D
I
S
U
S
U
N
Oleh:Wirastuti
Kelas:XI MIA 1
Pembimbing:Erna Jelita
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah
dengan tepat waktu.
Berikut ini kami mempersembahkan sebuah makalah tentang “Perlawanan
Rakyat Aceh Vs Portugis Dan VOC”, yang menurut kami dapat memberikan
manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari berbagai sejarah tentang cikal
bakal Bangsa Indonesia dan bisa mengetahui perjuangan dari rakyat-nya itu
sendiri.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat
untuk semua pihak. Amin.
Daftar isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I. Pendahuluan
A. Latar belakang.............................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................
C. Tujuan.......................................................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................
B. Salam penutup.........................................................................................
C. Daftar Pustaka..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini saya selaku perwakilan kelompok 2 banyak mendapati orang-orang yang
lupa akan sejarah negara Indonesia, khususnya sejarah terhadap daerahnya sendiri. Banyak
orang yang melupakan hal tersebut karena mereka beranggapan bahwa tidak penting untuk
dibahas. Mendengar hal tersebut perasaan kita tentu sangat miris karena sudah banyak orang
yang melupakan asal-usul tentang dirinya sendiri dan sejarah daerah mereka.
Tidak hanya itu mungkin sebagian besar orang-orang yang ada di Indonesia sudah
mulai menghilangkan sejarah daerah mereka masing-masing. Bahkan mungkin ada sebagian
orang yang telah menolak akan keberadaan sejarah daerah mereka. Dengan keadaan yang seperti
ini, kita harus memberitahu mereka melalui tulisan ataupun lisan bahwa sejarah merupakan
bagian terpenting yang tidak bisa kita pisahkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Janganlah
sampai melupakan sejarah. Seperti kata presiden pertama kita yaitu Soekarno Jas Merah yang
artinya jangan sekali-kali melupakan sejarah. Kita sebagai bangsa Indonesia harus bangga
terhadap sejarah negara kita, terutama terhadap sejarah asal-usul daerah kita masing-masing.
Agar kelak sejarah bangsa ini akan terus berlanjut sampai ke generasi muda yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Pada rumusan masalah ini kami dari kelompok II akan merumuskan masalah materi kami
yaitu:
d). Siapa nama pimpinan portugis yang pertama kali menyerang aceh?
C. Tujuan
kita selaku anak bangsa yang terlahir di indonesia karna pada zaman ini anak bangsa sudah
b). Untuk mengetahui lebih detil tentang sebab perlawan aceh terhadap portugis
BAB II
PEMBAHASAN
A.Sejarah Aceh Vs Portugis Dan VOC
Rempah-rempah merupakan barang dagangan utama saat itu. Bangsa Eropa tidak ingin
bergantung pada pedagang-pedagang Islam di Timur Tengah dalam mendapatkan rempah-
rempah. Usaha untuk mendapatkan rempah-rempah ke dunia Timur dimulai oleh bangsa
Portugis tahun 1486 saat Bartoholomeus Diaz menemukan ujung Afrika Selatan.
Usaha untuk mendapatkan rempah-rempah diteruskan oleh Vasco da Gama yang tiba di India
pada tahun 1498. Menyadari bahwa asal rempah-rempah bukan dari India bangsa Portugis
meneruskan ekspedisinya dibawah pimpinan Alfonso de Albuquerque sehingga sampai dan
berhasil menguasai Malaka tahun 1511. Sultan Malaka saat itu Mahmud Syah menyingkir ke
Bintan dan kemudian menjadi Kerajaan Johor.
Malaka yang dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511, telah membawa hikmah tersendiri bagi
Aceh. Pasca dikuasaina selat Malaka oleh Portugis banyak para pedagang yang menyingkir ke
wilayah Aceh, sehingga wilayah Aceh bertambah ramai oleh kegiatan perdagangan. Kemajuan
Aceh ini dipandang oleh Portugis sebagai bentuk ancaman, karena itu Portugis berusaha
menguasai wilayah Aceh. Portugis berusaha beberapa kali menyerang Aceh namun berakhir
dengan kegagalan.
