DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
1. CHERLIN SAFITRI
2. DHANI RESTU FAISAL
3. METRI PRANSISKA M.
4. SYAHLA HAIDIANANDA
GURU PEMBIMBING:
LISWATI, S.Pd
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT. serta atas berkat rahmat
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Pada makalah ini kami akan membahas tentang “SEJARAH PERANGAN ACEH”. Tujuan
dari pembuatan makalah ini ialah agar kita semua dapat mengetahui dan belajar mengenai
Sejarah peperangan yang terjadi di Aceh.
Semoga makalah yang kami buat ini bukan hanya bisa bermanfaat nagi kami
namun juga bemanfaat juga bagi siapapun yang membaca makalah ini. Kami sangat sadar
dalam hal penulisan atau isi makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu saran dan
keritik yang membangun sangat kami harapkan.
Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
1.3 TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Belanda pertama kali tiba di Aceh pada bulan April 1873 di bawah
komando Johan Harmen Rudolf Kohler. Belanda datang ke Aceh karena
memiliki Kerajaan dan aspek diplomasi yang kuat di daerah tersebut. Aceh
juga memiliki letak yang strategis sehingga dapat dijadikan sebagai jalur
perdagangan. Oleh karena itu, Belanda sangat ingin menguasai wilayah
Kesultanan Aceh. Sebelum Perang Aceh, Belanda terlebih dahulu menguasai
wilayah Kesultanan Delhi mulai dari Langkat, Asahan hingga Serdang melalui
Perjanjian Siak pada tahun 1858. Wilayah ini sebenarnya termasuk dalam
wilayah Kesultanan Aceh.
Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek (korte
verklaring, Traktat Pendek) tentang penyerahan yang harus ditandatangani oleh para
pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Di mana isi dari surat pendek
penyerahan diri itu berisikan:
1. Raja (Sultan) mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia
Belanda,
2. Raja berjanji tidak akan mengadakan hubungan dengan kekuasaan di luar
negeri,
3. Berjanji akan mematuhi seluruh perintah-perintah yang ditetapkan
Belanda.
Perjanjian pendek ini menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang rumit
dan panjang dengan para pemimpin setempat.
Walau demikian, wilayah Aceh tetap tidak bisa dikuasai Belanda seluruhnya,
dikarenakan pada saat itu tetap saja terjadi perlawanan terhadap Belanda meskipun
dilakukan oleh sekelompok orang (masyarakat). Hal ini berlanjut sampai Belanda
enyah dari Aceh.
2.4 AKHIR PERANG ACEH
b. Teuku Umar
Teuku Umar lahir di Meulaboh, pada 1854. Ia adalah suami dari Cut
Nyak Dhien. Teuku Umar adalahsalah satu pemimpin pasukan di bawah
panglima besar Teungku Cik Ditiro. Beliau merupakan pahlawan yang
mencetuskan adanya perang aceh melawan pemerintahan Belanda pada
masa itu.Teuku Umar tertembak dalam pertempuran dinihari 11 Februari
1899.
Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1848 di Aceh. Cut Nyak Dhien adalah
istri Teuku Umar. SepeninggalTeuku Umar, Cut Nyak melanjutkan
perjuangan melawan pasukan kolonial Belanda di pedalamanMeulaboh,
Aceh Barat. Setelah ditangkap Belanda, Cut Nyak Dhien diasingkan ke
Sumedang danmeninggal disana.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Periode perang aceh terbagi menjadi empat yakni, Perang Aceh I (1873-
1874), Perang Aceh II (1874-1880), Perang Aceh III (1881-1896), dan Perang
Aceh IV (1896-1910)
Selama perang Aceh, Van Heutz telah menciptakan surat pendek (korte
verklaring, Traktat Pendek) tentang penyerahan yang harus ditandatangani
oleh para pemimpin Aceh yang telah tertangkap dan menyerah. Raja (Sultan)
mengakui daerahnya sebagai bagian dari daerah Hindia Belanda. Dan
perjanjian pendek ini juga menggantikan perjanjian-perjanjian terdahulu yang
rumit dan panjang dengan para pemimpin setempat.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Aceh
https://regional.kompas.com/read/2022/02/08/111500378/perang-aceh--
latar-belakang-periodisasi-strategi-dan-akhir-perlawanan?page=all
https://www.academia.edu/38699731/Perang_aceh
https://www.studiobelajar.com/perang-aceh/
https://www.asaldansejarah45.com/2021/01/lengkap-sejarah-perlawanan-
rakyat-aceh.html