Kelompok 6:
1. Istiqomah (180102047)
2. Raudatul Jannah (180102061)
3. Satrimah (180102065)
4. Siti Fatimatuzzahro (180102067)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya Makalah tentang “Pengaruh Budaya Eropa di Lombok”. Serta
salam tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah senantiasa membimbing dan mereformasikan ummat-Nya dari jalan
jahiliyah menuju jalan islamiyah.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah “Sejarah
Kebudayaan Nasional” yang telah memberikan penugasan sehingga kami
diharapkan menjadi insan terdidik yang mampu untuk mengembangkan diri
dibidangakademik dan akan berguna untuk agama, bangsa, dan negara kelak.
Kami menyusun ini dengan sederhana mungkin agar kita semua lebih
memahami dan mendalami mengenai materi tersebut. Kami menyusun materi ini
dengan konsep yang mudah dimengerti serta disajikan pula secara sistematis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita, kritik dan saran perbaikan
kepada kami, sangat kami harapkan untuk menyempurnakan tugas-tugas di masa
mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Maskuknya Budaya Eropa di pulau Lombok
B. Pengaruh Budaya Eropa di pulau Lombok
C. Dampak dari budaya Eropa di pulau Lombok
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia, sebagai sebuah bangsa, terbentuk dari aneka kultur dan struktur
sosial yang berbeda-beda. Berbeda dengan Jepang ataupun Korea, Indonesia
memiliki kultur yang tidak homogen. Bahkan, untuk wilayah Papua saja terdapat
kurang lebih 132 suku bangsa dan bahasa yang berlainan. Itu belum lagi sistem
sosial dan budaya yang terdapat di pulau-pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan
lainnya.
Indonesia merupakan sebuah ide yang dibentuk oleh para founding father
guna mempersatukan wilayah-wilayah nusantara ke dalam ikatan nasional yang
lebih besar secara politik. Tatkala seseorang mempelajari budaya Sekaten di
Keraton Yogyakarta, dapat saja dikatakan bahwa ia tengah mempelajari budaya
Indonesia. Atau, dikala seorang peneliti mempelajari budaya pemeliharaan tanaman
hutan pada Suku Kubu di Jambi, ia juga dikatakan tengah mempelajari budaya
Indonesia. Yogyakarta dan Jambi merupakan dua wilayah yang terikat ke dalam
sebuah nasional yang bernama Indonesia.
Begitu juga ketika seseorang mengkaji suku sasak di pulau Lombok, itu juga
termasuk telahmempelajari budaya Indonesia, karena Lombok merupakan salah satu
pulau berpenghuni yang berada dalam lingkaran ribuan gugusan kepulauan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedatangan bangsa eropa menjadikan Indonesia, khususnya Lombok
menjadikannya pulau dengan akulturasi budaya. Budaya Lombok yang begitu
melekat pada masyarakat menjadi sedikit tersingkirkan dengan kehadiran bangsa
Eropa. Dari pengaruh bahasa, pakaian, bangunan, budaya, sosial, pendidikan, dan
lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana budaya bangsa Eropa masuk ke pulau Lombok?
2. Bagaimana pengaruh budaya eEropa di pulau Lombok?
3. Bagaimana dampak budaya Eropa di pulau Lombok?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana budaya bangsaEropa masuk ke pulau Lombok.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya Eropa di pulau Lombok.
3. Untuk mnegetahui bagaimana dampak budaya Eropa di pulau Lombok.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada akhir abad ke-19, kedaulatan politik Kerajaan Mataram yang terletak di
Pulau Lombok, berakhir. Kedaulatan itu runtuh akibat campur tangan Belanda dalam
Perang Lombok yang berlangsung antara 1891-1894. Perang ini berawal dari sebuah
pemberontakan masyarakat Sasak dari Desa Praya terhadap Kerajaan Mataram.
Masyarakat Sasak nekat memberontak karena ketidakpuasan mereka terhadap pola
kebijakan politik yang diterapkan oleh raja mataram, Anak Agung Made
Karangasem. Namun karena terdesak, orang-orang Sasak meminta bantuan kepada
Belanda, yang pada akhirnya justru menjadikan Bali dan Lombok terkolonialisasi
secara penuh.