Portugis terus berusaha berbagai cara berupaya untuk melemahkan kekuatan Aceh dengan
menganggu dimanapun kapal-kapal dagang Aceh berada. Seperti yang terjadipada tahun
1524/1525 saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah diburu oleh kapal-kapal
Portugis untuk ditangkap. Oleh karena itu, tindakan-tindakan Portugis telah mendorong
munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh melakukan langkah-langkah antara
lain:
Parameswara merupakan seseorang yang menganut agama Hindu. Saat kerajaan Sriwijaya
runtuh akibat diserang oleh Majapahit, ia melarikan diri ke Malaka. Saat itu, di daerah tersebut
terdapat suku pribumi yaitu suku Laut yang jumlahnya sekitar kurang lebih 30 keluarga. Mereka
peradaban yang lebih tinggi, berhasil mempengaruhi penduduk asli, sehingga bersama-sama
dengan suku Laut, parameswara berhasil mengubah Malaka menjadi kota yang ramai.
Para penduduk suku Laut juga diajari menanam tanaman yang sebelumnya belum mereka kenal,
seperti tebu, pisang, dan rempah-rempah. Alhasil, wilayah Malaka menjadi pusat perdagangan
saat itu.
Nama Malaka diambil dari bahasa Arab “Malqa” yang berarti tempat bertemu. Alasannya
karena di tempat inilah para pedagang dari berbagai negeri bertemu dan melakukan transaksi
perdagangan.
Kerajaan Malaka atau yang lebih dikenal dengan kesultanan Malaka merupakan sebuah kerajaan
yang pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini bercorak Melayu, dan didirikan oleh
1. Kehidupan Politik
Dalam sumber Kronik Dinasti Ming disebutkan bahwasanya Parameswara sebagai pendiri
Malaka mengunjungi Kekaisaran China dan bertemu Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405
M untuk meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yang
diserahkan oleh Parameswara, Kaisar Yongle bersedia untuk memberikan perlindungan atas
kerajaan Malaka.
Kronik Dinasti Ming juga menyebutkan bahwa telah 29 kali utusan dari Malaka mengunjungi
kaisar China. Atas dasar ini, kerajaan Malaka dapat terhindar dari serangan kerajaan Siam dari
utara, karena kaisar China telah mengabarkan kepada penguasa Ayuthaya bahwa kekaisaran
China dengan Malaka saling berhubungan. Kerajaan Malaka juga menjadi salah satu pangkalan
Sampai tahun 1435, kerajaan Malaka mempunyai hubungan yang dekat dengan DInasti Ming.
Armada Ming bertugas untuk mengamankan jalur pelayaran di Selat Malaka yang sering
diganggu oleh kawanan perompak dan bajak laut. Di bawah lindungan Dinasti Ming, kerajaan
Malaka menjadi pusat perdagangan karena menguasai pelabuhan penting di pesisir barat
Semenanjung Malaya yang tidak dapat disentuh oleh Majapahit dan Ayuthaya.
Selain dekat dengan kekaisaran China, kerajaan Malaka juga mengadakan hubungan diplomatik
dengan kerajaan Majapahit setelah menikahi putri dari raja Jawa tersebut.
Pada masa kejayannya, kerajaan Malaka berhasil menguasai wilayah-wilayah berikut, yaitu :
•Kepulauan Riau
•Indragiri
2. Kehidupan Agama
Sebelumnya, kehidupan kerajaan Malaka menganut agama Hindu yang merupakan bawaan dari
Parameswara yang berasal dari kerajaan Sriwijaya. Dalam kitab Sulalatus Salatin, diceritakan
bahwa kerajaan Malaka memiliki hubungan yang dekat dengan kerajaan Samudera Pasai.
Hubungan ini dikarenakan anak Sultan Pasai yang menikah dengan raja kerajaan Malaka dan
kemudian Sultan Malaka yang selanjutnya juga turut membantu memadamkan pemberontakan
di Pasai.
Putra Parameswara yang kemudian menjadi raja, yaitu Megat Iskandar Syah kemudian memeluk
agama Islam. Atas dasar tersebut, maka bergantilah corak kehidupan agama masyarakat Malaka
menjadi Islam.
