DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
AYUDYAH PRAMESTI
DIMAS SYAPUTRA
IZAM SAHADI
GADIS PUTRI ARDINA
Konflik yang sangat fenomenal sekali dalam masyarakat indonesia salah satunya
yang terjadi di Kalimantan Barat. Dengan ibukotanya Pontianak.
Provinsi Kalbar menjadi salah satu wilayah yang pernah mengalami konflik, konflik
tersebut terjadi antara Suku Madura (Pendatang) dengan Suku Dayak (Suku Asli
Kalimantan).
Namun siapa nyana. Ratusan warga setempat melakukan perlawanan. Mereka tak
mundur selangkah pun saat ribuan annggota Satpol PP Pemrov DKI merangsek.
Diawali saling teriak antara dua kubu. Tapi sesaat kemudian, perang pun pecah.
Batu, kayu serta benda-benda keras lainnya berterbangan di udara. Bom molotov
ikut dilemparkan dan senjata tajam dihunus.
Massa dan aparat Satpol PP sama-sama beringas. Saling serang, saling gebuk satu
sama lain. Korban pun satu persatu berjatuhan dari kedua belah pihak. Ratusan
orang luka ringan dan parah. Bahkan dua orang anggota Satpol PP meregang
nyawa.
Suasana mencekam berlanjut hingga malam hari. Puluhan mobil milik Satpol PP
dibakar massa. Arus lalu lintas menuju terminal peti kemas Pelindo pun terputus
untuk beberapa jam.
Dalam kesepakatan damai, pihak keluarga siswa menyatakan siap mengganti biaya
pengobatan Daeng Pole. Sebab dia mengalami luka di bagian kepala akibat dipukuli
gagang sapu. “Perdamaian ini sesuai kesepakatan mereka, tanpa ada tekanan dari
pihak lain,” ujar Gany
Konflik poso
Tetapi yg jelas Presiden B.J. Habibie yg menurut L.B. Murdani lbh berbahaya dari
gabungan Khomaeni Saddam Husein dan Khadafi baru berkuasa 6 bulan saja
sehingga perlu digoyang dan kalau perlu dijatuhkan. Apabila fakta-fakta ini
dikembangkan dgn lepasnya Timor-Timur dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
Gerakan Papua Merdeka dan Gerakan Aceh Merdeka serta tulisan Huntington 1992
setelah Uni Sovyet yg menyatakan bahwa musuh yg paling berbahaya bagi Barat
sekarang adalah umat Islam; dan tulisan Jhon Naisbit dalam
bukunya Megatrend yg menyatakan bahwa Indonesia akan terpecah belah menjadi
28 negara kecil-kecil; maka dapat disimpulkan bahwa peristiwa kerusuhan-
kerusuhan tersebut adalah suatu rekayasa Barat-Kristen utk menghancurkan umat
Islam Indonesia penduduk mayoritas mutlak negeri ini. Kehancuran umat Islam
Indonesia berarti kehancuran bangsa Indonesia dan kehancuran bangsa Indonesia
berarti kehancuran/kemusnahan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Oleh karena
itu penyelesaian kerusuhan/konflik Indonesia khususnya Poso tidak sesederhana
sebagaimana yg ditempuh oleh Pemerintah RI selama ini sehingga tiga tahun
konflik itu berlangsung tidak menunjukkan tanda-tanda selesai malah memendam
“bara api dalam sekam”. Hal ini bukan saja ada strategi global di mana kekuatan
asing turut bermain tetapi ada juga ikatan agama yg sangat emosional turut
berperan. Sebab agama menurut Prof. Tilich“Problem of ultimate
Concern” sehingga tiap orang pasti terlibat di mana obyektifitas dan kejujuran
sulit dapat diharapkan. Karenanya penyelesaian konflik Poso dgn dialog dan
rekonsiliasi bukan saja tidak menyelesaikan konflik tersebut sebagaimana pernah
ditempuh tetapi malah memberi peluang kepada masing-masing pihak yg berseteru
utk konsolidasi kemudian meledak kembali konflik tersebut dalam skala yg lebih
luas dan sadis. Konflik yg dilandasi kepentingan agama ditambah racun dari luar
apabila diselesaikan melalui rekonsiliasi seperti kata pribahasa bagaikan
membiarkan “bara dalam sekam” yg secara diam-diam tetapi pasti membakar
sekam tersebut habis musnah menjadi abu.
