Anda di halaman 1dari 13

PENTINGNYA CO – MANAGEMENT DALAM PENANGKAPAN IKAN

DI PERAIRAN INDONESIA

Kelompok 9
Disusun oleh:

1. Samuel NIM: 1913521004


2. Stephanie Dwi Ayu Tristiana NIM: 1913521007
3. Gemma NIM:
4. Julian NIM:
5. Devano NIM:
6. Darma NIM:

FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya makalah ini dapat selesai dengan baik. Makalah ini kami
susun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen. Makalah
ini berisi berisi tentang manajemen kelautan dan perikanan di Indonesia yang
nantinya dapat diketahui oleh para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah masih jauh dari kata sempurna baik dari
segi pembahasan materi, teknik penulisan, dan tutur bahasa yang digunakan. Oleh
karena itu, kami berharap para pembaca memberi kritik dan saran demi
menyempurnakan makalah ini. Kami juga ingin berterimakasih kepada dosen
mata kuliah Dasar-Dasar Manajemen kami yang telah memberikan arahan agara
makalah ini dapat selesai dengan baik.

Badung, 27 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori...................................................................................................3
2.2 Pembahasan........................................................................................................4

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini, laut memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Tak
jarang kita jumpai banyak sekali masyarakat di dunia ini yang beralih
pekerjaan ke dunia laut. Hal ini dikarenakan, laut memiliki kekayaan yang
sangat melimpah didalamnya. Banyak sekali sumber daya – sumber daya yang
terdapat di dalam sebuah perairan. Mulai dari organisme laut, zat mineral yang
terkandung dalam sebuah perairan dan bahkan hasil tambang yang ada di
dasar suatu perairan seperti pasir, minyak bumi, gas dan lain-lain. Akan tetapi,
yang paling dimanfaatkan oleh masyarakat merupakan hasil tangkapan ikan
yang sangat melimpah.
Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan potensi hasil laut yang
sangat besar. Produksi ikan tangkap laut selama lebih dari sepuluh tahu (1991-
2012) tumbuh sebesar 3,5 persen per tahun. Hasil produksi tahun 2012
mencapai lebih dari 5 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2012). Oleh sebab itu,
tak jarang kita jumpai masyarakat Indonesia yang berada di pesisir pantai
yang memilih bekerja menjadi seorang nelayan atau budidaya ikan daripada
melakukan kegiatan pertambangan. Hal ini dikarenakan penangkapan ikan
yang cukup mudah dan jumlah ikan yang sangat melimpah di suatu perairan.
Ikan sendiri saat ini menjadi kebutuhan pangan masyarakat karena kandungan
protein yang tinggi yang terdapat pada ikan sangat bermanfaat. Karena kondisi
tersebut, dijadikan sebagai peluang bagi mereka yang tinggal di dekat pesisir
untuk menangkap ikan dan dijual. Sehingga, dengan adanya penjualan ikan
yang cukup banyak mampu meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan
masyarakat setempat. Jadi, secara tidak langsung perekonomian Indonesia
sangat terbantu karena kegiatan penangkapan ikan tersebut.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu jumlah penduduk akan semakin
bertambah sehingga membuat kebutuhan pangan manusia juga semakin
meningkat. Hubungannya dengan perikanan, apakah jumlah kebutuhan
dengan ketersediaan bisa seimbang?. Kondisi ini, tergantung bagaimana
pemanfaatan sumber daya perairan tersebut. Apabila pemanfaatan sumber
daya perairan yang tidak terkendali disebabkan oleh persaingan dalam
memenuhi kebutuhan hidup, disamping itujuga kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan oleh manusia tanpa memperhatikan kaidah-kaidah kelestarian
dan berkelanjutan dapat berdampak negatif pada suatu perairan sehingga dapat
membuat ketersediaan sumber daya menjadi tidak seimbang dengan
kebutuhan (Wahyudin, 2007). Oleh karena itu penelitian yang komprehensif
diperlukan untuk mencapai pemanfaatan rasional dalam rangka
mempertahankan keberlanjutan saham untuk tujuan kemakmuran di masa
depan (Naamin et al., 1992; Suman et al., 2014).
Namun, potensi ekonomi dari hasil laut serta produk terkait masih dapat
terus ditingkatkan mengingat luasnya cakupan zona tangkap perikanan laut di
Indonesia. Jika wilayah perairan sebelah barat (termasuk Laut Jawa dan Selat
Malaka) mulai muncul gejala kelebihan tangapan (over-fishing), namun
sebaliknya di daerah perairan sebelah timur justru masih sangat kurang
intensitas penangkapan ikan (Siregar, 2015). Cara yang efektif untuk dapat
meningkatan hasil produksi penangkapan ikan itu sendiri adalah dengan
menetapkan strategi-strategi dalam memanajemen suatu perairan dengan baik.
Sehingga dengan adanya manajemen yang baik mampu meningkatkan
pelestarian serta ketersediaan ikan dengan baik dan terstruktur serta peran
pemerinath yang turun tangan langsung dalam kegiatan penangkapan ikan
yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Atas dasar inilah yang
melatar belakangi makalah kami yang berjudul Pentingnya Co – Management
dalam Penangkapan Ikan di Perairan Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. MengapaCo-Management dikatakan penting dalam manajemen
penangkapan ikan?
2. Apakah manajemen perairan sangat dibutuhkan sebagai acuan dalam
menangkap ikan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui seberapa
pentingnya Co – Management dan manajemen dalam kegiatan perikanan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