3. Kehidupan Pemerintahan
Walaupun Kesulatanan Malaka bercorak Islam, akan tetapi dalam menjalankan pemerintaha,
kerajaan Malaka tidak menganut pemerintahan Islam secara menyeluruh. Hal ini terbukti pada
undang-undang yang digunakan di Malaka seperti Hukum Kanun Malaka hanya menjalankan
40,9 % aturan Islam. Begitu juga dengan Undang-Undang Laut Malaka yang hanya memiliki 1
Sturktur pemerintahan kerajaan Malaka sudah tertata rapi. Sultan Malaka memiliki kekuasaan
yang absolut, artinya seluruh peraturan dan undang-undang merujuk kepada raja Malaka. Dalam
menjalankan roda pemerintahan, raja Malaka dibantu oleh bendahara, Tumenggung, Penghulu
Bendahari, dan Syahbandar. Lalu terdapat juga beberap amenteri yang mengurus beberapa
masalah pemerintahan. Terakhir, terdapat juga jabatan Laksamana yang awalnya hanya
Kehidupan sosial kerajaan Malak dipengaruhi oleh letak geografis, keadaan alam, dan
Pada kehidupan budaya, perkembangan sastra dan budaya Melayu sangat kental di kerajaan
Malaka. Munculnya karya-karya sastra seperti hikayat Hang Tuah, hikayat Hang Lekir, dan
hikayat Hang Jabat menandai pesatnya perkembangan budaya Melayu kerajaan Malaka.
5. Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Malaka memungut pajak penjualan, bea cukai dari barang masuk dan keluar dari
pelabuhan-pelabuhan Malaka. Hal ini dapat meningkatkan kas keuangan kerajaan. Selain itu,
adanya undang-undang laut yang berisi peraturan pelayaran dan perdagangan memungkinkan
Penerimaan pajak bead an cukai dari barang-barang dibedakan berdasarkan asal barang
tersebut. Contohnya seperti barang yang berasal dari India, Persia, Arab, dan lain-lain di
wilayah Asia Barat, mereka mengenakan pajak sebesar 6%. Sedangkan barang-barang
dari Asia Timur, mereka tidak dikenakan pajak, namun diwajibkan membayar upeti
kepada raja dan pembesar pelabuhan.
Dikeluarkannya undang-undang laut yang dapat menjaga stabilitas kegiatan perdagangan
di kerajaan Malaka
Perdagangan dijalankan dalam dua jenis, yaitu pertama pedagang memasukkan modal
dalam bentuk dagangan yang diangkut dengan kapal untuk dijual ke wilayah luar. Kedua,
pedagang menitipkan barang atau meminjamkan uang kepada para nakhoda yang akan
membagi keuntungannya kepada pemilik modal.
Raja dan pejabat tinggi kerajaan ikut dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka juga
memiliki kapal, nakhoda, dan awak kapal sendiri. Selain itu, mereka juga menanamkan
modal-modalnya ke perusahaan pelayaran.
Raja Parameswara merupakan pendiri kerajaan Malaka sekaligus menjadi raja pertama kerajaan
ini. Ia memerintah dari tahun 1396-1414 M. pada abad ke-15 M, teradi perang paregreg yang
mengakibatkan Parameswara melarikan diri dari Blambangan ke Tumasik (Singapura sekarang)
Malaka.
Untuk meningkatkan aktivitas perdagangan di kerajaan Malaka dan akibat dekatnya kerajaan
Malaka dengan kerajaan Islam Samudera Pasai, maka Parameswara kemudian memeluk agama
Islam dan berganti nama menjadi Iskandar Syah, dan merubah corak kerajaan dari sebelumnya
Muhammad Iskandar Syah merupakan anak dari Iskandar Syah yang memerintah kerajaan
Malaka sesudah ayahnya, yaitu dari tahun 1414-1424 M. pada masa pemerintahannya,
Muhammad Iskandar Syah berhasil memperluas daerah kekuasaan kerajaan Malaka sampai
Untuk memuluskan ambisinya menjadi kerajaan Malaka tunggal yang menguasai jalur
perdagangan dan pelayaran di Selat Malaka, maka ia harus berhadapan dengan kerajaan
Samudera Pasai yang kekuatannya jauh lebih besar. Oleh karena itu, ia memilih untuk
melakukan hubungan diplomatik dengan cara menikah dengan putri dari raja Pasai saat itu.
3. Mudzafat Syah
Setelah Muhammad Iskandar Syah mangkat, maka digantikan oleh Mudzafat Syah dengan gelar
sultan. Mudzafat Syah merupakan raja pertama yang bergelar sultan di kerajaan Malaka. Ia
sampai ke Kampar. Tetapi, pada masa ini pula, kerajaan Malaka mendapat serangan dari
Ia merupakan putra dari Mudzafat Syah yang memerintah kerajaan Malaka sejak tahun 1458-
1477 M. saat ia memimpin, kerajaan Malaka berhasil menjalani masa keemasannya. Hal ini
dapat dibuktikan dengan kerajaan Malaka berhasil menjadi pusat perdagangan dan penyebaran
mengalahkan kerajaan Siam dengan menewaskan raja kerajaan Siam saat itu. Putra mahkota
kerajaa Siam ditawan dan kemudian dikawinkan dengan putri Sultan Mansyur Syah.