Desa Praya secara geografis terletak paling dekat dengan wilayah kekuasaan
Kerajaan Mataram di Lombok Barat, yang dikuasai oleh Dinasti Karangasem dari
Bali. Dulunya, masyarakat Sasak di Desa Praya membantu Dinasti Karangasem
untuk menguasai Pulau Lombok. Atas jasanya itu, masyarakatnya dibebaskan dari
upeti. Akan tetapi, mereka harus ikut perang apabila diminta oleh kerajaan. Pada
masa Ratu Agung Gede Ngurah Karangasem, kebijakan bebas upeti itu berubah.
Selain itu, Ratu Agung Gede Ngurah Karangasem juga mengangkat putranya, Anak
Agung Made Karangasem, yang lahir dari seorang selir, sebagai pendampingnya.
Pada 22 Juni 1891, Kerajaan Mataram mengeluarkan perintah bagi Desa Praya untuk
berperang membantu Kerajaan Karangasem sekaligus menyediakan kebutuhan
pangan para prajurit.
Perintah tersebut tentu saja menimbulkan keresahan bagi Suku Sasak. Terlebih
lagi, Kerajaan Mataram kerap mengambil tindakan yang dipandang tidak adil dan
sewenang-wenang. Seperti contohnya merampas tanah dan hewan peliharaan,
pemecatan pejabat lokal, hingga mengambil anak-anak untuk dijadikan budak. Hal-
hal itulah yang menjadi latar belakang Perang Lombok yang dimulai pada 1891.
Jalannya pemberontakan
Intervensi Belanda
Kekuasaan Mataram dan Pulau Lombok telah lama menjadi incaran Belanda.
Ketika perlawanan Sasak semakin meluas, kesempatan untuk ikut campur pun
terbuka lebar. Terlebih lagi, penduduk Sasak telah melayangkan surat permohonan
bantuan kepada Belanda sejak 1891. Pada 1892, Belanda mulai terlibat Perang
Lombok dengan memblokade pasokan persenjataan untuk kerajaan. Namun, langkah
ini ternyata tidak cukup untuk menghentikan Mataram. Belanda pun mulai menduga
bahwa Kerajaan Mataram tidak lagi mengakui kekuasaannya, seperti yang tertuang
dalam perjanjian mereka pada 1843.
Ketika surat ultimatum dari Gubernur Jenderal van der Wick agar Mataram
menyerah juga tidak digubris, Belanda akhrinya menurunkan ekspedisi berkekuatan
ratusan perwira dan ribuan prajurit yang berangkat dengan tiga kapal perang dari
Batavia, yaitu Prins Hendrik, Koningin Emma, dan Tromp. Ekspedisi militer ini
dipimpin oleh Mayor Jenderal J.A. Vetter dan Mayor Jenderal Petrus van Ham.
Untuk menghadapi Belanda, strategi perang yang diterapkan Kerajaan Mataram
adalah menghindari pertempuran terbuka. Pasukan kerajaan justru menyergap kamp
militer Belanda pada 25 Agustus 1894. Serangan mendadak ini pun berhasil
menewaskan 500 orang, termasuk Mayor Jenderal Petrus van Ham. Meski
kehilangan hampir separuh kekuatannya, Belanda tidak langsung membalas dan
memilih untuk menunggu bantuan. Pada 3 September 1894, persenjataan mutrakhir
dan pasukan bantuan yang dipimpin oleh Jenderal Sagov dan Kolonel J.J.K. de
Moulin akhirnya tiba.
1. Bangunan Bonjeruk
Desa yang terletak di bagian tengah Pulau Lombok ini sudah didesikasikan
sebagai desa wisata berbasis lingkungan dan budaya. Desa Bonjeruk berdiri pada
1886, namun keberadaannya konon sudah ada sejak 1852. Jadi, desa ini bisa
dibilang salah satu desa tertua yang ada di Pulau Lombok. Ajang wisata besar ini
menggabungkan konsep desa persawahan dan bangunan era kolonial. Sangat pas
dengan kondisi di desa ini. Desa Bonjeruk akan membuat kamu masuk ke lorong
waktu dan muncul di era kolonial Belanda ketika berkuasa di Indonesia.