Pada tanggal 20 Agustus 2001 umat Islam yg sedang memetik cengkeh di kebunnya
di desa Lemoro Kecamatan Tojo Kabupaten Poso diserang oleh 50-60 orang umat
Kristen yg berpakaian hitam-hitam membunuh dua orang Muslim dan mengobrak-
abrik rumah-rumah orang Islam. Pengungsi Laporan US Comitte of Refugees
tentang Indonesia yg diterbitkan Januari 2001 menyebutkan dalam
kerusuhan/konflik Poso yg terjadi selama tiga tahun belakangan ini pihak Muslim
telah menderita secara tidak seimbang. Dalam laporan itu disebutkan jumlah
pengungsi akibat konflik Poso kini sebanyak hampir 80.000 orang dan diperkirakan
60.000 orang adl Muslim.
Konflik pilkada dan liberalisasi politik
Di satu sisi ruang pilkada ini merupakan liberalisasi politik yang bertujuan agar
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan
dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan
dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan
tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya
kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan
otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara.
Namun di sisi lain, pilkada ini justru menimbulkan polemik dan konflik yang cukup
rumit penyelesaiannya.
Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi kekerasan
di provinsi paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang Muslim berjuang bagi
satu otonomi dari negara yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu.
KONFLIK DAN KEKERASAN
TRAGEDI TRISAKTI
Lebih dari 4.100 orang Buddha dan Muslim tewas dalam enam tahun aksi kekerasan di
provinsi paling selatan Thailand ketika etnik Melayu yang Muslim berjuang bagi satu
otonomi dari negara yang berpenduduk mayoritas beragama Buddha itu.
Perwakilan massa menyerahkan pernyataan sikap bersama ke kantor dewan, yang diterima
oleh pegawai skretariat dewan.Setelah iru massa bertolak kekantor KIP Aceh Timur untuk
melakukan aksi demo meminta Kepada KIP agar menjalankan pemilukuada sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan.Sementara itu, Ketua KIP Aceh Timur, Iskandar A Gani
mengatakan, pihaknya akan menjalankan tahapan pemilukada sesuai dengan peraturan dan
jadwal yang telah ditetapkan. “KIP tidak dalam posisi menerjemahkan regulasi tetapi KIP
hanya melaksanakan regulasi yang ada sesuai dengan perundang-undangan
Namun siapa nyana. Ratusan warga setempat melakukan perlawanan. Mereka tak mundur
selangkah pun saat ribuan annggota Satpol PP Pemrov DKI merangsek. Diawali saling teriak
antara dua kubu. Tapi sesaat kemudian, perang pun pecah. Batu, kayu serta benda-benda
keras lainnya berterbangan di udara. Bom molotov ikut dilemparkan dan senjata tajam
dihunus.
Massa dan aparat Satpol PP sama-sama beringas. Saling serang, saling gebuk satu sama lain.
Korban pun satu persatu berjatuhan dari kedua belah pihak. Ratusan orang luka ringan dan
parah. Bahkan dua orang anggota Satpol PP meregang nyawa.
Suasana mencekam berlanjut hingga malam hari. Puluhan mobil milik Satpol PP dibakar
massa. Arus lalu lintas menuju terminal peti kemas Pelindo pun terputus untuk beberapa jam.
Melalui Pansus Poso DPR RI meminta Menkopolhukam dan sejumlah menteri terkait,
termasuk Kapolri dan Panglima TNI, untuk menjelaskan situasi Poso. Sementara itu merebak
isu bahwa semuanya itu hanya `kerjaan orang-orang berseragam`. Mengingat kredibilitas
Polri dan Pemerintah RI dipertaruhkan, Kapolri menugaskan Kabareskrim untuk
mengungkap kasus ini dan menangkap pelakunya. Kabareskrim membentuk Satuan Tugas
Khusus. Targetnya jelas: kapan pun kasus ini harus terungkap.
Ternyata, ini hanya awal dari investigasi penuh risiko terhadap puncak gunung es kekerasan.
Berhadapan dengan realita bongkahan gunung es yang tersembunyi di bawah permukaan,
investigasi menjadi begitu penuh risiko. Nyawa para anggota Satgas menjadi taruhan, karena
harus berhadapan dengan jaringan yang efektif sekali menggerakkan kaki tangannya untuk
menebar maut. Buku ini saya harapkan dapat memotivasi seluruh penyidik untuk menuliskan
pengalaman tugas mereka.
Tiga daerah perbatasan yang masih disengketakan itu adalah Desa Manusasi, Kecamatan
Miomafo Barat, Kabupaten Timor Tengah Utara seluas 100 hektare (ha), Distrik Oeccuse-
Timor Leste, Desa Memo, Kecamatan Miomafo Timur dan Desa Noelbesi, Kecamatan
Amfoang Utara, Kabupaten Kupang seluas 1.036 ha.
Wilayah yang disengketakan itu tersebut, katanya, sesuai perjanjian antara Timor Leste dan
Indonesia, tidak boleh ada aktivitas apapun sebelum proses penyelesain berakhir.