Kebesaran dan keberhasilan kerajaan Malaka dalam mencapai masa kejayaannya tidak terlepas
dari peranan laksamana Hang Tuah. Bahkan, laksamana Hang Tuah disamakan dengan
kebesaran Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit. Cerita Hang Tuah dituangkan dalam
Ia merupakan putra dari Sultan Mansyur Syah yang memerintah kerajaan Malaka dari tahun
1477 M sampai dengan 1488 M. pada masa pemerintahannya, kerajaan Malak mulai mengalami
kemunduran dibuktikan dengan mulai lepasnya daerah kekuasaan satu persatu. Hal itu
disebabkan karena Sultan Alaudin Syah dianggap tidak cakap dalam memerintah.
Merupakan putra dari Sultan Alaudin Syah yang memerintah kerajaan malaka dari tahun 1488-
1511 M. ia sekaligus menjadi raja terakhir kerajaan Malaka dikarenakan pada masa
pemerintahannya, kerajaan Malaka menjadi kerajaan yang kecil dengan hanya sebagian wilayah
Semenanjung Malaya saja yang menjadi daerah kekuasannya. Hal ini diperparah dengan
serangan yang diadakan oleh Portugis dibawah pimpinan Alfonso d`Alberquerque yang berhasil
Kerajaan Malaka runtuh dikarenakan adanya serangan dari Portugis dibawah kendali Alfonso
d`Alberquerque yang berhasil mengalahkan pasukan kerajaan Malaka pada tahun 1511 Masehi.
Usia Malaka ternyata cukup pendek, hanya satu setengah abad. Sebenarnya, pada tahun 1512 M,
Sultan Mahmud Syah dibantu dengan Adipati Unus mencoba untuk menyerang Malaka yang
telah jatuh ke tangan Portugis. Namun, serangan mereka berhasil dipadamkan oleh pasukan
portugis.
Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-
kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di manapun berada. Misalnya, pada
saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh
kapal kapal Portugis untuk ditangkap. Sudahbarang tentu tindakan Portugis telah merampas
kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan
hubungan dengan bangsa manapun atas dasar persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal
Potugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh. Sebagai persiapan Aceh
melakukan langkah-langkah antara lain:
berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus
bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya
sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569
Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh
pasukan Aceh.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan
tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang
gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing,
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin
luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalur
perdagangan.Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di
Pariaman. Para pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang. Setelah mempersiapkan
pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi
serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan
tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda. Namun, serangan Aceh kali
ini juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin
memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis
tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari
Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang
semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat
Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan
Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.
Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau
Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap
Portugis. rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu.
Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari
Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa
wilayah di kerajaan Ternate.
Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan
kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara
Portugis dapat menguasai Maluku.
Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan
Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun
diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan
jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.
Setiba di benteng Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan
rakyat Maluku. Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah,
pengganti Sultan Hairun. Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan
demikian rakyat Ternate berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.
Pasukan bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao tidak hanya menyerbu
Ternate, tetapi juga Tidore. Armada Portugis mengepung pelabuhan Tidore. Rakyat Tidore telah
siap. Orang-orang Tidore mulai menembaki armada Portugis. Pertempuran pun berkobar dengan
sengitnya. Orang-orang Portugis berhasil mendarat dan merebut kota Tidore.
Setelah kota Tidore diduduki Portugis, orang-orang Tidore pun mengadakan penyerbuan dari
laut dengan perahu kora-kora. Usaha ini juga belum berhasil. Maka dilaksanakan serangan
serempak dari darat maupun laut. Tetapi ternyata bahwa armada Portugis lebih unggul. Oleh
karena itu perlawanan rakyat Tidore pun tidak berhasil.
Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.
Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar uda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat
kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan
banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh
memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus
bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya
sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569
Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh
pasukan Aceh.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan
tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang
gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir
Portugis dari Malaka. Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya.
Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit.
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri.
Karena ulah orang-orang Portugis yang serakah, maka hubungannya dengan Ternate yang
semula baik menjadi retak. Portugis ingin memaksakan monopoli perdagangan kepada rakyat
Ternate. Tentu saja hal itu ditentang oleh rakyat Ternate. Perlawanan terhadap kekuasaan
Portugis di Ternate berkobar pada tahun 1533.