Manajemen merupakan penggunaan metode ilmiah untuk menentukan


cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan (Taylor, 1991). Menurut
William Stewart terdapat perbedaan keahlian yang dituntut di dunia militer.
Ketika keadaan damai, misalnya anda akan sukses jika anda tahu bagaimana
menerapkan manajemen. Namun ketika perang, anda hanya akan sukses jika
anda mampu memimpin (Carter-Scott, 1994). Dari pengertian-pengertian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu seni
dalam ilmu dan pengorganisasiannya, pergerakan, serta pengendalian atau
pengawasan suatu kegiatan untuk mencapai suatu tujuan dalam kegiatan yang
sesuai dengan strategi yang telah di rencanakan.

Dalam manajemen perikanan dibutuhkan sebuah Co – Management. Co-


Management: Kolaborasi Pengelolaan Perikanan dapat didefinisikan sebagai
pembagian atau pendistribusian tanggung jawab dan wewenang antara
pemerintah dan masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya perikanan.
Berdasarkan definisi ini maka pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab
bersamasama dalam melakukan seluruh tahapan pengelolaan perikanan. Apa
yang menjadi tanggung jawab dan wewenang masingmasing pihak
menentukan tipe atau bentuk Co-Management yang dianut. Definisi
CoManagement ini juga menyiratkan bahwa kerjasama antarpemerintah dan
masyarakat merupakan inti dari Co-Management.

Dalam sebuah kehidupan manajemen sangat diperlukan dalam


menjalankan suatu kegiatan. Hal ini dikarenakan manajemen merupakan cara
yang paling efektif dalam mengatur suatu kegiatan. Dalam dunia perairan
manajemen juga sangat berperan penting. Karena pekerjaan yang
bersangkutan dengan suatu perairan memiliki resiko yang lebih besar. Serta
dengan adanya suatu manajemen dapat mengatur pemanfaatan sumber daya
yang tidak berlebihan.
2.2 Pembahasan
A. Fungsi Manajemen
Manajemen memiliki fungsi yang sangat penting dalam mengatur
suatu kegiatan. Fungsi manaejemen itu sendiri antara lain adalah
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian.
Perencanaan dapat didefinisikan sebagai memikirkan apa yang akan
dikerjakan dengan sumber daya dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk
memenuhi tujuan itu. Dalam suatu kegiatan yang ada di perairan perlu
perhatikan secara seksama. Seorang nelayan secara tidak langsung
melakukan kegiatan manajemen sebelum pergi mencari ikan. Salah satu
perencanaan yang mereka lakukan adalah persiapan alat-alat yang
digunakan untuk menangkap ikan, persiapan bahan bakar untuk berlayar
ke tengah laut, persiapan untuk melihat atau meramalkan cuaca apakah
baik untuk berlayar pada hari itu, serta persiapan bekal untuk memenuhi
kebutuhan energi mereka dan masih banyak lagi. Tanpa adanya sebuah
manajemen kegitan yang bersangkutan dengan perairan memiliki resiko
yang cukup besar. Bagaimana tidak, air sangat berkaitan dengan alam
semesta. Seperti, kondisi cuaca yang mengakibatkan gelombang air laut
menjadi besar, yang dapat membahayakan keselamatan para nelayan.
Jadi, persiapan itu sangat penting dalam menjalankan sebuah kegiatan.

