tondano 1
Pilihan VOC untuk mundur ke Manado ternyata membuat keadaan
masyarakat Minahasa semakin sulit.

Pasalnya, hasil pertanian penduduk menjadi menumpuk karena


pembeli dari bangsa Spanyol telah diusir VOC dari Nusantara.

Masyarakat Minahasa pun tidak memiliki pilihan selain mendekat


dan menjalin kerjasama dengan VOC agar hasil pertaniannya dapat
terjual.

Terbukanya perdagangan Minahasa bagi VOC ini mengakhiri


Perang Tondano 1. Setelah itu, Belanda membangun permukiman di
Sulawesi Utara, lengkap dengan sebuah benteng
02
TONDANO 2
Latar belakang
Pada akhir Perang Tondano 1, pihak VOC dan rakyat Minahasa membuat perjanjian pada 1679 yang mengatur berbagai
hal di sekitar hubungan dan kepentingan kedua belah pihak.

Salah satu isi perjanjian tersebut adalah bahwa Minahasa akan membantu Belanda, terutama dalam menyalurkan
sejumlah kebutuhannya. Dalam perkembangannya, Belanda mulai melakukan tindakan-tindakan licik, termasuk
mencampuri urusan walak-walak Minahasa. Tindakan Belanda yang tidak sesuai perjanjian itu membuat walak-walak
berselisih.

Tidak lama kemudian, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, H.W. Daendels, membutuhkan pasukan dalam jumlah besar
yang akan dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan serangan Inggris. Salah satu upaya yang ditempuh adalah
dengan mengerahkan penduduk dari sejumlah daerah, termasuk Minahasa. Pada Mei 1808, Prediger sebagai Residen
Manado segera mengumpulkan para ukung (pemimpin dalam suatu wilayah walak atau daerah setingkat distrik) dan
menyampaikan bahwa pemerintah membutuhkan sekitar 2.000 pemuda Minahasa yang akan dikirim ke Jawa.

Ternyata, para ukung tidak mau menuruti permintaan Prediger, bahkan beberapa di antaranya mengadakan perlawanan
terhadap kolonial Belanda..
Proses terjadinya
Perang Tondano 2 berlangsung antara 1808 hingga 1809. Salah satu tokoh
Perang Tondano 2 adalah Ukung Lonto, yang memimpin perlawanan dan
menegaskan bahwa rakyat Minahasa harus melawan sebagai bentuk
penolakan terhadap program mobilisasi pemuda ke Jawa.

Perlawanan itu juga sebagai bentuk penolakan kebijakan kolonial yang


memaksa agar rakyat menyerahkan beras secara cuma-cuma kepada Belanda.

Pada awalnya, Prediger masih mencoba untuk menempuh cara persuasif dan
berusaha menarik dukungan dari sejumlah ukung.

Namun, melihat keadaan semakin kritis karena aksi rakyat Minahasa, Prediger
tidak memiliki pilihan selain mengirim pasukan untuk menyerang
Tondano.Seperti Perang Tondano 1, Belanda kembali menerapkan strategi
membendung Sungai Temberan.
Selain itu, Belanda menyiapkan dua pasukan yang ditugaskan
untuk menyerang dari darat dan air.

Pada 23 Oktober 1808, pertempuran mulai berkobar dan Belanda


berhasil menerobos pertahanan rakyat Minahasa.

Serangan pun terus dilakukan baik di darat maupun air, hingga


kampung pertahanan Minawanua seperti tidak ada kehidupan lagi.

Dalam perkembangannya, strategi Belanda untuk membendung


Sungai Temberan ternyata justru menjadi senjata makan tuan.
Pasalnya, air sungai yang meluap mempersulit gerak pasukan
Belanda.
TOKOH – TOKOH
Salah satu tokoh Perang Tondano 2 adalah Ukung Lonto, yang memimpin
perlawanan dan menegaskan bahwa rakyat Minahasa harus melawan
sebagai bentuk penolakan terhadap program mobilisasi pemuda ke Jawa.