Pulau ini pernah menjadi salah satu daerah kekuasaan Hindia Belanda. Jejak
tersebut dapat ditemukan di Desa Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten
Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Ada beberapa bangunan dengan desain art
deco peninggalan Belanda. Desa Bonjeruk sendiri pernah menjadi pusat administrasi
kolonial. Tidak mengherankan jika terdapat beberapa bangunan bergaya Eropa di
desa tersebut. Salah satu bangunan tersebut yaitu gapura berwarna krem. Terdapat
tulisan 'Bondjeroek den 10 mei' dengan angka tahun 1933. Bangunan ini didirikan
pada 1933, sebagai gerbang masuk menuju komplek perumahan era Belanda. Tidak
jauh dari bangunan itu, berdiri Masjid Raden Nunu Unas. Masjid ini juga
menggunakan gaya arsitektur art deco lantaran dibangun sejak zaman Belanda.
Keberadaan bangunan peninggalan Belanda tersebut menjadi daya tarik tersendiri
bagi Desa Bonjeruk. Sebagai tujuan wisata, desa ini menghadirkan perpaduan
sejarah dengan budaya yang kental sekaligus pemandangan alam yang asri. Ini
karena posisi Bonjeruk yang merupakan kawasan permukiman dikelilingi area
persawahan. Kamu dapat merasakan suasana yang tenang dan hangat jika
berkunjung ke desa ini.
Dulu jembatan ini menjadi sarana utama sebelum ada jalan memadai yang
menghubungkan wilayah-wilayah terpencil seperti Penarukan, Gunung Malang,
Peseng dan lain-lain. Untuk keperluan irigasi pertanian, jembatan ini juga didesain
sebagai penyalur air. Di bagian bawah badan jembatan terdapat saluran air yang
merupakan satu kesatuan.“ Inilah saluran air yang dibuat pertama kali disini,”
ungkapnya. Beberapa tahun setelah selesai dibangun, jembatan ini tercatat dua kali
dihantam arus sungai Dodokan sehingga sempat rusak. Jembatan tidak berfungsi,
saluran air di bawahnya juga tidak bisa mengairi sawah petani. Akhirnya jembatan
ini diperbaiki. Syarafudin mengaku saat jembatan dibangun umurnya baru 7 tahun.
Seingatnya, warga dipaksa bekerja siang dan malam agar jembatan ini cepat jadi.
Kerja paksa ini bahkan menimbulkan korban jiwa. Kini jembatan menjadi salah satu
peninggalan kolonial. Saat ini jembatan hanya bisa dilewati oleh sepeda motor.
Itupun pengendara harus berhati-hati. Pad sore hari, jembatan ini menjadi tempat
nongkrong anak-anak muda dari desa sekitar. Syarafuddin menceritakan, yang
paling tidak menyakitkan adalah saat Jepang berkuasa. Seringkali tentara Jepang
menguras isi rumah warga.” Termasuk perempuan cantik diambil juga,” ungkapnya.
a. Sejarah
Kota Tua Ampenan dibangun oleh Belanda sejak tahun 1924. Menurut
sejarah, tujuan pembangunan kota ini adalah untuk mengimbangi kerajaan-
kerajaan yang ada di Pulau Bali. Dengan kata lain, pembangunan Kota Ampenan
tidak lepas dari ambisi Belanda yang ingin menciptakan kota pelabuhan di Pulau
Lombok.
Asal nama Ampenan pada kota ini darikata amben yang dalam bahasa
Sasak artinya tempat persinggahan. Sebagai kota pelabuhan yang digunakan
sebagai tempat persinggahan berbagai suku bangsa di masa lalu, nama ini sangat
cocok untuk Kota Tua Ampenan.
Ampenan pernah menjadi salah satu pelabuhan andalan di Lombok. Kota
pelabuhan ini bahkan pernah dijadikan sebagai tempat bertolak bagi jamaah haji
yang berasal dari pulau itu. Namun, lokasi pelabuhan kemudian dipindah ke
Lembar karena ombak yang cukup besar.