Selain itu, pengorganisasian juga tidak kalah penting dalam kegiatan


yang berkaitan dengan perairan. Pengertian pengorganisasian itu sendiri
adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan
besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih penting. Jadi, dalam kegiatan
penangkapan ikan harus ada pembagian tugas didalamnya. Contohnya saja
adalah ada yang memiliki bagian mengendarai kapal, melihat kondisi
sekitar, melemparkan jaring, menarik jaring, dan lain-lain.
Pengoraganisasian sangat penting diterapkan dalam manajemen perikanan
karena mampu meringankan pekerjaan serta mempercepat pekerjaan agar
berjalan secara efektif.
Fungsi yang ketiga adalah pengarahan, fungsi ini merupakan suatu
tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha
untuk mencapai sasaran sesuai dengna perencanaan manajerial dan usaha-
usaha. Jadi intinya pengarahan (actuating) dapat didefiniskan sebagai
menggerakan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh
kesedaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
secara efektif. Jadi dalam hal ini kepemimpinan sangat dibutuhkan. Pada
saat kegiatan penangkapan ikan dibutuhkan seorang pemimpin yang
mampu memberikan pengarahan bagi bawahannya agar dapat melakukan
pekerjaan sesuai dengan rencana dan pengorganisasian yang telah di bagi.

Yang terakhir adalah pengevaluasian (evaluating), evaluasi adalah


proses pengawasan dan pengendalian peforma perusahaan untuk
memastikan bahwa jalannya kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Jadi, ketika kita mengahadapi sebuah permasalahan di atas
kapal, perlu adanya pengevaluasian apa, bagaiamana, kenapa, kapan, dan
siapa permasalahan itu bisa terjadi. Contohnya bagaimana dan kenapa
hasil penangkapan ikan pada hari ini dapat menurun drastis? Apa
kesalahan yang telah kita buat sehingga hasil tangkapan kita bisa
berkurang?. Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
menjawab segala permasalahan-permasalahan yang terjadi dan tentunya
dapat memperbaiki permasalahan-permasalahan tersebut.