Untuk menghadapi Portugis, Sultan Ternate menyerukan agar rakyat dari Irian sampai ke Pulau
Jawa bersatu melawan Portugis. Maka berkobarlah perlawanan umum di Maluku terhadap
Portugis. rakyat Maluku bangkit melawan Portugis. Kerajaan Ternate dan Tidore bersatu.
Akibatnya Portugis terdesak. Karena merasa terdesak, Portugis lalu mendatangkan pasukan dari
Malaka, di bawah pimpinan Antonio Galvao. Pasukan bantuan tersebut menyerbu beberapa
wilayah di kerajaan Ternate.
Rakyat Maluku di bawah pimpinan kerajaan Ternate berjuang penuh semangat mempertahankan
kemerdekaannya. Tetapi kali ini Ternate belum berhasil mengusir Portugis. Untuk sementara
Portugis dapat menguasai Maluku.
Pada tahun 1565 rakyat Ternate bangkit kembali melawan Portugis di bawah pimpinan Sultan
Hairun. Portugis hampir terdesak, tetapi kemudian melakukan tindakan licik. Sultan Hairun
diajak berunding. Untuk itu Sultan Hairun diundang agar datang ke benteng Portugis. Dengan
jiwa kesatria dan tanpa perasaan curiga Sultan memenuhi undangan Portugis.Setiba di benteng
Portugis Sultan Hairun dibunuh. Peristiwa itu membangkitkan kemarahan rakyat Maluku.
Perlawanan umum berkobar lagi di bawah pimpinan Sultan Baabullah, pengganti Sultan Hairun.
Pada tahun 1574 benteng Portugis dapat direbut oleh Ternate. Dengan demikian rakyat Ternate
berhasil mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Portugis.
Pasukan bantuan dari Malaka di bawah pimpinan Antonio Galvao tidak hanya menyerbu
Ternate, tetapi juga Tidore. Armada Portugis mengepung pelabuhan Tidore. Rakyat Tidore telah
siap. Orang-orang Tidore mulai menembaki armada Portugis. Pertempuran pun berkobar dengan
sengitnya. Orang-orang Portugis berhasil mendarat dan merebut kota Tidore.
Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.
Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar uda, Aceh
mulai surut. Hal itu akibat kekalahan Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh
karena itu, Aceh membutuhkan banyak beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka
dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
1. Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah
pimpinan Kakiali, Kapten Hitu.
2. Pada tahun 1646 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah
pimpinan Telukabesi
3. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi.
4. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah
pimpinan Sultan Jamaluddin
5. Tahun 1780 pasukan Patra Alammenyerang dan mengepung tempat kediaman Sultan
Nuku, namun Sultan Nuku berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke Halmahera
6. Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di
bawah pimpinan Sultan Nukudari Tidore
7. Perlawanan Pattimura(1817). Perlawanan Pattimura terjadi di Saparua, yaitu sebuah kota
kecil di dekat pulau Ambon.
1. Rakyat Maluku menolak kehadiran Belanda karena pengalaman mereka yang menderita
dibawah VOC
2. Pemerintah Belanda menindas rakyat Maluku dengan diberlakukannya kembali
penyerahan wajib dan kerja wajib
3. Dikuasainya benteng Duursteide oleh pasukan Belanda
4. Penduduk wajib kerja paksa untuk kepentingan Belanda misalnya di perkebunan-
perkebunan dan membuat garam.
5. Penyerahan wajib berupa ikan asin, dendeng dan kopi.
6. Banyak guru dan pegawai pemerintah diberhentikan dan sekolah hanya dibuka di kota-
kota besar saja.
4 . Sultan Jamaludin
Belanda berhasil masuk lebih lebih jauh dikehidupan politik kerajaan. Hal itu dibuktikan dengan
adanya perebutan kekuasaan di kerajaan Tidore.PenggantiSultan Jamaluddinyang
seharusnya Pangeran Nuku digantikan Patra Alam, seorang kaki tangan Belanda.Rakyat Tidore
ternyata menghendaki Pangeran Nuku yang menjadi Sultan. Perlawanan selanjutnya terjadi
seperti perang saudara antar rakyat Tidore.
Perang Aceh
Tahun 1873 pecah perang Aceh melawan Belanda. Perang Aceh disebabkan karena:
1. Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan
Ismail menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan dan Serdang kepada Belanda, padahal
daerah-daerah itu sejak Sultan Iskandar Muda ada di bawah kekuasaan Aceh.