Hingga saat ini, penghuni Kota Ampenan tidak hanya berasal dari satu
suku bangsa dan justru sangat beragam. Ada banyak perkampungan di sana yang
terdiri dari berbagai etnis seperti Melayu, Tionghoa, Bugis, Arab, dan banyak
lagi. Oleh karena itu, keragamanan dan toleransi yang diterapkan oleh mereka
patut dijadikan panutan. Apabila sikap toleransi tersebut dilestarikan, Indonesia
akan tumbuh sebagai salah satu negara di Asia yang rukun dengan toleransi
keberagaman yang tinggi.
Kota Tua Ampenan memiliki banyak daya tarik sehingga sangat cocok
untuk dikunjungi saat Anda singgah di Lombok. Beberapa daya tarik yang dapat
ditemukan di kota tua tersebut adalah sebagai berikut.
3) Wisata kuliner
Saat berkunjung ke suatu tempat wisata, mencicipi kuliner khas
adalah suatu keharusan. Pasalnya setiap daerah memiliki kuliner khas yang
patut untuk dicicipi, begitu pula dengan Kota Mataram di Nusa Tenggara
Barat. Saat berkunjung ke sana, Anda sangat disarankan untuk berwisata
kuliner dan mencicipi berbagai menu khas, misalnya di Kota Tua Ampenan.
Ada banyak menu khas yang dominan pedas dapat Anda jumpai di sana
seperti plencing kangkung, ayam taliwang, dan banyak lagi.
Di Kota Tua Ampenan, wisatawan juga dapat melihat sunset. Hal ini
mungkin dilakukan karena lokasi Ampenan yang dekat dengan laut dan
bahkan pernah menjadi kota pelabuhan. Meski status Ampenan kini bukan
lagi kota pelabuhan, wisatawan masih dapat melihat bekas-bekas dermaga
saat berkunjung ke tempat tersebut. Sisa reruntuhan dermaga yang ada di
sana biasa digunakan sebagai tempat memancing bagi penduduk lokal
maupun wisatawan yang ingin menikmati suasana dermaga. Selain
memancing, wisatawan yang datang ke bekas dermaga juga dapat melihat
sunset atau matahari terbenam dari sana. Anda juga dapat berkunjung ke
Pantai Ampenan dan menikmati desiran ombak dan semilir angin. Saat
berkunjung ke sini, Anda dapat menikmati keindahan pantai sekaligus
berwisata kuliner menyantap pisang goreng maupun menu khas laut di
warung seafood.
4. Tangga Seribu
Namun dari segi pengamatan, bangunan yang tampak eksotis ini memanjang
atau membentang dari sebuah bukit yang berbentuk persawahan hingga menurun ke
sebuah lembah terus menanjak ke sebuah bukit sebelah yang berbentuk
pekampungan penduduk. Dari segi pemanfaatan, bangunan yang berupa saluran air
yang berpasangan ini menjadi media dalam mengalirkan air dari sebuah sungai yang
berada di bagian utara menuju ke sebuah sungai kecil yang berada di wilayah
perkampungan penduduk pada bagian selatan. Pengakuan seorang warga penduduk
Desa Peresak, "Saluran air ini telah ada pada zaman penjajahan Bangsa Belanda dan
berfungsi sebagai pensuplai air dari sebuah sungai di bagian utara ke sebuah sungai
kecil yang ada di perkampungan penduduk pada bagian selatan. Adi adalah seorang
warga penduduk Desa Peresak menuturkan bahwa menurut tuturan orang tua yang
hidup pada zaman dahulu yang mana bangunan orang Belanda yang berbentuk ular
tangga ini telah berfungsi semenjak zaman Belanda hingga sekarang. Bangunan ini
pun sangat membantu masyarakat sekitar karena berfungsi sebagai irigasi yang
mampu mensuplai air sehingga warga penduduk di sini dapat sukses di bidang
pertanian, khususnya dalam penanaman padi," tuturnya. Suatu hal yang yang
menjadi nilai positip pada peningkatan daya tarik wisata Taman Narmada adalah
karena bangunan saluran air yang tergolong unik ini berada pada kawasan Wisata
Taman Narmada sendiri. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya wisatawan
domestik dan mancanegara yang silih berganti untuk menjelajah pada bangunan ular
tangga yang besar ini. Bahkan tak jarang mereka pun mengabadikan keunikan
bagunan ini lewat camera dan diposting di berbagai media sosial yang tentunya
berpengaruh lagi pada kuantitas jumlah pengunjung atau wisatawan.