UKONG LONTO
BERAKHIRNYA
Perang Tondano II berlangsung cukup sengit hingga Agustus 1809. Bahkan pada 5 Agustus 1809, benteng
pertahanan Moraya milik para pejuang hancur bersama rakyat yang berusaha mempertahankannya.Setelah itu,
Belanda membantai semua penduduk yang dijumpainya sampai habis.

Dalam kelompok-kelompok terbatas, sisa pasukan Minahasa memilih bertahan di hutan lebat yang tidak mudah
untuk dijangkau Belanda.Karena kesulitan menjangkau tengah hutan, Belanda sampai mengaku akan
memberikan pengampunan kepada pemberontak asalkan mereka mau mengakui kekuasaan Belanda.

Akan tetapi, hal itu tidak pernah terjadi karena pihak Inggris lebih dulu mengambil alih kekuasaan Belanda di
Minahasa pada 1810.Pihak Inggris memanggil tokoh Perang Tondano 2, yakni Matulandi dan Mamait, dari
persembunyian di hutan dan mengangkat mereka kembali sebagai kepala walak.

Sementara Lonto dan beberapa tokoh perlawanan lainnya yang sempat dibuang ke Ternate, dikembalikan ke
Minahasa.Oleh Inggris, para pemberontak Belanda itu diberi izin untuk membangun permukiman di tempat yang
lama, yakni di sebelah utara Minawanua.
NILAI NILAI TELADAN

01 02
Melindungi rakyat kecil yang
Mempertahankan wilayahnya
tertindas

Saling bergtong royong

03 04
Saling bekerjasama dalam bersama sama dalam
memerangi melakukan hal nasionalisme
03
Perang Pattimura
Latar belakang
Perang Pattimura (1817) merupakan sebuah peristiwa sejarah yang terjadi di Maluku yang merupakan
bentuk perlawanan rakyat terhadap VOC.Sekitar abad 16-17 M, bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris,
Belanda, Spanyol dan Portugis yang datang ke Maluku memang sudah mencoba memperebutkan
kekuasaan dagang di wilayah tersebut.Maluku sempat berada di bawah kekuasaan Inggris hingga pada
awal abad 19, kawasan Maluku kembali berada dibawah kekuasaan Belanda.Hal ini terjadi setelah Inggris
menandatangani perjanjian traktat London dengan menyerahkan wilayah kekuasaan Indonesia kepada
Belanda.Dalam buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, disebutkan beberapa
alasan munculnya perlawanan masyarakat Maluku terhadap Belanda pada 1817.Salah satunya adalah
tindakan sewenang-wenang dari Residen Saparua, Van den Berg yang membawa kesengsaraan bagi rakyat
Maluku karena kerja paksa yang sebelumnya dihapus pemerintah Inggris justru kembali diberlakukan.
Rakyat Maluku juga diwajibkan untuk menyediakan perahu (orambai) guna memenuhi keperluan
administrasi dan militer Belanda tanpa diberi bayaran. Selain di Saparua, rakyat Maluku di tempat lain juga
diharuskan untuk menyerahkan ikan asin, kopi, dan hasil laut lainnya kepada Belanda.Belanda juga
melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah melalui pelayaran Hongi di Maluku. Tak urung
perlawanan rakyat Maluku terhadap Belanda pun meletus di bawah pimpinan komando Thomas Matulessy
atau dikenal dengan nama Kapitan Pattimura.
Proses terjadinya
Perlawanan dimulai dengan menghancurkan kapal-kapal Belanda di pelabuhan.
Setekah itu, para pejuang Maluku menuju Benteng Duurstede di Pulau Saparua.
Dalam pertempuran yang terjadi pada 15 Mei 1817 itu, Residen Van den Berg, yang
memimpin pasukan Belanda, tewas dan Benteng Duurstede berhasil direbut
pejuang Maluku.

Belanda kemudian mendatangkan 300 pasukan dari Ambon yang dipimpin oleh
Mayor Beetjes.Akan tetapi, bantuan itu kembali dilumpuhkan oleh para pejuang
yang dipimpin oleh Pattimura. Bahkan Mayor Beetjes tewas dalam
pertempuran.Kemenangan ini semakin meningkatkan semangat para pejuang
dan perlawanan semakin meluas di Maluku.