2. Belanda melanggar Siak, maka berakhirlah perjanjian London (1824). Di mana isi
perjanjian London adalah Belanda dan Inggris membuat ketentuan tentang batas-batas
kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Sinagpura.
Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
3. Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang
lewat perairan Aceh ditenggelamkan Aceh. Perbuatan Aceh ini disetujui Inggris, karena
memang Belanda bersalah.
4. Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps menyebabkan perairan Aceh
menjadi sangat penting untuk lalulintas perdagangan.
5. Dibuatnya Perjanjian Sumatera 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Inggris
memberika keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda
harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Sumatera. Belanda mengizinkan Inggris
bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guinea Barat kepada Inggris.
6. Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan
Konsul Amerika, Italia, Turki di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki 1871.
7. Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di
Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil
Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya
datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tengtang apa yang
sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan
keterangan.
Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa
ancaman diplomatik. Sebuah ekspedisi dengan 3.000 serdadu yang dipimpin Mayor Jenderal
Johan Harmen Rudolf Köhler dikirimkan pada tahun, namun ekspedisi tersebut berhasil
dikalahkan tentara Aceh, di bawah pimpinan Panglima Polem dan Sultan Machmud Syah, yang
telah memodernisasikan senjatanya. dan bahkan Köhler sendiripun tewas tertembak di depan
Mesjid Raya Baiturrahman pada tanggal 10 April 1873.
Ekspedisi kedua di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten berhasil merebut istana sultan.
Ketika Sultan Machmud Syah wafat pada tanggal 26 Januari 1874, digantikan oleh Tuanku
Muhammad Dawood yang dinobatkan sebagai sultan Aceh di mesjid Indrapuri. Pada 13 Oktober
1880,
Pada masa perang dengan Belanda, Kesultanan Aceh meminta bantuan kepada perwakilan
Amerika Serikat di Singapura yang disinggahi Panglima Tibang Muhammad dalam
perjalanannya menuju Pelantikan Kaisar Napoleon III dari Perancis. Aceh juga mengirim Habib
Abdurrahman azh-Zhahir untuk meminta bantuan kepada Kalifah Usmaniyah. Namun Turki
Utsmani kala itu sedang menghadapi invasi rusia yang mencaplok kawasanya seperti uzbekistan
dan lain-lain. Sedangkan Amerika Serikat menolak campur tangan dalam urusan Aceh dan
Belanda.
Perang kembali berkobar pada tahun 1883. Pasukan Belanda berusaha membebaskan para pelaut
Britania Raya yang sedang ditawan disalah satu wilayah kekuasaan Kesultanan Aceh, dan
menyerang kawasan tersebut. Sultan Aceh menyerahkan para tawanan dan menerima bayaran
yang cukup besar sebagai gantinya. Sementara itu, Menteri Perang Belanda, August Willem
Philip Weitzel, kembali menyatakan perang terbuka melawan Aceh. Belanda kali ini meminta
bantuan para pemimpin setempat, di antaranya Teuku Umar. Teuku Umar diberikan gelar
panglima perang besar dan pada 1 Januari 1894 bahkan menerima dana bantuan Belanda untuk
membangun pasukannya. Ternyata dua tahun kemudian Teuku Umar malah menyerang Belanda
dengan pasukan baru tersebut. Dalam perang gerilya ini Teuku Umar bersama Panglima Polem
dan Sultan terus tanpa pantang mundur. Tetapi pada tahun 1899 ketika terjadi serangan
mendadak dari pihak Van Der Dussen di Meulaboh Teuku Umar gugur. Tetapi Cut NyaK Dhien,
istri Teuku Umar tampil menjadi komandan perang gerilya.
Pada tahun 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut
Aceh. Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah
berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran
kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran
ini ternyata berhasil. Dr Snouck Hurgronye yang menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh
untuk meneliti kemasyarakatan dan ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan
judul Rakyat Aceh (De Atjehers). Dalam buku itu disebutkan rahasia bagaimana untuk
menaklukkan Aceh.
Isi nasihat Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda yang bertugas di Aceh adalah:
Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh pada 1898-
1904, kemudian Dr Snouck Hurgronye diangkat sebagai penasihatnya, dan bersama letnannya,
Hendrikus Colijn (kelak menjadi Perdana Menteri Belanda), merebut sebagian besar Aceh.