1. Bidang Politik
2. Bidang Budaya
Selain itu, kedatangan Bangsa Eropa juga mengenalkan berbagai hal baru ke
bangsa kita. Misalnya, kita jadi tahu berbagai musik internasional ataupun tarian
seperti dansa. Selain itu, ada juga bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu
terhadap segala peristiwa masa lampau. Semua bangunan tersebut punya ciri khas
yang sulit dibuat saat ini. Seperti bangunan yang bisa kita temui di Desa Bonjeruk,
Lombok Tengah. Gaya arsitektur pada bangunan zaman belanda menjadi dampak
kedatangan Bangsa Eropa yang masih bisa kamu nikmati di masa kini.
3. Bidang Ekonomi
4. Bidang Pendidikan
Dan saat ini di pulau Lombok saja sudah terbukti dan ada sampai saat ini
sekolah-sekolah keguruan tinggi yang bersebaran di pulau Lombok. Bukan hanya
satu atau dua keguruan saja, melainkan banyak sekali. Sehingga mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang ada di pulau Lombok
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari materi tersebut penulis dapat simpulkan bahwa bangsa Eropa
memberikan banyak sekali pengaruh terhadap pulau Lombok. Dari awal bangsa
Eropa masuk ke pulau Lombok dengan tujuan membantu dalam peperangan
melawan Bali yang saat itu sedang berseteru dengan pulau Lombok, menjadi titik
awal niat Belanda dalam menguasai pulau Lombok dan Bali sekaligus. Dari itu
semua jejak bangsa Belanda meninggalkan beberapa bukti penjajahannya di pulau
Lombok, seperti bangunan bonjeruk desa bonjeruk di lombok tengah sebagai pusat
pemerintahan Belanda bangunan tersebut khas memiliki pernak pernik dari Belanda
tersebut, jembatan gantung yang ada di Lombok Barat desa Kebon Ayu menjadu
destinasi wisata dimanfaatkan sebagai irigasi, Kota tua Ampenan Amben yaitu
tempat singgah dulu pada zaman Belanda dijadikan tempat pelabuhan; jika kesana
kita akan melihat bangunan-bangunan tua khas dari Belanda tersebut, Tangga Seribu
yang dibuat Belanda sebagai saluran air raksasa yang berada di Narmada; pipa air
berbentuk seperti tangga ini disebut dengan tangga seribu, karena banyaknya tangga
yang akan dipijak.
Dari pengaruh masuknya budaya Eropa tersebut memberikan dampak yang
cukup berkenan dan dapat dirasakan sampai saat ini oleh masyarakat Indonesia,
khususnya di pulau Lombok. Terdapat beberapa dampak yang masih dirasakanoleh
masyarakat, antara lain: dalam bidang ekonomi, bidang budaya, bidang politik, dan
bidang pendidikan.
B. Saran
Penyusun menyadari banyak sekali kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh sebab itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang membangun, agar dalam penyusunan makalah yang selanjutnya bisa lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://tic.wonderin.id/destination/nusa-tenggara-barat/-desa-bonjeruk-lombok-
tengah-menyusuri-bangunan-era-kolonial-dan-agrowisata. Diakses 21
Desember 2021.
https://www.kompasiana.com/andimulyan5272/5e19cb04097f36497d6f9a72/tan
gga-seribu-bangunan-kuno-yang-menjadi-destinasi-wisata. Diakses
tanggal 21 Desember 2021.
https://www.ruangguru.com/blog/sejarah-kelas-11-dampak-kedatangan-bangsa-
eropa-bagi-indonesia. Diakses 21 Desember 2021.