B. Aspek – Aspek dalam Penangkapan Ikan


Dalam konteks pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan oleh
daerah memang terdapat keuntungan, tetapi juga sekaligus menjadi beban
dan tanggung jawab daerah dalam pengendalian dan pengelolaan
perikanan bedasarkan pada dua aspek, yaitu aspek biologi dan aspek
ekonomi. Pendekatan aspek biologi umumnya bedasarkan asumsi konsep
produksi kuadratik yang dikembangkan oleh Verhulst (1838) yang
kemudia diterapkan untuk perikanan oleh Schaefer (1957), dengan
bedasarkan perhitungan Maximum Sustainable Yield (MSY), utnuk
mengendalikan upaya tangkap yang lestari. Sementara itu, menurut
Gordon-Schaefer (1954) model pendekatan ekonomi perikanan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode surplus produksi yang dikenal
dengan teori Gordon-Schaefer.
Perilaku produksi perikanan berbeda dengan komoditi lainnya, karena
sumber daya ikan masih dianggap sebagai yang bersifat akses terbuka
sehingga setiap individu atau kelompok bebas mengakses sumber daya
tersebut (Hartwick & Olewiler, 1998). Sehingga hal ini dapat
menyebabkan adanya kebebasan dalam penangkapan ikan. Akan tetapi,
sebagai sumber daya milik bersama maka seharusnya terdapat batas-batas
tanggung jawab setiap orang yang ada dalam industri perikanan untuk
melakukan kontrol atau pengelolaan sumber daya menjadi tidak jelas
sehingga akan menyebabkan tangkap lebih (overfishing). Menurut Fauzi
(2006), apabila setiap tingkat upaya lebih rendah dari upaya penangkapan
pada akses terbuka atau open acces, penerimaan total akan melebihi biaya
total sehingga perilaku perikanan akan lebih banyak tertarik untuk
menagkap ikan. Dalam kondisi akses terbuka tanpa dikendalikan, hal ini
akan menyebabkan banyak pelaku baru masuk dalam industri perikanan.
Sebaliknya pada tingkat upaya lebih tinggi daripada biaya total banyak
pelaku keluar dari industri perikanan.
C. Fungsi Produksi Perikanan
Fungsi produksi perikanan diturunkan dengan mengikuti dua
asumsi (Kar & Chakraborty, 2009) yakni hasil tangkapan per unit upaya
penangkapan (CPUE) tergantung pada tingkat kepadatan stok ikan, dan
kepadatan stok ikan berbanding lurus dengan kelimpahan. Dengan adanya
fungsi produksi perikanan kita dapat mengetahui jumlah tangkapan dan
jumlah ikan yang lahir. Bedasarkan fakta yang ada jumlah tangkapan jauh
lebih besar daripada jumlah ikan yang lahir.
D. Co – Management Perikanan
Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan isu-isu yang muncul
dalam pengelolahan sumber daya pesisir laut, dibutuhkan suatu model
pengelolaan yang kolaboratif yang memadukan antara unsur masyarakat
pengguna dan pemerintah yang dikenal sebagai Co – Management yang
berfungsi untuk menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu
pihak dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan laut sehingga
pembiasaan aspirasi pada satu pihak dapat dieliminasi. Dalam jangka
panjang, pelaksanaan Co-Management ini diyakini akan memberikan
perubahan-perubahan kearah yang lebih baik yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumber daya
pesisir dan laut dalam menunjang kehidupan.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga mampu berperan
serta dalam setiap tahapan pengelolaan secara terpadu.
3. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan bentuk-bentuk
pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

Inti dari Co – Management ini adalah adanya hubungan kerjasama


antara pemerintah dengan masyarakat adalah sebuah aspek terpenting.
Teknik FGD ini digunakan terutama untuk memperoleh informasi dari
berbagai sumber dalam satu media diskusi yang terfokus. Para peserta
pengembangan keterampilan yang tidak hanya terpaku pada bidang
kelautan saja seperti melaut, mengasinkan ikan. Namun dapat
memungkinkan untuk lebih luas lagi seperti sektor jasa atau sektor lainnya
yang masih berkaitan dengan dunia kelautan. Seperti nelayan Bugis yang
berada di daerah Kampung Melayu yang terkenal dengan keterampilan
yang dimiliki untuk membuat perahu dan kapal yang lebih baik mutunya
atau membuat lembaga yang secara khusus mengajarkan cara-cara
pembuatan perahu dan kapal. Pemerintah hendaknya dapat mengakomodir
kebutuhan masyarakat nelayan, karena secara umum bantuan dari
pemerintah terkadang tidak tepat sasaran, hal ini disebabkan pemerintah
relatif tidak melihat kebutuhan nelayan di lapangan sehingga banyak
bantuan yang sifatnya mubazir. Diharapkan melalui skenario Co-
Management ini pemerintah dan masyarakat sebagai mitra sejajar dapat
bekerjasama.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sangat
diperlukan dalam kegiatan penangkapan ikan. Karena dengan adanya
penggunaan manajemen yang baik dapat menata sebuah kegiatan dalam
perairan dengan terstruktur dan seimbang. Selain itu dalam penerapan
manajemen tidak lupa selalu mengutamakan fungsi manajemen yakni
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengevaluasian yang
dijadikan sebagai acuan dalam mencapai suatu tujuan. Sehingga dalam
kegiatan penangkapan ikan dapat terjalin dengan baik.
Selain itu, dalam manajemen perikanan dibutuhkan Co-Management yakni
kerjasama antara pemerintah dan masyrakat. Co – Management sangat penting
dan efektif digunakan dalam kegiatan perikanan. Karena dengan adanya
bantuan dari pemerintah mampu memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh
seorang nelayan dalam menunjang kegiatan penangkapan ikan. Sehingga,
dapat mengurangi pengeluaran yang dibutuhkan para nelayan untuk berlayar
menangkap ikan. Selain itu, Co – Magement juga bermanfaat untuk
memberikan batasan-batasan dalam penangkapan ikan. Jadi, dengan adanya
Co – Management mampu menyeimbangkan ketersediaan ikan yang ada
dilaut sehingga tidak terjadi kelangkaan atau kekurangan populasi ikan karena
ditangkap secara terus menerus.
3.2.Saran
Dari kesimpulan diatas dapat diberikan saran antara lain:
1. Peran pemerintah dalam menunjang infrastruktur untuk memfasilitasi
para nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan.
2. Nelayan mampu memperhatikan kaidah-kaidah atau batasan dalam
penangkapan ikan mulai dari alat yang digunakan, jenis ikan yang
diambil dan tentunya jumlah ikan yang ditangkap.
DAFTAR PUSTAKA