Sultan Muhammad Daudsyah akhirnya terpaksa meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun
1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda (Belanda
menggunakan strategi licik dengan menekan/menangkap keluarga sultan/pejuang Aceh untuk
melemahkan perjuangan mereka). setelah penyerahan diri sultan, perjuangan mempertahankan
kedaulatan Aceh dilanjutkan oleh Teungku Chik Di Tiro Muhammad Saman setelah mendapat
mandat sebagai wali nanggroe dari sultan Muhammad Daudsyah sebelum menyerahkan diri.
1904.
Usaha VOC untuk berdagang dan menguasai pelabuhan-pelabuhan penting di Aceh tidak
berhasil, karena Sultan Iskandar Muda cukup tegas. Ia selalu mempersulit orang-orang barat
untuk berdagang di wilayahnya.
Ketika itu Inggris dan Belanda minta ijin untuk berdagang di wilayah Aceh. Sultan Iskandar
Muda menegaskan bahwa ia hanya akan memberi ijin kepada salah satu di antara keduanya
dengan syarat ijin diberikan kepada yang memberi keuntungan kepada Kerajaan Aceh.
Karena merasa kesulitan mendapatkan ijin berdagang, maka para pedagang Inggris dan Belanda
mencoba melaksanakan perdagangan Inggris dan Belanda mencoba melaksanakan perdagangan
gelap atau penyelundupan. Usaha itupun tidak berhasil, karena armada Aceh selalu siaga
menjaga setiap pelabuhan di wilayahnya.
Pada akhir pemerintahan Sultan Iskandar muda, Aceh mulai surut. Hal itu akibat kekalahan
Perlawanan Aceh terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan banyak
beaya untuk membangun armadanya kembali. Maka dengan sangat terpaksa, Aceh memberi ijin
kepada VOC untuk berdagang di wilayahnya.
Dalam pelaksanaannya, VOC tetap mengalami kesulitan. Pada tahun 1641 VOC merebut
Malaka dari tangan Portugis. Sejak itu VOC berperan penting di Selat Malaka. Akibatnya
peranan Aceh di selat tersebut makin berkurang.
Sejarah Perang Aceh Melawan Belanda, 1873-1904
Perang Aceh ialah perang Kesultanan Aceh melawan Belanda dimulai pada 1873 sampai 1904.
Kesultanan Aceh menyerah pada 1904, tapi perlawanan rakyat Aceh dengan perang gerilya terus
berlanjut. Pada tanggal 26 Maret 1873 Belanda menyatakan perang kepada Aceh, & mulai
melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen.
Pada 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Johan Harmen
Rudolf Köhler, & langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman. Köhler saat itu
membawa 3. 198 tentara. Sebanyak 168 di antaranya para perwira.
Penyebab Terjadinya Perang Aceh
Perang Aceh disebabkan karena:
Belanda menduduki daerah Siak. Akibat dari Perjanjian Siak 1858. Di mana Sultan Ismail
menyerahkan daerah Deli, Langkat, Asahan & Serdang kepada Belanda, padahal daerah-daerah
itu sejak Sultan Iskandar Muda, berada di bawah kekuasaan Aceh.
Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah perjanjian London tahun 1824. Isi
perjanjian London ialah Belanda & Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas
kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya
mengakui kedaulatan Aceh.
Aceh menuduh Belanda tak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yg lewat perairan
Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps. Menyebabkan perairan Aceh menjadi
sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris & Belanda, yg isinya, Britania
memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus
menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di
Siak & menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul
Amerika Serikat, Kerajaan Italia, Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Dan mengirimkan utusan
ke Turki Usmani pada tahun 1871.
Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh & meminta
keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yg sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi
Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.
Strategi Siasat Snouck Hurgronje Mata-mata Belanda
Untuk mengalahkan pertahanan & perlawan Aceh, Belanda memakai tenaga ahli Dr. Christiaan
Snouck Hurgronje yg menyamar selama 2 tahun di pedalaman Aceh untuk meneliti
kemasyarakatan & ketatanegaraan Aceh. Hasil kerjanya itu dibukukan dengan judul Rakyat
Aceh [De Acehers]. Dalam buku itu disebutkan strategi bagaimana untuk menaklukkan Aceh.
Usulan strategi Snouck Hurgronje kepada Gubernur Militer Belanda Joannes Benedictus van
Heutsz adalah, supaya golongan Keumala [yaitu Sultan yg berkedudukan di Keumala] dengan
pengikutnya dikesampingkan dahulu.