Di Saparua, perang terus berlanjut hingga Agustus 1817 dan Belanda terus
mendatangkan bantuan. Salah satunya bantuan sekitar 1.500 pasukan dari
Ternate dan Tidore.Dengan adanya bantuan itu, Pattimura mulai terkepung
sehingga harus mengganti strategi. Benteng Duurstede kembali ke tangan
Belanda.Strategi perang yang digunakan oleh Pattimura dan Christina Martha
Tiahahu di Maluku adalah strategi perang gerilya.
Berakhirnya
Setelah berbulan-bulan terlibat pertempuran, Belanda
berusaha menyelesaikan menyelesaikan perang
dalam waktu dekat.Bahkan Belanda akan memberikan
hadiah sebesar 1.000 gulden kepada pihak yang
berhasil menangkap Pattimura.Akibat pengkhianatan
yang dilakukan seorang warga, Belanda mengetahui
persembunyian Pattimura dan berhasil
menangkapnya beserta para pejuang lainnya pada
November 1817.Pattimura akhirnya dijatuhi hukuman
mati pada Desember 1817 di Benteng Victoria, Ambon.
Peristiwa ini menandai berakhirnya Perang Saparua.
TOKOH – TOKOH
Para tokoh dan pemuda Maluku kemudian
mengadakan serangkaian pertemuan rahasia.
Misalnya pertemuan di Pulau Haruku dan di Pulau
Saparua pada 14 Mei 1817.Dalam pertemuan tersebut,
mereka sepakat untuk melawan dan Pattimura
dipercaya sebagai pemimpin perlawanan.Selain itu,
terdapat tokoh-tokoh lain yang berjasa besar dalam
Perang Saparua, yaitu Anthonie Rhebok, Thomas
Pattiwael, Lucas Latumahina, Said Perintah, Ulupaha,
dan Christina Martha Tiahahu.
NILAI – NILAI TELADAN

Semangat teladan yang tak Rela berkorban demi nusa Rasa tanah air, serta rasa
pernah padam dan bangsa optimis dan kepercayaan diri
SOAL!!!
1. Strategi yang digunakan VOC dalam perang Tondano 1 adalah…
a. Mendatangkan kuda kuda dari Persia
b. Mendatangkan pasukan ahli perang
c. Membendung sungai Temberan sehingga membanjiri pemukiman penduduk
d. Mendirikan rumah apung di danau Toba
e. Politik adu domba

2. Akhir dari perang Tondano adaalah …


a. VOC pergi dari Minahasa
b. Menjalin kerjasama dengan VOC agar hasil panen tidak menumpuk
c. Minahasa kalah dalam peperangan
d. Tidak ada yang menang dalam perang
e. opsi a dan d benar
SOAL!!!
3. Latar belakang Perang Tondano 2 adalah kebijakan Gubernur Jenderal
Daendels yakni…
a. Monopoli perdagangan
b. Merekrut pemuda-pemuda sebagai pasukan colonial
c. Melaksanakan kerja paksa
d. Menjual asset-asset perkebunan
e. Pelayaran Hongi

4. Pada 15 Mei 1817, Pattimura memulai perlawanan rakyat Maluku terhadap


pemerintah colonial Belanda yang ditandai dengan peristiwa …
a. Perebutan benteng Duurstede di Saparua
b. Pengepungan benteng Duurstede di Saparua
c. pembakaran perahu perahu belanda di pelabuhan porto
d. Penjarahan senjata dan barang berharga di benteng Duurstede
e. Perjanjian Linggar Jati
SOAL!!!
5. Pada awal perlawannya terhadap Belanda, Pattimura berhasil meraih
kemenangan. Keberhasilan Pattimura ini ditandai dengan…
a. Pembakaran kantor dagang Belanda di Ambon
b. Dukungan rakyat Maluku terhdap perlawanan Pattimura
c. Pendudukan benteng Duurstede oleh pasukan Pattimura
d. Pembunuhan Residen Belanda yang bernama Van Den Berg
e. Semuanya benar
Kerja kelompok (ZOOM)
Thank you
KELOMPOK 1

Anda mungkin juga menyukai