Akoit, M. Y., dan Nalle M. N., (2018). Pengelolaan Sumberdaya Perikanan


Berkelanjutan di Kabupaten Timor Tengah Utara Berbasis Pendekatan
Bioekonomi. Jurnal Agribisnis Indonesia, Volume 6 No. 2 (Desember
2018), Halaman 85-108.

Alains A. M., Putri S. E., dan Haliawan P., (2009). Pengelolaan Sumberdaya
Perikanan Berbasis Masyarakat (PSPBM) melalui Model Co-Management
Perikanan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Volume 10 No 2 (Desember
2009), Halaman 172-198.

Badan Pusat Statistik Kabupaten TTU, TTU Dalam Angka 2012. TTU.

Fauzi A., (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Teori dan
Aplikasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gordon, H. S., (1954). The Economic Theory of a Common-Property. The Journal


of Political Economy, Volume 62 No 2 (April., 1954).

Hartwick J. M. Dan Nancy D. O., (1998). The Economics of Natural Resource


Use. Edisi Kedua. Addison Wesley.

Kar, T. K. Dan Chakraborty, K., (2009). Bioeconomic Analysis of Maryland’s


Chesapeake Bay Oyster Fishery with Reference to the Optimal Utilization
and Management of the Resource. International Journal of Engineering,
Science and Technology, Volume 1 No 1, Halaman 172-189.

Naamin N., Sumino B., Ilyas S., Nugroho D., Iskandar B. P. S., Barus H.R.,
Badrudin M., Suman A., dan Amin E. M., (1992). Technical guides of
Management Andexploitation of Penaeid Shrimp Resources for Fisheries
Development. Series of Fisheries Research Development No
PHP/KAN/PT/22?1992. Agency for Agricultural Research and
Development.

Rasyid M., (2012). Potensi Ekonomi Ikan dan Produk Perikanan Indonesia dalam
Lingkup Masyarakat Ekonomi ASEAN. Jurnal Fakultas Ekonomi
Universitas Trunojoyo Madura.

Siregar, Y. I., (2005). Menggali Potensi Sumber Daya Laut Indonesia. Medan:
Universitasn Sumatera Utara.
Suman, A., Prihatiningsih, Lestari, P., dan Pane, A. R. P., (2019). Population
Parameters of Endeavour Shrimp (Metapenaeus ensis de Haan) in
Binuangeun and Adjacenwaters, West Java. Indonesian Fisheries
Reasearch Journal, Volume 25 Nomor 1 (June 2019), Halaman 19-26.

Trimerani R., Waluyati L. R., dan Jamhari, (2014). Manajemen Usaha


Penangkapan Ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Kabupaten
Gunung Kidul. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 25 Nomor 2 (Desember
2014), Halaman 126-134.

Wahyudi, (2007). Analisis Faktor Produksi Perikanan tangkap yang Berkelanjutan


di Perairan Kabupaten Belitung. (Thesis). Pasca Sarjana Fakultas
Ekonomi, Magister Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Universitas
Padjajaran Bandung.

Anda mungkin juga menyukai