Tetap menyerang terus & menghantam terus kaum ulama. Jangan mau berunding dengan
pimpinan-pimpinan gerilya. Mendirikan pangkalan tetap di Aceh Raya. Menunjukkan niat baik
Belanda kepada rakyat Aceh, dengan cara mendirikan langgar, masjid, memperbaiki jalan-jalan
irigasi & membantu pekerjaan sosial rakyat Aceh. Ternyata siasat Dr Snouck Hurgronje diterima
oleh Van Heutz yg menjadi Gubernur militer & sipil di Aceh [1898-1904]. Kemudian Dr
Snouck Hurgronje diangkat sebagai penasehatnya.
Taktik Perang belanda Menghadapi Aceh
Taktik perang gerilya Aceh ditiru oleh Van Heutz, dimana dibentuk pasukan maréchaussée yg
dipimpin oleh Hans Christoffel dengan pasukan Colone Macan yg telah mampu & menguasai
pegunungan-pegunungan, hutan-hutan rimba raya Aceh untuk mencari & mengejar gerilyawan-
gerilyawan Aceh. Taktik berikutnya yg dilakukan Belanda ialah dengan cara penculikan anggota
keluarga gerilyawan Aceh. Misalnya Christoffel menculik permaisuri Sultan & Tengku Putroe
[1902].
Van der Maaten menawan putera Sultan Tuanku Ibrahim. Akibatnya, Sultan menyerah pada
tanggal 5 Januari 1902 ke Sigli & berdamai. Van der Maaten dengan diam-diam menyergap
Tangse kembali, Panglima Polim dapat meloloskan diri, tetapi sebagai gantinya ditangkap putera
Panglima Polim, Cut Po Radeu saudara perempuannya & beberapa keluarga terdekatnya.
Akibatnya Panglima Polim meletakkan senjata & menyerah ke Lhokseumawe pada Desember
1903.
Taktik selanjutnya, pembersihan dengan cara membunuh rakyat Aceh yg dilakukan di bawah
pimpinan Gotfried Coenraad Ernst van Daalen yg menggantikan Van Heutz. Seperti
pembunuhan di Kuta Reh [14 Juni 1904] dimana 2. 922 orang dibunuhnya, yg terdiri dari 1. 773
laki-laki & 1. 149 perempuan. Taktik terakhir menangkap Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar yg
masih melakukan perlawanan secara gerilya, dimana akhirnya Cut Nya Dien dapat ditangkap &
diasingkan ke Sumedang.
Surat perjanjian tanda menyerah Pemimpin Aceh
Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek [korte verklaring, Traktat
Pendek] tentang penyerahan yg harus ditandatangani oleh para pemimpin Aceh yg telah
tertangkap & menyerah. Di mana isi dari surat pendek penyerahan diri itu berisikan, Raja
[Sultan] mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda, Raja berjanji tak akan
mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar negeri, berjanji akan mematuhi seluruh
perintah-perintah yg ditetapkan Belanda.
Perjanjian pendek ini menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yg rumit & panjang dengan
para pemimpin setempat. Walau demikian, wilayah Aceh tetap tak bisa dikuasai Belanda
seluruhnya, dikarenakan pada saat itu tetap saja terjadi perlawanan terhadap Belanda meskipun
dilakukan oleh sekelompok orang [masyarakat]. Hal ini berlanjut sampai Belanda enyah dari
Nusantara & diganti kedatangan penjajah baru yakni Jepang
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akibat adanya kesewenang – wenangan Bangsa Barat khusnya Portugis dan VOC, timbullah
perlawanan dari rakyat pribumi untuk mengusir dan menghapus segala bentuk kejahatan,
kesewenang – wenangan, dan penjajahan yang tidak berperikemanusiaan tersebut.
Saran
Kita sebagai manusia generasi selanjutnya yang telah bebas dari penjajahan seharusnya selalu
menjaganya. Lakukan apa yang terbaik untuk persatuan dan kesatuan Indonesia. Karena dengan
menjaga persatuan Indonesia, kita telah menghormati perjuangan mereka.
DAFTAR PUSTAKA
http://buihkata.blogspot.com/2012/11/perlawanan-rakyat-makasar-terhadap.html
http://buihkata.blogspot.com/2013/02/perlawanan-rakyat-banten-terhadap.html
http://buihkata.blogspot.com/2013/02/perlawanan-rakyat-banten-terhadap.html
http://ilhamadjiputrap.blogspot.com/2012/10/perlawanan-sultan-agung_8.html
http://kendakaku.blogspot.com/2014/01/makalah-perlawanan-daerah-daerah.html